Peni Candra Rini, Pesinden yang Melanglang 5 Benua
Peni Candra Rini, Foto: Arif Pengen Pinter
Pada mulanya, lahir dari keluarga seniman, termasuk keluarga miskin, hidup dari hasil melaut, untuk bertahan hidup. Namun, berkat perjuangan dan kegigihannya, kini telah melanglang ke lima benua. Dikenal sebagai pesinden moncer di dunia internasional, pentas keliling dari berbagai negara.
Dia adalah Peni Candra Rini, anak dari dalang terkenal di Tulungagung Ki Wagiman Gandha Carita. Peni Candra Rini merupakan komposer, pencipta lagu, sinden, penyanyi kontemporer, dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Untuk memperdalam ilmu, ia saat ini menempuh Study Doctoral di Pascasarjana ISI Surakarta untuk Penciptaan Seni Musik.
Lahir di Tulungagung, 22 Agustus 1983, menyelesaikan pendidikan menengah di SMKI Solo. Segala seluk beluk dan kegiatannya bisa disimak di penicandrarini.com. Wow. Sebuah pencapaian yang luar biasa di usianya yang masih muda, 35 tahun.
Repertoar yang teranyar, ia tampil dalam Pesta Emas Politeknik Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) Solo, Music Concert Timur “Kobarkan Api Vokasi”. Konser 50 Tahun ATMI ini sebagai penghormatan atas dedikasi Johann Balthasar Casutt SJ (1926-2012), “Music Concert Timur, Inspired by Father Casutt’s Mission of Life” oleh Peni Candra Rini, di De Tjolomadu Concert Hall, Desa Malangjiwan, Kecamatan Colomadu.
Menurut Peni Candra Rini, Music Concert Timur menampilkan 12 komposisi lagu, kolaborasi gamelan Jawa, dipadu dengan musik kontemporer. Lagu-lagu ini menceritakan tentang Romo Casutt, sejarah ATMI, dan pesan nilai-nilai kehidupan yang diberikan ATMI kepada lulusan- lulusannya.
Music Concert Timur juga berkolaborasi dengan Koor Anak Purbayan, yang dikomandani Putu Indarti, dan Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Vitalis ATMI, sementara tata panggung yang spektakuler dipadu dengan pameran tunggal seniman kondang dari Solo Guh S Mana.
Apa alasan Peni mengambil repertoar Timur? Menurutnya, Timur berlatar pada Romo Casutt dari bumi bagian Barat (negara Eropa), yang mengabdikan dirinya di Indonesia, negara di bagian Timur bumi ini.
“Beliau hidup di sebuah negara yang memberi harapan dan keyakinan, menjadi pemimpin perguruan tinggi vokasi terbaik, dan tetap bekerja dalam diam, santun, rendah hati, jauh dari hingar bingar kehidupan. Timur menggabungkan karakter Timur dan Barat untuk menyampaikan pesan. Timur didedikasikan untuk memberikan penghargaan kepada Rm Casutt, yang memberi pondasi pembenahan ATMI, menjadi contoh hidup bagaimana disiplin tingkat tinggi diterapkan,” ucap Peni.
Lagu pembuka Candle, merupakan quotes Rm Casutt, Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. From a piece of papaer, turn on, future goal, angels begin to sing. Serve, giving, water, direction, a way of obedience.
Lagu-lagu yang ditampilkan merupakan hasil perenungan mendalam dari buku biografi Rm Casutt SJ (Direktur ATMI Solo 1971-2000), bertitel Dalam Senyap Bangun Pendidikan Vokasi di Indonesia. Buku ini ditulis A. Bobby PR, penerbit Kompas Gramedia. Sebelum acara puncak, digelar Perayaan Ekaristi Pesta Emas 50 Tahun ATMI Solo dipimpin Uskup Mgr Dr Robertus Rubiyatmoko, sekaligus sebagai Perayaan Michael Day 2018.
Keluarga Seniman yang Miskin
Bagaimana kisah hidup Peni Candra Rini dari awal hingga menjadi terkenal di luar negeri? Berikut ini hasil bincang-bincang C. Gunharjo Leksono, dengan Peni Candra Rini.
Bagaimana latar belakang Anda hingga terjun dalam melestarikan budaya Jawa, hingga merambah ke lima benua?
Keluarga yang menjadi alasan utama. Bapak saya, Wagiman Gondho Carito, merupakan seorang dhalang, kakak laki laki saya, Siswondo, juga dhalang, mbakyu saya, sukesi, adalah seorang pesindhen dan Dosen di ISI surakarta.
Yang melatar belakangi adalah, dulu kami adalah keluarga miskin. Karena dari mendhalang tidak cukup untuk biaya hidup, maka ayah saya bekerja di laut, sebagai nelayan mencari ikan untuk kami bertahan hidup.
Ayah saya selalu bilang dengan lantang kepada kami, “Kalian Harus jadi seniman, tapi seniman yang terhormat dan sukses! Jangan seperti Bapakmu ini, kompal-kampul neng segoro (terombang ambing di laut, red) untuk bertahan hidup! Pergilah Kalian ke kota raja “solo” untuk ngudhi kawruh (mencari ilmu, red) gamelan dengan bebles mendalam!
Dan dari situlah yang membuat kami benar benar berniat untuk merubah nasib, dan mewujudkan mimpi ayah kami. Karena kami semua yakin, bahwa Tuhan tidak pernah menciptakan manusia dengan kesia-siaan. Tuhan memberikan anugerah bersuara/menembang, pasti telah menyiapkan tempat dan rizkiNya yang tepat. Dari keyakinan dan niat suci itulah kami satu persatu ke solo untuk sekolah gamelan dan sindhenan.
Bagaimana prosesnya sehingga Anda benar-benar menjadi seniman handal?
Saya bertemu dengan berbagai genre seni musik di ISI Surakarta dan tertarik untuk menciptakan karya, bukan hanya sekedar sebagai penembang, tapi composer gamelan. Karena bentuk cinta kasih untuk keberlangsungan kreativitas penciptaan komposisi musik yang berakar gamelan, seperti Ki Nartosabdo, Marto pangrawit, Harjosubroto, Rahayu Supanggah, Ael Suwardi, dan sebagainya.
Kemudian saya, didukung oleh keluarga dan juga kampus ISI Surakarta yang mempercayakan saya untuk mengajar Komposisi Karawitan, Tembang, dan Notasi Karawitan, sehingga mendorong saya untuk melanjutkan langkah untuk mencapai gelar tertinggi Dunia pendidikan. Saat ini saya sedang dalam Study Doctoral di Pascasarjana ISI Surakarta untuk Penciptaan Seni Musik.
Mengapa begitu getol dan intensif melestarikan musik berbasis gamelan dan vokal?
Sebagai Pesindhen sebagai akar saya dalam menciptakan komposisi musik baru berbasis gamelan dan vokal. Berkarya musik dari karya sastra dan puisi. Karya saya hampir semua tercipta berawal dari puisi. Dari inspirasi kemudian saya menulis puisi, dan dari puisi menjadi imaginasi pembentukan ruang rasa bunyi, kesan dan pesan menjadi kesatuan yang tersirat dalam garap komposisi.
Keberadaan “voice/humming” dalam komposisi berfungsi sebagai pembentuk suasa, pendukung instrumental dan konsep karya.
Bagaimana caranya agar generasi milenial mencintai budaya tradisi budaya Jawa?
Indonesia sangat luas dengan berbagai latar belakang budaya, adat, religi dan sebagainya. Berbicara tentang hal ini tidak bisa digebyah uyah, bahwa kasus penghargaan terhadap budaya tidak hanya di negara kita saja, bahkan dunia. Bahwa musik populis selalu menjadi mayoritas idola budaya pop dan manusia yang berlatar belakang non seni.
Namun, juga tidak sedikit manusia Indonesia bahkan Dunia yang sangat masih memegang teguh nilai nilai budaya bangsa, dan salah satunya adalah saya beserta para generasi yang saat ini sedang dalam ngudi kawruh dan pengembangan seni budaya di sekolah-sekolah seni, sanggar seni, komunikasi seni, dan lainnya.
Dan Kami Kami inilah sebagai oasis diantara mereka. Kami diciptakan dengan bakat seni dari Tuhan, dan di takdirkan untuk memberi gizi pada jiwa-jiwa yang terbuka untuk seni.
Dengan terus mencipta, berinovasi, berkreasi, dan bahkan berevolusi dari akar budaya yang kuat sehingga menciptakan Karya Karya seni yang mengkini, kontemporer, avant garde dan mampu menjawab kebutuhan zaman. Melalui karya seni. Nah itulah salah satu kunci yang akan membukakan kecintaan para generasi terhadap seni budaya.
Ada anggapan dari generasi masa kini, belajar budaya Jawa itu rumit. Bisa dijelaskan?
Jawaban ini terakhir dari jawaban saya dari pertanyaan anda. Menurut saya Budaya Jawa bukannya sulit untuk dipelajari, tapi budaya Jawa adalah budaya yang penuh dengan nilai nilai kehidupan yang sakral dan terkait erat dengan kehidupan masyarakat Jawa pada zamannya. Hal yang dianggap sulit sebenarnya memang Tuhan telah menciptakan manusia dengan masing-masing kodrat dan bakat nya. Jika berbakat dan ada sarana yang mendukung, pasti bukan Hal yang sulit, tapi bahkan menjadi Hal yang menyenangkan dan kebutuhan jiwa. Namun bakat saja tidak cukup, perlu olah budi, rasa, pekerti atau ilmu yang mendukung niat niat berada di jalur seni sebagai seseorang yang berpredikat “seniman”
Saya bersyukur diciptakan di Dunia ini sebagai penembang dan pengembang seni budaya dari akar seni Gamelan, sehingga menerbangkan saya dari panggung ke panggung kehormatan di seluruh Dunia.
Mohon diceritakan tentang keluarga Anda?
Suami saya Dwi Nugroho (Idud Sentana Art) adalah seorang luthier, instruments maker, generasi ke-3 dari trah pembuat alat alat musik sejak zaman Belanda. Anak saya, Aruna Jagad Anuraga berusia 3 tahun 5 bulan. Sudah kelihatan bakatnya kelak menjadi seniman seperti ayah ibunya, heheheh…. (sumber: Majalah GENTA).
(COSMAS)