Etnomatematika Memantik Minat dan Prestasi Belajar Siswa

Spread the love

Oleh: Ahmad Rifai, S.Pd, M.Si, Guru Mata Pelajaran Matematika, SMA Negeri 11 Semarang

Mata pelajaran matematika diberikan kepada siswa untuk membekali kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Selain itu, mata pelajaran Matematika juga membekali siswa kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Belajar Matematika membutuhkan metode yang tepat untuk menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
Permasalahan yang terjadi pada siswa kelas X SMA Negeri 11 Semarang saat mengikuti pembelajaran matematika peminatan materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV) adalah kemampuan siswa menganalisis soal masih rendah, banyak siswa mengalami kesulitan memahami soal dan merumuskan apa yang diketahui, bahkan proses penghitungan dan pemakaian rumus dalam penyelesaian soal masih tidak benar. Menurut Sanggam (2016: 38) bahwa kesulitan belajar matematika disebabkan oleh sifat khusus dari matematika yang memiliki objek abstrak, siswa sering mengeluhkan bahwa matematika itu membosankan dan hanya berisi angka-angka dan rumus-rumus yang harus dihafalkan.
Memahami konsep matematika tidaklah mudah bagi siswa, apalagi dengan belajar secara online. Salah satu ciri Matematika menurut Soedjadi (2000:13) adalah matematika memiliki objek kajian yang abstrak. Hal inilah yang menjadikan siswa sering mengatakan bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit dan menjadi momok yang menakutkan bagi siswa. Kondisi seperti itu, membuat penulis berpikir bagaimana mengajar matematika yang notabene termasuk pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa agar tetap berlangsung dengan semangat dan tidak membosankan.

Salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan Etnomatematika. Misi dari pendekatan etnomatematika adalah sebagai pengetahuan untuk mengetahui cara yang berbeda dalam pengerjaan persoalan matematika dengan sektor yang berbeda dari sosial dengan mempertimbangkan cara perbedaan kebudayaan mereka (Dā€™ Ambrosio, 1993). Etnomatematika juga dapat berpengaruh dalam berfikir secara matematis dan dapat dikembangkan lagi dengan perbedaan kebudayaan peserta didik sebagai konteks masalah, hal ini linear dengan amanat kurikulum 2013 pada standar kompetensi bidang matematika yang harus membekali peserta didik pada berfikir kritis, logis dan sistematis, kreatif dan bekerjasama menyaring pengaruh.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan Etnomatematika dilakukan pada pembelajaran matematika Kompetensi Dasar Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV), yaitu melalui pendalaman materi dengan lebih banyak menggali dan merumuskan budaya lokal seperti kuliner khas setempat Kota Semarang misalnya lunpia dan wingko babat. Penugasan diberikan melalui Lembar Diskusi Siswa dan dikerjakan secara berkelompok dengan pemilihan materi lebih difokuskan pada pemecahan masalah mengenai rendahnya minat dan prestasi belajar menggunakan soal-soal cerita berbasis budaya lokal/etnomatematika di kelas X MIPA-4 SMA Negeri 11 Semarang.
Menurut Rosa & Orey (2008) tujuan dari etnomatematika adalah untuk menggambarkan pengalaman dari budaya peserta didik dan latihan pembelajaran individu, kerja kelompok, dan sosial. Etnomatematika sebagai sebuah pendekatan pembelajaran mengemas nilai-nilai budaya nusantara atau budaya lokal setempat untuk meningkatkan kepekaan peserta didik terhadap budaya setempat dan meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap matematika terutama dalam soal cerita yang selama ini terkesan rumit, dengan memasukkan nuansa budaya setempat, baik makanan, pakaian, dan adat istiadat
Melalui penerapan pendekatan pembelajaran Etnomatematika, para siswa kelas X MIPA-4 SMA Negeri 11 Semarang Tahun Pelajaran 2021/2022 tak lagi mengalami kesulitan dalam menganalisis soal materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV). Para siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar dan adanya permasaahan atau soal cerita dengan mengaitkan budaya lokal setempat ataupun makanan khas khususnya lunpia dan wingko babat di kota semarang membuat siswa lebih memahami soal dan merumuskan apa yang diketahui, serta mampu melakukan proses penghitungan dan pemakaian rumus dalam penyelesaian soal cerita sehingga mempengaruhi prestasi belajar siswa secara maksimal.**
Editor: Cosmas