Problematika Pembelajaran Jarak Jauh

Spread the love

Ai Deti Heryanti, M.Pd

Guru IPA SMPN 4 Sumedang/Ketua MGMP IPA Sub Rayon 2 Sumedang

 

Menilik sejarah lahirnya gerakan Jadikan setiap orang sebagai guru dan jadikan rumah sebagai sekolah yang dilandingkan  Ki Hajar Dewantara adalah karena pembacaan beliau atas nasib bangsanya yang menjadi budak para penjajah, bahwa yang bisa mengangkat harkat martabat   bangsa Indonesia untuk  keluar dari kungkungan penjajahan adalah pendidikan, namun akses pendidikan hanya bisa dirasakan sebagian kecil kalangan bangsawan.

Sepertinya pernyataan tersebut menjadi relevan saat ini dalam kondisi Pandemi Covid-19, kehadiran guru di hadapan siswa tidak terjadi secara tatap muka, namun secara Jarak Jauh, maka kehadirannya digantikan oleh siapa saja yang terdekat dengan anak didik,  yaitu orang tua siswa itu sendiri. Orang tualah yang akhirnya menjadi guru langsung.

Seiring kondisi tersebut, banyak orang tua berteriak bahwa mereka tidak mampu mengajarkan mata pelajaran yang ditugaskan kepada anak-anaknya!  Ini harus semua mata pelajaran, guru saja yang dipersiapkan, hanya mengajar satu mata pelarajan! Kemana para gurunya kok tidak mengajarkan dan hanya memberi tugas?  Tak ayal melayanglah  protes kepada guru dan sekolah bahkan pemerintah sebagai penentu kebijakan.

Kondisi ini tidak bisa diterima oleh sebagian orang tua,  seperti yang banyak terjadi berupa curhatan orang tua di media sosial, mulai yang pusing dengan budget tambahan berupa pulsa, harus membeli laptop, orang tua yang kesal dengan kondisi, bahkan sampai mencaci maki guru yang katanya hanya diam tidak bekerja, makan gaji buta, munculnya meme teacher where are you?   serta sederetan keluh kesah orang tua lainnya.

Di balik keluh kesah orang tua, serta kejenuhan siswa belajar dari rumah ada juga cerita-cerita inspiratif dalam waktu  selama 8 bulan berselang dari guru-guru yang bekerja keras mendatangi rumah siswa yang tidak bisa belajar secara daring, guru yang menjadikan rumahnya sebagai tempat belajar, kerja keras guru yang mengajar menjadi tidak terbatas waktunya dalam  melayani siswanya yang berkonsultasi secara daring dan juga tambahan budget pulsa data, karena lalu lintas data baik file foto, dokumen dan audio video.

Bulan September tahun 2020, bantuan pulsa untuk guru dan siswa sudah berjalan, Kemdikbud merespon teriakan orang tua siswa dan guru dalam menjalankan KBM jarak jauh,  kemudian munculnya guru-guru kreatif yang membuat media pembelajaran daring interaktif, dan geliat fenomena  ya guru ya youtuber.

Kondisi yang tidak diinginkan kalangan guru, siswa,  orang tua siswa, oleh mang sopir angkot,  oleh para pedagang makanan dan tidak diinginkan oleh pemerintah. Inilah kondisi yang tidak diimpikan dan diinginkan oleh semua kalangan tetapi situasi ini harus diterima, dihadapi dan dijawab. Semuanya mengalami resiko yang berat. Orang tua menghadapi situasi yang berat, dengan beban yang semakin banyak ditengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.  Guru memiliki beban yang double berat, karena semua guru juga sekaligus sebagai orang tua, sampai sekarang dunia pendidikan masih tetap Belajar dari Rumah. Inilah yang kondisi yang harus dihadapi,

Pemerintahpun menyadari hal ini melalui Kemendikbud mensosialisasikan “Panduan pembelajaran  bagi guru selama sekolah tutup dan pandemic covid-19 dengan semangat merdeka belajar”  menyatakan bahwa :

  1. Orang tua/wali murid pasti memainkan peran besardalam membantu siswa berhasil dalam pembelajaran jarak jauh.
  2. Perlu diingat bagaimanapun bahwa  orang tua bukan guru terlatih, dan diminta untuk mengambil tugas menantang, sementara mereka juga berurusan dengan tugas dan tuntutan lain dirumah, mereka akan membutuhkan  banyak bimbingan dan dorongan dari guru.

Dinas Pendidikan diberbagai daerah  mensosialisasikan  berbagai strategi pendekatan sehingga bisa melayani semua kondisi anak didik, lemahnya kemampuan dasar TIK yang harusnya dikuasai  berupa membuat email, link dokumen, menyimpan data di cloud storage, membuat account di berbagai aplikasi vicon, transfer data dari device  ke bentuk online/digital menjadi salah satu penyebab kegagapan dunia pendidikan menghadapi pandemi ini begitu terasa . Fakta dan realita saat ini dengan sebab pandemic covid-19 menyadarkan kita semua bahwa teknologi informasi memegang peranan penting dalam kehidupan sekarang dan itu tidak bisa dihindari.

Hal berikutnya yang menyadarkan kita adalah selama ini dalam mendidik siswa, tiga komponen yang terlibat langsung yaitu siswa – orang tua dan guru  seperti sulit disatukan dan larut menjadi sebuah pencampuran yang kalis  dan homogen, seperti terpisah-pisah,  Inilah saatnya untuk saling melengkapi  bahwa dalam mendidik siswa-siswi , putra-putri nya  butuh kolaborasi yang maksimal antara orang tua dan guru.

Editor: Cosmas