Layanan Konseling Kelompok dengan Teknik Reframing Tingkatkan Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI

Spread the love


Oleh: Nur Ariyanti, S.Psi.

Mengajar Kelas XI Mata Pelajaran Bimbingan dan Konseling (BK)
SMA Ihsaniyah Tegal

Pendidikan adalah sebagai salah satu pilar pembangunan suatu negara memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan potensi peserta didik. Salah satu aspek kritis yang perlu diperhatikan adalah perkembangan psikologis siswa, termasuk aspek kepercayaan diri. Kepercayaan diri memiliki peranan sentral dalam membentuk sikap mental dan kemampuan seseorang dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Kepercayaan diri siswa adalah keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki oleh siswa terhadap kemampuan, nilai diri, dan potensi yang dimilikinya. Ini mencakup keyakinan siswa terhadap kemampuan akademis, keterampilan sosial, serta kapasitas untuk mengatasi tantangan dan rintangan dalam kehidupan sehari-hari. Kepercayaan diri memainkan peran penting dalam pengembangan pribadi siswa dan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk pencapaian akademis, keterlibatan sosial, dan kesejahteraan psikologis (Henny Puspitarini, 2014).
Seorang siswa dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi cenderung lebih mampu mengatasi tekanan dan tantangan, memiliki motivasi diri yang lebih besar, serta lebih siap mengambil risiko untuk mencapai tujuan mereka. Sebaliknya, siswa dengan kepercayaan diri yang rendah mungkin merasa tidak yakin tentang kemampuan mereka, cenderung menghindari tantangan, dan mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola stres. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat kepercayaan diri siswa melibatkan berbagai aspek, seperti dukungan sosial, pengalaman akademis, respon dari lingkungan sekitar, dan persepsi diri. Oleh karena itu, mendukung pengembangan kepercayaan diri siswa menjadi penting dalam konteks pendidikan untuk membantu mereka mencapai potensi maksimal mereka dan menghadapi berbagai situasi dengan sikap positif (Jalaluddin Rakhmat, 2013).
Di tengah dinamika perkembangan remaja, terutama pada siswa kelas XI SMA Ihsaniyah Tegal, ditemui beberapa tantangan yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan diri mereka. Faktor-faktor seperti tekanan akademis, perubahan fisik dan emosional, serta interaksi sosial dapat memberikan dampak signifikan terhadap kepercayaan diri siswa. Oleh karena itu, perlu ada upaya yang strategis dan terarah untuk membantu mereka mengatasi ketidakpastian dan meningkatkan kepercayaan diri. Salah satu pendekatan yang dianggap efektif dalam menangani permasalahan psikologis seperti ini adalah melalui layanan konseling kelompok dengan menerapkan teknik reframing. Reframing merupakan suatu metode kognitif yang dapat membantu individu melihat dan menginterpretasikan suatu situasi dari sudut pandang yang berbeda, sehingga dapat mengubah persepsi dan respons terhadap masalah yang dihadapi (Dede Rahmat, 2018).
Layanan konseling kelompok dengan menerapkan teknik reframing adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membantu anggota kelompok mengatasi masalah atau tantangan dengan cara melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda atau mengubah cara mereka menginterpretasikan suatu peristiwa. Reframing berfokus pada perubahan pola pikir dan penilaian terhadap situasi, sehingga individu dapat menggantikan pandangan negatif atau tidak produktif dengan sudut pandang yang lebih positif dan konstruktif (Wahyu Nuraisya dan ‎Dwi Yuliawati, 2020).
Dalam konteks layanan konseling kelompok, teknik reframing digunakan untuk membantu anggota kelompok mengeksplorasi dan memahami berbagai persoalan atau masalah yang mereka hadapi. Proses ini dapat melibatkan identifikasi pola pikir negatif, kepercayaan yang membatasi, atau interpretasi yang tidak sehat terhadap pengalaman mereka. Melalui diskusi dan pandangan bersama dalam kelompok, peserta dapat diajak untuk melihat situasi tersebut dengan cara yang lebih positif dan bermanfaat (Tohirin, 2017).
Berikut adalah langkah-langkah dalam menerapkan teknik reframing dalam layanan konseling kelompok pada siswa kelas XI SMA Ihsaniyah Tegal: (1) Identifikasi pola pikir negatif. Guru membantu siswa mengidentifikasi pola pikir negatif atau interpretasi yang mungkin membatasi pemahaman mereka terhadap suatu masalah. (2) Eksplorasi alternatif. Siswa diajak untuk mengeksplorasi alternatif pemahaman atau penilaian terhadap situasi tersebut. Ini dapat melibatkan berbagai pertanyaan dan diskusi untuk menggali pandangan yang berbeda. (3) Reformulasi pemikiran. Guru membimbing siswa dalam merumuskan kembali atau merubah cara mereka memandang masalah tersebut. Hal ini dapat melibatkan menemukan aspek positif, pelajaran yang dapat dipetik, atau potensi solusi. (4) Dukungan kelompok. Siswa memberikan dukungan satu sama lain dalam proses reframing. Interaksi positif dan saling pengertian dalam kelompok dapat memperkuat perubahan pandangan. (5) Implementasi perubahan. Siswa didorong untuk mengimplementasikan perubahan pemikiran baru dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini dapat melibatkan tindakan konkret untuk mengatasi masalah atau mengubah perilaku.
Melalui studi ini, dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok dengan menerapkan teknik reframing mampu memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas XI SMA Ihsaniyah Tegal. Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan, beberapa temuan menarik dapat diidentifikasi yaitu proses reframing dalam kelompok konseling membantu siswa untuk lebih memahami diri mereka sendiri, mengidentifikasi pola pikir negatif, dan menyadari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Selain itu, melalui teknik reframing, siswa berhasil mengubah pola pikir negatif menjadi pandangan yang lebih positif dan konstruktif terhadap diri sendiri dan situasi yang dihadapi. Mereka belajar untuk melihat tantangan sebagai peluang untuk pertumbuhan dan pembelajaran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok dengan teknik reframing dapat menjadi strategi efektif dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas XI SMA Ihsaniyah Tegal. Keberhasilan pendekatan ini tidak hanya terletak pada perubahan individual, tetapi juga pada atmosfer positif kelompok yang mendukung pertumbuhan personal dan saling dukung antara nggota. Oleh karena itu, disarankan untuk terus mengintegrasikan layanan konseling kelompok dengan teknik reframing dalam konteks pendidikan untuk mendukung pengembangan psikologis siswa secara holistik.**

Editor: Cosmas