Bidan Ogah Blabak Kematian Bayi Tinggi

Spread the love

SRAGEN, POSKITA.co – Sebanyak 60 bayi meninggal selama enam bulan terakhir di Kabupaten Sragen. Tidak hanya itu, sejumlah 4 ibu melahirkan juga meninggal. Meski begitu angka tersebut dinilai menurun dibanding tahun sebelumnya mencapai 111 bayi meninggal dan 37 kematian ibu. Ironisnya sedikitnya 30 bidan desa yang tidak ‘blabak’ atau tidak siaga di tempatnya bertugas.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan dari 196 desa memang ada kisaran 30 bidan yang tidak ‘blabak’. Seharusnya mereka harus bertempat tinggal di tempatnya bertugas.

“Sehingga bisa memberikan pelayanan secara maksimal terhadap warganya terutama memantau dan mengawasi ibu hamil dan bayi,” tutur Bupati Yuni disela HUT Ikatan Bidan Indonesia (IBI) ke 71 di Sragen, Selasa (12/7).

Menurut Bupati Yuni, seharusnya bidan desa yang tidak tinggal ditempatnya bertugas bisa dikenai sanksi. Karena mereka memang harus 24 jam siaga ditempatnya bertugas.

Kepala Dinas Kesehatan Sragen Hargiyanto menjelaskan, saat ini ada seribuan bidan di Sragen. Mereka bertugas mulai dari klinik desa, puskemas maupun rumah sakit di Sragen. Tugas mereka memberikan layanan kesehatan termasuk ke ibu hamil maupun melahirkan. Untuk tahun ini angka kematian bayi maupun ibu terbilang menurun dibanding tahun sebelumnya.

“Diharapkan angka kematian ibu maupun bayi tahun ini mampu ditekan dan menurun. Tentunya untuk menjaga kematian tersebut peran bidan desa harus maksimal,” tandas Hargiyanto.

Ketua IBI Sragen Damai Tatag Prabawanto peran bidan desa untuk menekan angka kematian ibu dan bayi terus diupayakan dengan maksimal. Bahkan untuk mensukseskan program itu bidan desa telah kerjasama kolaborasi dengan berbagai pihak. Bahkan pasangan muda yang dinilai sering mengabaikan keselamatan kehamilannya juga terus dibimbing. Setidaknya minimal 6 kali periksa di bidan atau posyandu.

“Selain itu sekali periksa di dokter saat kehamilan untuk hindari resiko tinggi,” ucap Damai.(Cartens)