Pemuda Derita Lumpuh Layu Tak Lagi Dapat Bantuan

Spread the love

SRAGEN, POSKITA.co – Nasib tragis menimpa seorang pemuda bernama Wawan Wahyu Aprianto (24) dari Dukuh Goketen RT 21/5, Desa Sidodadi, Masaran, Sragen.yang menyandang sakit lumpuh layu sejak lahir. Malangnya lagi, selain ditinggal ibunya meninggal dunia, juga ditinggal ayahnya. Ironisnya lagi, pemuda yang didera penyakit lumpuh layu ini tidak mendapatkan bantuan apapun.

Hal itu terungkap saat Ketua DPC Demokrat Sragen, Budiono Rahmadi mendadak menyambangi rumah Wawan, Senin kemarin. Kondisi Wawan hanya tergolek di kursi roda, hingga membuat politisi yang akrab disapa Mas Bro itu terlihat begitu terharu.

“Ini kami sengaja turun ke bawah setelah menerima laporan tentang kondisi Mas Wawan ini. Ternyata sangat memprihatinkan. Dia lumpuh layuh sejak kecil dan memiliki keterbatasan tidak bisa bicara. Setelah ibunya meninggal, bapaknya juga meninggalkan tak mau merawat. Kalau kita lihat kondisinya sangat-sangat memprihatinkan,” papar Mas Bro didampingi kerabat Wawan,

Menurutnya, ia tergerak menyambangi setelah mendapat laporan kondisi Wawan yang dinilai sangat butuh bantuan. Kedatangannya dalam rangka berempati dalam nuansa bulan suci saat ini.

Dalam kesempatan itu, Budiono juga menyempatkan memberikan bantuan santunan uang untuk membantu meringankan perawatan Wawan. Sebab selama ini Wawan hanya diasuh oleh kakaknya dengan keterbatasan ekonomi sebagai buruh serabutan. Karenanya ia berpesan kepada kakak Wawan agar tabah dan sabar untuk terus merawat karena itu akan menjadi berkah.

“Kepada teman-teman atau mungkin diberi kelebihan, harapan kami mudah-mudahan bisa berempati dan berbagi. Agar bisa sedikit meringankan beban keluarga,” terangnya.

Kakak Wawan, Distanto Eko Saputro (34) menuturkan kondisi lumpuh dan tuna wicara itu dialami Wawan sejak kecil. Ia mengaku sendirian merawat adiknya itu setelah ibunya meninggal dan bapaknya pergi meninggalkan keluarga sejak 10 tahun lalu.

“Kondisi lumpuh ini sudah sejak lahir. Dia juga tidak bisa bicara. Sehari-hari ya hanya di kursi roda begitu. Makan minum disuapi, kalau mandi nanti saya yang mbopong,” ujarnya.

Eko tak menampik kondisi ekonominya memang pas-pasan. Selama ini ia harus banting tulang sendirian menghidupi istri dan mertuanya yang tinggal satu rumah. Serta adiknya paling bungsu yang saat ini masih sekolah. Sementara penghasilannya sebagai buruh sangat minim dengan beban harus menghidupi enam orang di rumahnya termasuk Wawan.

“Dulu pernah dapat bantuan Rp 300.000 dari dinas sosial tiap bulan memang agak ringan. Sejak 2018 nggak dapat lagi. Bantuan sosial tunai (BST) pas pandemi kemarin juga sempat dapat tapi dua bulan ini sudah nggak dapat dari desa katanya ada pengurangan jatah,” tuturnya.

Paman Wawan, Samin (52) menyampaikan untuk kursi roda dulu dibantu dari dinas sosial. Hanya saja, sejak BST dan BLT dari Dinsos dihentikan, kini keluarga agak kesulitan lantaran hanya bergantung dari hasil mburuh kakaknya saja. (Cartens)