Tindak Tutur Direktif Pada Tuturan Anak SD

Spread the love

 Oleh: Nuur Hayati  SPd SD MPd

SD Negeri Gayam 03, Sukoharjo

 

 Bahasa adalah suatu tuturan alat ucap manusia yang berfungsi sebagai sarana komunikasi, dan mempunyai peran penting yang tidak bisa dipisahkan dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan fungsi tersebut, maka bahasa merupakan tuturan budaya dari manusia yang bernilai tinggi, karena dengan bahasa manusia dapat berkembang dan berinteraksi dengan manusia di lingkungannya.

Menurut Chaer (2006:01), “Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, yang digunakan oleh masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”.

Secara sederhana bahasa bisa diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati dan pikiran. Lebih jauh, bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi manusia, dalam arti alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, konsep atau perasaan dalam suasana suka ataupun sedang berduka yang berupa ide-ide. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, yang berupa bunyi, bersifat arbitrer, dinamis, produktif, beragam dan manusiawi di dalam lingkungan kehidupan sehari-hari.

Dengan kata lain, bahasa adalah sebuah sistem, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut konsep atau makna. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau  makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.

Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nanas” melambangkan konsep atau makna’ sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai buah yang mengandung vitamin c’. Telah disebutkan di atas bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abitrer, dinamis, produktif, beragam dan manusiawi.  Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abitrer, dinamis, produktif, beragam dan manusiawi.

Bahasa yang dipakai anak sangat beragam bahkan tidak sama dengan apa yang diajarkan guru, misalnya pada waktu anak memperkenalkan diri. Anak banyak menggunakan bahasa sesuai dengan kemampuan bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Anak didik di SDN Gayam 03 menggunakan bahasa secara bervariasi sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Anak diajarkan menggunakan Bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari akan tetapi pemakaian bahasa Jawa atau bahasa ibu masih dominan.

Tuturan merupakan bahasa yang harus dikembangkan sejak manusia dilahirkan ke dunia ini. Tanpa tuturan yang baik, bahasa yang baik tidak akan diperoleh. Padahal dalam bertutur, bahasa yang baik sangat diperlukan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dalam lingkungan, tindak tutur sangat penting dalam melakukan komunikasi didalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dengan tidak tutur yang baik akan mudah untuk dipahami oleh lawan bicara agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Makna tuturan dapat dipahami bila diketahui antara siapa pembicara, siapa pendengar, dan dimana situasinya dan dalam kondisi apa. Dalam interaksi yang berlangsung antara penutur dan lawan tutur di waktu tertentu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi ialah disebut sebuah peristiwa tutur. Peristiwa tutur ialah maksud untuk memberi reaksi pendengar dan tuturan supaya bisa mempengaruhi suasana penutur dan mitra tutur lewat, topik atau tema, latar atau tempat, budaya, dan tujuan tuturan.

Perkembangan berbahasa anak dapat dilihat oleh kata atau kalimat yang baik dan benar. Apabila kata atau kalimat itu benar yang diucapkan maka lawan tutur mudah merespon apa maksud dari perkataan anak tersebut. Perkembangan bahasa anak dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Salah satu tindak tutur yang dilakukan anak kepada orang tua ialah tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penutur agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebut di dalam ujaran misalnya menyuruh, meminta, memohon, mengajak, memerintah, menyarankan dan menuntun.

Anak usia 6-12 tahun sudah termasuk kedalam jenjang pendidikan di mana anak menggunakan diksi yang benar dan bisa dimengerti dalam lingkungan pendidikan. Jadi, anak harus menggunakan bahasa yang tuturannya mudah dimengerti oleh orang yang ada di sekelilingnya. Kesantunan bahasa anak ketika berada di sekitarnya harus diberi bimbingan agar anak mudah berkomunikasi dengan teman sebaya, gurunya, orang tuanya maupun orang lain disekitarnya.

Berdasarkan tindak tutur direktif anak meliputi tindak tutur berupa menyuruh, memohon, mengajak, menuntut, dan meminta. Anak usia 6-12 tahun sudah bisa menggunakan kata-kata seperti menyuruh, memohon, mengajak, menuntut, dan meminta. Kalimat yang bermakna menyuruh seperti ambilkan dan belikan, kalimat yang bermakna memohon seperti belikanlah, buatkanlah, kalimat yang bermakna mengajak seperti ayo, ayolah, marilah. kalimat yang bermakna menuntut seperti ayo, cepatlah, atau mari sedangkan kalimat meminta seperti antarkan, buatkan. Kata-kata tersebut merupakan bagian dari tindak tutur direktif. Dari tuturan tersebut menunjukkan anak-anak usia 6-12 tahun sudah bisa menggunakan tuturan direktif. Setelah menelaah dapat dipaparkan beberapa saran yang diperlukan untuk sering menggunakan tindak tutur direktif dalam kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru SDN Gayam 03 mendorong siswa terampil mengemukakan pendapat secara lisan. Anak didik dilatih menyampaikan pendapatnya, baik didepan kelas maupun ditempat duduk masing-masing. Setiap siswa memiliki kemampuan menyampaikan pendapatnya yang berbeda-beda menurut kemampuan masing-masing siswa. Siswa di SDN Gayam 03 aktif di kelas, namun tidak semua siswa mampu bertutur dengan baik.

Ada juga siswa kurang memahami informasi dari guru sehingga dalam menyampaikan pendapat kurang sesuai dengan topik pembicaraan. Tuturan anak didik menarik karena banyak ditemukan tindak tutur direktif yang dominan percakapan. Khususnya meminta, mengharap, memohon, bertanya. Bentuk bahasa meminta mempunyai maksud dengan berbagai tujuan oleh penutur bahasa diantaranya, meminta untuk merayu, meminta untuk mengingatkan, meminta untuk mengharap, meminta untuk menyuruh, meminta untuk menyindir, meminta untuk membujuk, dan meminta untuk memohon, meminta suatu keterangan yang menjelaskan suatu hal.

Menurut Wijana (dalam Prayitno, 2001: 121), menyatakan bahwa strategi bertutur berdasarkan tekhnik penyampaiannya dikelompokkan menjadi dua, yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang menyatakan secara langsung maksud penutur kepada lawan tutur.

Tindak tutur direktif meminta di kalangan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar di SDN Gayam 03, berdasarkan strategi bertutur langsung maupun tidak langsung ditemukan tuturan langsung direktif permintaan yang terbagi menjadi tiga maksud yaitu maksud meminta, maksud menyindir dan maksud mengingatkan. Strategi Bertutur Langsung Tindak Tutur Direktif Meminta di kalangan anak didik tindak tutur langsung adalah tuturan yang sesuai dengan modus kalimatnya, misalnya kalimat berita untuk memberitakan, kalimat perintah untuk menyuruh, memerintah, mengajak, ataupun memohon, dan kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu (Nadar, 2009: 18).

Strategi Bertutur Tidak Langsung Tindak Tutur Direktif Meminta di kalangan anak didik tindak tutur tidak langsung dinyatakan dengan mengubah fungsi jenis kalimat, misalnya untuk menyatakan perintah dapat digunakan dengan kalimat berita atau bukan dengan kalimat tanya (Prayitno, 2011: 121). Karena tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan maksud kalimatnya, maka maksud dari tindak tutur tidak langsung dapat beragam dan terhgantung pada konteksnya (Nadar, 2009: 19). a. Tuturan Introgratif atau Tuturan Tanya Tuturan Tanya digunakan secara konvensional untuk menyatakan sesuatu yang belum diketahui.

Tuturan Imperatif atau Tuturan Perintah Tuturan imperative atau tuturan perintah digunakan secara konvensional untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Tuturan deklaratif atau tututan berita tuturan deklaratif atau tuturan berita digunakan secara konvensional untuk menyatakan sesuatu. Tuturan deklaratif atau tututan berita tuturan deklaratif atau tuturan berita digunakan secara konvensional untuk menyatakan sesuatu. Temuan dan Pembahasan Bentuk-bentuk tindak tutur adalah bentuk-bentuk tuturan direktif meminta dikalangan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar.

Hasil dari tindak tutur direktif meminta dikalangan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar ditemukan sebanyak delapan maksud yaitu, maksud meminta, merayu, mengingatkan, mengharap, menyuruh, menyindir, membujuk, dan maksud memohon. Data dianalisis dengan bentuk tuturan tanya, tuturan perintah, dan tuturan berita.

Tindak kesantunan direktif pada umumnya variatif. Kevariatifan itu umumnya ditandai oleh banyaknya modus untuk mencapai satu tujuan yang sama yaitu tindak kesantunan direktif. Sebaliknya satu modus tindak eksplikatur kesantunan dapat diinterpretasikan menjadi berbagai kategori dan subkategori kesantunan direktif. Bentuk-bentuk tindak tutur dalam percakapan tindak tutur direktif ditemukan beberapa maksud permintaan. Realisasi tindak tutur kesantunan direktif ditentukan berdasarkan eksplikatur, pemarkah lingual, penanda kontekstual, implikatur, dan konteks sosial.

Tindak tutur direktif meminta realisasinya terbagi menjadi delapan maksud, yaitu  meminta, merayu, mengingatkan, mengharap, menyuruh, menyindir,  membujuk, dan   memohon. Strategi tindak tutur direktif meminta dalam penlitiian ini menggunakan strategi tindak tutur langsung tanya, tuturan langsung perintah, tuturan langsung berita, tuturan tidak langsung tanya, tuturan tidak langsung perintah, dan tuturan tidak langsung berita.

Saran untuk guru pada saat mengajar dan dalam memahami perkembangan bahasa yang dipakai anak. Guru sebaiknya mengajar dengan menggunakan bahasa Indonesia sehingga akan tertanam pada diri anak dalam melakukan komunikasi sehari-hari. Agar kemampuan mengemukakan pendapat terutama siswa pendiam dan suka menyendiri dapat mengalami peningkatan maka hendaknya guru pembimbing secara bijaksana dapat mencegah siswa pandai yang memonopoli pembicaraan dan memberi giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu untuk mengungkapkan gagasannya.

Adapun yang dapat disampaikan sebagai berikut:

  1. Penggunaan tindak tutur direktif yang benar dapat digunakan sebagai pedoman untuk orang tua maupun guru di lingkungan sekolah agar menggunakan kosa kata yang jelas dan lebih berhati-hati dalam menggunakan bahasa pada saat berbicara kepada anak.
  2. Penggunaan tindak tutur direktif ini harus sering diterapkan dengan kosa kata yang jelas agar anak bisa menggunakan bahasa yang baik dan benar.
  3. Tindak tutur direktif tidak hanya membuat anak bisa berkomunikasi dengan bahasa yang sopan tetapi juga kosa kata yang jelas dan kalimatnya harus baik agar berkomunikasinya bisa berjalan dengan baik dan lancar.
  4. Guru adalah sosok idola anak yang patut digugu dan ditiru.
  5. Anak adalah peniru ulung yang di masa depan menjadi penerus kita.
  6. Mengukir di atas batu memang lebih sulit tapi akan bertahan lama itulah kita sebagai pendidik mengukir pemahaman di pikiran anak didik kita.

(**)

Editor: Cosmas