Karakter Mandiri Bereksplorasi Melalui Inkuiri
Oleh: Yuli Astuti
SDN Bulakrejo 02 Kecamatan Sukoharjo
Mencetak karakter siswa untuk mandiri dan berekplorasi melalui inkuiri. Inkuiri salah satu model pembelajaran membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi, mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan yang dirumuskan. Model pembelajaran inkuiri siswa terlibat secara mental dan fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.
Program pendidikan yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim antara lain merdeka belajar di dalam kelas. Kegiatan pembelajaran ini langsung disupervisi oleh pengawas SD/TK Gugus Flamboyan Drs Suranto dan Kepala SDN Bulakrejo 02 Maryani SPd. Siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
Salah satu merdeka belajar yang dilakukan guru kelas V SDN Bulakrejo 02 yaitu kegiatan pembelajaran dengan inkuiri. Inkuiri menekankan pada kegiatan siswa mencari dan menemukan suatu masalah. Siswa sebagai subjek belajar yang dituntut untuk mandiri baik secara pribadi maupun berkolaborasi menemukan inti materi pembelajaran. Peran guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator untuk mengembangkan kemampuan siswa agar dapat berpikir secara logis, kritis, dan sistematis.
Dalam belajar siswa dituntut belajar mendasarkan pada fakta. Kardi (2003: 3) mendefinisikan inkuiri adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta. Model inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan, peran siswa dalam model ini adalah mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah dalam suatu materi pelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Inkuiri sebagai strategi yang berorientasi pada proses. Cleaf dalam Putrayasa (2009: 2) menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas yang berorientasi proses, inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi.
Sagala menjelaskan tahapan model inkuiri. Sagala (2006: 197) menyatakan ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan model inkuiri yaitu: (1) perumusan masalah yang dipecahkan siswa, (2) menetapkan jawaban sementara (hipotesis), (3) siswa mencari informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan, (4) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan (5) mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.
Penulis simpulkan, pembelajaran model inkuiri memfokuskan kepada siswa agar aktif saat kegiatan belajar mengajar. Siswa dituntut untuk bisa meneliti masalah sesuai fakta untuk mendapatkan data. Sebaliknya, guru menempatkan diri sebagai fasilitator, membimbing siswa saat belajar.
Sependapat dengan Suardi (2015) yaitu pengetahuan bersifat tentatif atau berubah – ubah, manusia memiliki keingin tahuan yang bersifat alamiah, dan manusia mampu mengembangka individuality yang bersifat mandiri untuk melakukan eksplorasi.
Perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi, dengan inquiry siswa akan lebih paham dan tertanam rasa berani. Siswa mencoba hal yang bersifat bahaya, namun dengan inkuiri sifat bahaya tersebut siswa akan menemukan solusi yang tepat di setiap masalah tentang panas/kalor.
Langkah pertama, siswa dihadapkan pada masalah yang berupa tantangan. Lilin dinyalakan siswa dengan korek api, ternyata teman yang dekat dengan lilin menyala tersebut agak bergeser tempat. Mengapa kamu menjauh saat lilin itu menyala? Tanya guru. Kan panas, takut terkena panas, Bu.” Jawab siswa tersebut.
Langkah kedua, coba anak-anak yang berani, telapak tangan kalian dekatkan dengan nyala lilin. Serentak sang pemberani secara mandiri berekplorasi melakukan eksperiman. “Jangan . Panas itu” celetuk elsa. “Kan api kecil to. Kita gak jauhan dikit. Sampai hangat hangat gimana itu. Nich lihat.” Argumen Vania. Mengapa ya panas lilin bisa sampai di telapak tangan kita teman-teman padahal tidak ada zat perantara panas itu sampai ke telapak tangan kita.
Langkah selanjutnya, mereka diskusi menganalisis data hasil eksperimen secara alamiah nyata dengan berkelompok. Setiap anggota mengajukan pendapat. Kemudian merumuskan pendapat hasil analisis. Ya gakpapa kan tidak harus ada perantara. Buktinya eksperimen kita tadi sambil menunjuk pada lilin yang masih menyala. Tangan kita juga bisa merasakan panas. Artinya bahwa panas bisa berpindah tanpa zat perantara.
“Ayo, coba tanya buguru.” Ajak syarif pada Dimas. “Tidak mau ah, aku malu. Kamu aja sendiri yang tanya sama buguru”, jawab Dimas. Hemmm malu. Yes. Acung jari. Kuberanikan diri untuk bertanya. “Bener tidak, Bu guru ?” Tanya syarif. “Kalau itu memang hasil ekperimen kalian, ya ditulis saja lengkap alasannya. Nanti presentasi di depan.” Jawab Bu guru. Siap, Bu. Iya. Ya. Tuh sinar matahari sampai ke bumi tanpa zat perantara. Betul-betul teman, jelas Rafly.
Kegiatan belajar dengan inkuiri tersebut menjadikan siswa mengalami sendiri dan menemukan, serta memahami konsep inti materi yang dapat diingat lama dalam ingatan/memeori siswa. Inkuiri bisa dikembangkan dalam muatan pelajaran selain IPA namun muatan pelajaran yang lain misalnya muatan pelajaran matematika tentang Volume bangun ruang. Inkuiri dapat diimplementasikan di semua tingkatan kelas yaitu kelas 1 sampai kelas VI sesuai dengan tujuan pembelajaran. (*)
Editor: Cosmas