Metode Resitasi sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Spread the love

Oleh: Lurith Maria Syahbani, S.Pd.I.
Mengajar Kelas V Mata Pelajaran Akidah Akhlak

MI Muhammadiyah Unggulan SuruhKalang, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar

Mata pelajaran Akidah Akhlak memiliki peran sentral dalam membentuk karakter dan moral siswa sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Namun, dalam proses pembelajarannya, terdapat beberapa permasalahan yang mungkin muncul. Sering kali, siswa kesulitan memahami konsep-konsep akidah dan akhlak yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti keimanan, tauhid, akhlak mulia, dan sebagainya, dapat menjadi sulit dipahami secara mendalam oleh siswa. Keterbatasan pemahaman ini bisa menghambat mereka dalam menginternalisasi dan menerapkan nilai-nilai akidah akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Siswa mungkin merasa sulit untuk mengaitkan konsep-konsep akidah akhlak dengan realitas kehidupan mereka. Jika materi tidak disajikan dengan cara yang dapat dihubungkan dengan pengalaman pribadi atau situasi nyata, mereka mungkin merasa kurang tertarik dan kesulitan untuk melihat relevansi dari apa yang dipelajari. Metode pengajaran yang kurang interaktif dapat mengakibatkan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa hanya menjadi pendengar pasif tanpa kesempatan untuk berbicara, bertanya, atau menyampaikan pemahaman mereka. Akibatnya, pemahaman konsep mungkin tidak mendalam. Untuk mengatasi masalah itu perlu pendekatan yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa.
Dalam konteks ini, pendekatan pembelajaran yang tepat menjadi krusial dalam mencapai hasil belajar yang optimal (Nurkholis, 2013). Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah metode resitasi (Nurhayati, 2020). Penulis menerapkan metode ini di MI Muhammadiyah Unggulan SuruhKalang, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar karena metode ini menawarkan potensi besar dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap konsep-konsep akidah dan akhlak. Metode resitasi memiliki dasar teoritis dalam konsep partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Teori konstruktivisme menekankan bahwa siswa bukanlah sekadar penerima informasi pasif, tetapi mereka memiliki peran aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan dan konteks pembelajaran. Metode resitasi mendukung konsep ini dengan memberikan siswa peran untuk berbicara, merumuskan pemahaman, dan mengaitkan konsep akidah akhlak dengan pengalaman pribadi mereka (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2010).
Pengulangan dalam proses pembelajaran dikenal sebagai strategi efektif dalam meningkatkan daya ingat dan pemahaman. Teori kecerdasan multiple Howard Gardner juga menyoroti pentingnya pengulangan dalam memperkuat pengertian siswa terhadap suatu konsep. Metode resitasi memberikan peluang bagi siswa untuk mengulang kembali dan mengaktualisasikan kembali konsep-konsep akidah akhlak, sehingga memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam dan abadi (Howard Gardner, 2009).
Metode resitasi memiliki beberapa keunggulan yang menjadikannya pilihan yang tepat dalam konteks pembelajaran mata pelajaran Akidah Akhlak: (1) Keterlibatan aktif siswa. Dalam metode resitasi, siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Mereka tidak hanya menjadi pendengar pasif, tetapi menjadi aktor utama dalam mempresentasikan pemahaman mereka. Hal ini mendorong pemikiran kritis dan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep-konsep akidah dan akhlak. (2) Pemahaman yang lebih mendalam. Melalui pengulangan dan ekspresi verbal, siswa memiliki peluang untuk merenungkan konsep-konsep yang dipelajari. Ini membantu mereka memahami secara mendalam dan kontekstual mengenai akidah dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. (3) Pengembangan keterampilan berbicara. Metode resitasi juga berkontribusi pada pengembangan keterampilan berbicara siswa. Dengan berbicara di depan kelas, siswa meningkatkan kemampuan berkomunikasi mereka, membangun rasa percaya diri, dan mengatasi rasa gugup dalam menyampaikan pendapat. (4) Mendorong interaksi sosial. Resitasi mendorong interaksi sosial antara siswa dan guru, serta sesama siswa. Ini membuka pintu untuk berbagi pandangan, mendebat konsep, dan memperkaya pemahaman melalui sudut pandang yang beragam (Darmadi, 2017).
Adapun penerapan metode resitasi dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MI Muhammadiyah Unggulan SuruhKalang, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar menggunakan strategi sebagai berikut: (1) Penyiapan materi yang mendalam. Guru harus mempersiapkan materi dengan seksama, memberikan panduan yang jelas, dan merangkul berbagai aspek akidah akhlak agar siswa memiliki bahan yang memadai untuk disajikan selama sesi resitasi. (2) Pembuatan lingkungan yang inklusif. Guru perlu menciptakan lingkungan kelas yang mendukung dan inklusif. Hal ini akan menciptakan rasa aman bagi siswa untuk berbicara di depan kelas, berbagi pemahaman, dan mengajukan pertanyaan. (3) Evaluasi berbasis pemahaman. Guru dapat memberikan umpan balik berbasis pemahaman setelah sesi resitasi. Ini membantu siswa memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan dalam pemahaman mereka. Umpan balik positif akan meningkatkan motivasi siswa untuk berpartisipasi lebih aktif.
Berdasarkan hasil analisis, metode resitasi merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa MI Muhammadiyah Unggulan SuruhKalang, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar dalam mata pelajaran Akidah Akhlak. Dengan melibatkan siswa secara aktif, memberikan kesempatan untuk pengulangan dan refleksi, serta mendorong interaksi sosial, metode ini memainkan peran penting dalam membangun pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep akidah dan akhlak. Penerapan yang tepat dan bijak dari metode resitasi dalam konteks pembelajaran akan berkontribusi pada pengembangan karakter dan moral siswa sesuai dengan ajaran agama Islam.**

Editor: Cosmas