Meningkatkan Minat Menulis Cerpen Melalui Penerbit Indie

Spread the love

ARTIKEL POPULER

Muhamat Sulkan, S.Pd.

Guru Bahasa Indonesia MTs Sholihiyyah Kalitengah Mranggen Demak

Secara nasional masih saja ditemukan indikasi klaster baru penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Hal itu manjadi alasan mengapa pemerintah belum menghimbau pelaksanaan skenario KBM tatap muka. Pembelajaran Jarak Jauh masih menjadi alternatif utama demi pencegahan penularan Covid-19 di lingkungan sekolah.

Di beberapa daerah dengan kondisi perkembangannya yang membaik, mulai memberlakukan simulasi pembelajaran tatap muka. Seperti halnya sikap yang diambil Kementerian Agama Kabupaten Demak dengan mengeluarkan Surat Edaran No. B.5466 KK.11.21/2/PP.00/10/2020 tentang Simulasi KBM Blended Learning. Isi surat tersebut memberikan izin terhadap RA, MI, dan MTs untuk melaksanakan KBM Blended Learning mulai tanggal 2 November 2020 dengan mematuhi protokol kesehatan. Meskipun demikian, guru tentu masih mengalami kendala karena waktu pembelajaran tatap muka hanya 4 jam perhari. Peserta didik yang diizinkan hadir pun hanya 50% saja.

Sampai saat ini, belum ada kabar perpanjangan simulasi KBM Blended Learning tersebut. Padahal pelaksanannya dapat berjalan dengan lancar. Klaster baru penyebaran Covid-19 tidak ditemukan di lingkungan madrasah, selama sebulan pemberlakuan simulasi tersebut.

Jika pelaksanaan KBM kembali mengacu pada keputusan Kemendikbud Pusat, maka peserta didik kembali belajar di rumah. PJJ tentu akan membuat mereka kembali merasa bosan bahkan stres. Hal itu karena minimnya pemantauan dari guru dan kurangnya pendampingan orang tua ketika anak-anak belajar di rumah.

Melihat kondisi demikian guru masih terus dituntut untuk mampu bersikap lebih bijak dan kreatif. Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada masa pandemi ini, guru dapat mengadaptasi model pembelajaran Projek Based Learing. Menurut Buck Institute for Education (BIE) (dalam Khamdi, 2007) Project Based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik. Model ini memungkinkan siswa mampu berkreasi di rumah untuk menghasilkan produk atau karya. Guru dapat memilih pembuatan karya yang tepat untuk mereka.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru bahasa Indonesia dalam rangka meningkatkan minat peserta didik untuk menulis cerpen yaitu dengan menerbitkan karya mereka melalui Penerbit Indie dalam bentuk buku antologi cerpen. Penerbit indie atau penerbit independen adalah sebuah cara alternatif untuk menerbitkan buku atau media yang lain yang dilakukan penulis naskah bukan dari penerbitnya. Di masa pembelajaran PJJ ini banyak lembaga atau penerbit yang membuka pelatihan menulis buku secara online. Guru dapat mengarahkan peserta didik untuk mengikuti salah satu pelatihan tersebut. Peserta didik akan dilatih strategi menulis buku dan langkah-langkah penerbitannya melalui penerbit indie atau bisa juga dengan cara Self Publishing.

Namun demikian, guru harus terus memantau dan mendampingi agar peserta didik dapat menghasilkan karya yang bagus untuk diterbitkan dalam bentuk buku. Setiap peserta didik hanya diberi tugas menulis satu cerpen yang menarik dan mengandung nilai kehidupan luhur di dalamnya. Cerpen kemudian dikirim kepada guru melalu aplikasi WhatsApp. Guru mengoreksi dan meminta peserta didik untuk merevisinya jika masih terdapat hal yang kurang. Setelah proses perbaikan selesai, semua cerpen hasil peserta didik dikumpulkan dan dikirim ke penerbit untuk proses pracetak sesuai jadwal yang disampaikan dalam pelatihan. Biaya pracetak hingga penerbitan  dapat dikomunikasikan kepada orang tua peserta didik. Biasanya biaya penerbitan buku untuk siswa tidak terlalu mahal, kurang lebih lima ratus ribu rupiah. Jika satu kelas terdapat 32 anak, itu berarti setiap peserta didik diberi beban iuran sebesar enam belas ribu rupiah. Buku antaologi cerpen yang sudah terbit dapat ditaruh di perpustakaan sekolah.

Kegiatan penerbitan buku karya peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajar menulis cerpen pada peserta didik kelas IX MTs Sholihiyyah Kalitengah Mranggen Demak. Hal itu karena peserta didik akan merasa bangga jika karyanya dapat dipajang di perpustakaan sekolah dalam bentuk buku dan dibaca banyak orang.

 

Editor: Cosmas