Model Pembelajaran Creative Problem Solving Tingkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X
Oleh: Dian Christianingrum, S.Pd.
Mengajar Kelas X TJKT (Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi) Mapel Fisika SMK PGRI 2 Taman, Pemalang, Jawa Tengah
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk generasi muda agar mampu menghadapi tantangan zaman. Dalam konteks pembelajaran di sekolah menengah kejuruan (SMK), peningkatan kualitas proses pembelajaran menjadi suatu kebutuhan yang mendesak. Salah satu mata pelajaran yang menjadi fokus utama adalah Fisika, sebagai bagian integral dalam pengembangan keterampilan teknis, terutama pada jurusan Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi.
Pengembangan model pembelajaran menjadi aspek kunci dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang menarik dan dianggap efektif dalam membangun kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah adalah Creative Problem Solving (CPS). Model tersebut diterapkan di SMK PGRI 2 Taman, Pemalang, Jawa Tengah dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini memberikan ruang yang luas bagi siswa untuk mengembangkan ide-ide baru, berkolaborasi, dan menemukan solusi inovatif terhadap permasalahan yang dihadapi (Kusumaningrum, 2019).
Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika menghadapi suatu pertanyaan, siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan keterampilan memecahkan masalah dalam menentukan dan mengembangkan responsnya. Lebih dari sekadar menghafal tanpa refleksi, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir siswa (Hamzah, 2011).
Melalui Creative Problem Solving (CPS), siswa memiliki kemampuan untuk merumuskan dan mengembangkan ide serta pemikirannya. Berbeda dengan pendekatan hafalan yang hanya sedikit melibatkan proses berpikir. CPS mengamplifikasi proses berpikir, seperti yang diungkapkan oleh Osborn (Imam, 2010), yang menyatakan CPS melibatkan tiga langkah, yaitu: (1) Mengidentifikasi fakta dengan melibatkan penggambaran masalah, pengumpulan, dan analisis data dan informasi terkait. (2) Menentukan gagasan, melibatkan kemunculan dan modifikasi gagasan terkait strategi pemecahan masalah. (3) Menemukan solusi, yang merupakan tahap evaluasi sebagai puncak dari proses pemecahan masalah (Muhsyanur, 2020).
Berikut merupakan langkah-langkah pembelajaran CPS yang diterapkan di SMK PGRI 2 Taman, Pemalang, Jawa Tengah: (1) Penjelasan Masalah. Pada tahap Klarifikasi masalah, guru menjelaskan tentang permasalahan yang telah disajikan kepada siswa, dengan tujuan agar siswa memiliki pemahaman mengenai solusi yang diinginkan. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mengklarifikasi masalah setelah guru memberikan materi pembelajaran. Harapannya, siswa dapat mengidentifikasi solusi yang diharapkan berdasarkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah diberikan. Pada tahap ini, tiap kelompok mengusulkan solusi untuk permasalahan yang mereka hadapi. (2) Ekspresi Gagasan. Pada tahap ini, siswa memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapat atau gagasan mengenai berbagai strategi penyelesaian masalah. Guru memberikan setiap kelompok kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka dengan beragam strategi pemecahan masalah yang terkait dengan LKS tersebut. (3) Penilaian dan Seleksi. Pada tahap evaluasi dan pemilihan, setiap kelompok membahas pendapat atau strategi mana yang paling cocok untuk menyelesaikan masalah. Siswa bersama guru mengevaluasi dan memilih berbagai gagasan mengenai strategi pemecahan masalah, dengan tujuan menciptakan strategi yang optimal. (4) Implementasi. Pada tahap ini, siswa menentukan strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah, lalu menerapkannya hingga menemukan solusi. Siswa bersama kelompoknya memilih strategi pemecahan masalah dan melaksanakan strategi tersebut untuk menyelesaikan permasalahan sesuai dengan pandangan yang mereka ajukan.
Melalui analisis dan pengematan terhadap penerapan model pembelajaran CPS pada siswa kelas X Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi di SMK PGRI 2 Taman, Pemalang, Jawa Tengah, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Model Pembelajaran CPS) terbukti menjadi pendekatan pembelajaran inovatif yang mampu merangsang kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Penerapannya memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir divergen, mengembangkan ide, dan menerapkan konsep fisika dalam situasi nyata. (2) CPS tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep fisika, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap motivasi belajar dan partisipasi siswa. Proses pembelajaran yang interaktif dan kolaboratif mendorong siswa untuk lebih aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. (3) Melalui CPS, siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Proses identifikasi masalah, pengembangan ide, evaluasi, dan implementasi solusi memberikan siswa pengalaman holistik dalam menghadapi tantangan fisika.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan hasil belajar Fisika bagi siswa kelas X Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi di SMK PGRI 2 Taman, Pemalang, Jawa Tengah. Penerapan CPS diharapkan dapat terus dikembangkan dan diadopsi dalam konteks pembelajaran yang lebih luas untuk mendukung pengembangan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah siswa di masa depan. ***
Editor: Cosmas