Metode Story Telling Tingkatkan Minat dan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Spread the love

Oleh: Muhajirin, S.Pd.I.
Mengajar Kelas VII Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs KHAS Kempek, Cirebon, Jawa Barat

Dalam ranah pendidikan, proses belajar merupakan aspek penting yang dilakukan oleh siswa di bawah bimbingan seorang guru. Kegiatan belajar ini bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku siswa menjadi lebih positif. Untuk mencapai tujuan ini, minat menjadi faktor kunci yang mendorong siswa (Amna Emda, 2018). Minat belajar memiliki peran vital karena menentukan sejauh mana siswa berusaha dalam meningkatkan hasil pembelajaran mereka. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa minat memiliki peranan yang sangat signifikan bagi siswa dalam konteks pembelajaran (Nurul Hidayah dan Witri Anisa, 2019).
Dari perspektif psikologis, minat menjadi faktor penentu keberhasilan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia, termasuk dalam konteks aktivitas belajar. Terutama dalam mata pelajaran yang membutuhkan banyak hafalan seperti Sejarah Kebudayaan Islam, perhatian terhadap minat menjadi sangat penting, terutama bagi para guru. Ketika metode pengajaran yang digunakan hanya bersifat konvensional, seperti ceramah, siswa cenderung menjadi pasif, kurang antusias, dan kurang terminat di kelas karena hanya menerima penjelasan dari guru (Muhammad Kamaluddin, 2017).
Sebagai salah satu subjek di Madrasah, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menitikberatkan pada pemahaman inti, makna, nilai, dan urutan kronologis dari perjalanan dakwah Islam pada setiap masa. Dalam proses pembelajaran, upaya untuk menyampaikan pemahaman mengenai peristiwa sejarah ini sering kali dilakukan melalui metode ceramah yang kurang menarik bagi siswa. Selain itu, penerapan metode konvensional untuk menginternalisasi pemahaman materi Sejarah Kebudayaan Islam tidak mampu menjaga atau bahkan meningkatkan ketertarikan siswa pada materi tersebut. Dampaknya, nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam materi Sejarah Kebudayaan Islam tidak dapat dipahami dengan baik. Situasi seperti ini menjadi tantangan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam itu sendiri (Andriyansyah, 2019).
Guna mengatasi permasalahan itu, MTs KHAS Kempek, Cirebon, Jawa Barat yang merupakan lembaga pendidikan madrasah berkomitmen menerapkan model atau metode pembelajaran yang relevan. Salah satu metode yang diterapkan adalah storytelling. Metode storytelling atau bercerita dapat efektif mengembangkan imajinasi dan membentuk karakter siswa melalui nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tanpa tekanan (Sigit Widiyarto, 2020). Selain itu, metode storytelling merupakan cara penyampaian yang menyenangkan dan tidak menggurui, mampu memicu rasa ingin tahu siswa. Ketika rasa ingin tahu siswa muncul secara alami tanpa adanya paksaan, hal tersebut menjadi minat baru bagi siswa untuk memahami suatu materi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indah Perdana Sari (2018) menunjukkan bahwa metode storytelling mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, yang pada gilirannya menjadi minat intrinsik bagi siswa untuk mengeksplorasi dan mengetahui lebih lanjut.
Langkah pembelajaran dengan metode storytelling adalah sebagai berikut: (1) guru mengidentifikasi konsep atau topik utama dalam Sejarah Kebudayaan Islam yang akan disampaikan melalui cerita. (2) Guru merancang narasi dengan susunan yang logis, memperhatikan kronologi peristiwa atau konsep yang ingin disampaikan. (3) Guru memulai dengan membangun suasana, misalnya dengan pertanyaan atau gambaran singkat tentang tema cerita. Sampaikan cerita dengan gaya bahasa yang menarik, gunakan intonasi suara yang sesuai untuk mempertahankan perhatian siswa. (4) Setelah menyampaikan cerita, guru membuat ruang untuk diskusi. Ajukan pertanyaan terbuka yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan berbagi pemahaman mereka. (5) Guru mendorong siswa untuk merenung tentang pesan moral atau nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. (6) Guru memberikan umpan balik konstruktif yang dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman mereka. Dengan mengikuti tahapan ini, metode storytelling diharapkan dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang menarik, meningkatkan minat siswa terhadap Sejarah Kebudayaan Islam, dan pada akhirnya, meningkatkan hasil belajar mereka.
Berdasarkan hasil studi di kelas VII MTs Khas Kempek, Cirebon, Jawa Barat, dapat disimpulkan bahwa metode storytelling memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Penerapan metode ini berhasil menciptakan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa, sekaligus membawa dampak positif terhadap pemahaman mereka tentang sejarah kebudayaan Islam. Minat siswa terhadap mata pelajaran SKI dapat ditingkatkan melalui pendekatan storytelling, karena cerita-cerita yang menarik mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan keterlibatan emosional siswa. Proses pembelajaran yang kreatif ini tidak hanya membuat siswa lebih antusias mengikuti pelajaran, tetapi juga memotivasi mereka untuk lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi kelas.
Selain itu, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan. Metode storytelling membantu siswa untuk lebih mudah mengingat dan memahami informasi sejarah kebudayaan Islam, karena disajikan dalam format naratif yang lebih dekat dengan pengalaman sehari-hari mereka. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam konteks ini, penerapan metode storytelling dapat dijadikan alternatif yang efektif bagi guru SKI untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa keberhasilan metode ini juga bergantung pada kreativitas dan keprofesionalan guru dalam menyusun cerita yang relevan dengan materi pembelajaran serta kemampuannya untuk mengelola interaksi di dalam kelas. ***

Editor: Cosmas