Merdeka Menulis Cerpen PJJ Bahasa Indonesia Kelas XI SMA

Spread the love

Oleh Eko Murni Ciptaningsih, S.Pd.
SMA N 1 Banjarharjo Brebes 

Merdeka menulis bukan berarti keluar dari aturan-aturan menulis, tetapi merdeka dalam artian merdeka mengungkapkan ide-ide, gagasan-gagasan, pendapat dan penuh percaya diri untuk menulis, terutama menulis cerpen.

Merdeka menulis perlu diperkenalkan kepada siswa terutama siswa kelas XI, karena ada pembelajaran yang berkaitan dengan menulis cerpen. Ketika siswa ada tugas menulis cerpen, tanggapan mereka hampir sama, yaitu menulis cerpen itukan susah sekali,saya tidak bisa, wah…malas sekali nulis cerpen. Karena mereka tidak mau mengembangkan gagasan, ide-ide, dan imajinasi mereka, karena masih beranggapan menulis itu sangat rumit dan sulit.

Pembelajaran menulis cerpen sebenarnya sudah diawali dengan teori tentang cerpen, kaidah kebahasaan, dan juga cara mengembangkan temanya. Pembelajaran dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) juga diawali seperti pada pembelajaran tatap muka. Siswa mudah memahami teori-teori yang disampaikan, tetapi ketika pada kegiatan menulis terutama menulis cerpen mereka menyerah mengcopy paste yang ada di internet.

Sebagai guru Bahasa Indonesia, kita perlu menyuport siswa-siswa untuk berlatih menulis cerpen dengan cara merdeka menulis. Bagaimana caranya? Karena pembelajaran saat ini masih PJJ kita bisa menggunakan googgle classroom atau media internet yang lainnya. Dengan menggunakan media tadi, guru dan siswa mengawali mendiskusikan tema yang akan ditulis. Mereka bebas mengungkapkan ide yang akan ditulis. Bersama-sama menulis cerpen, dimulai pada bagian pendahuluan. Pada bagian ini, bagian yang tersulit, terutama bagi penulis pemula, karena ide banyak” berseliweran” di kepala, sementara tulisan tidak dapat muncul dengan mudah.

Oleh karena itu, guru membantu mengeluarkan ide itu dengan memberikan saran yang dapat ditulis oleh siswa. Misalnya, banyak dijumpai siswa menulis pendahuluannya dengan kalimat-kalimat seperti ini.

”Pada suatu hari di Desa Malahayu terdapat sebuah keluarga yang sangat sederhana, di antara anaknya terdapat gadis yang sangat cantik dan masih bersekolah di SMA. Guru menawarkan contoh kalimat yang lebih bagus sesuai dengan ragam cerpen, misalnya menjadi; “ Namaku Hening, aku bersekolah di SMA 1 Banjarharjo. Hening, nama yang jarang dimiliki oleh orang-orang di sekitarku, dan nama yang mengungkapkan bentuk sunyi tapi aku tidak merasa sunyi dan sendiri.”

Atau siswa dapat mengembangkan dengan kalimat-kalimat lain yang lebih menarik, tanpa merasa dipaksa untuk mengembangkan ide dengan kalimat-kalimat yang menarik.
Setelah bagian pendahuluan terselesaikan, siswa melanjutkan pada bagian berikutnya yaitu pengungkapan peristiwa atau complication. Siswa menuliskan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya. Sering menjumpai tulisan-tulisan siswa pada bagian ini masih seperti cerita kejadian yang betul-betul mereka alami, atau betul-betul kisah nyata dengan gaya penulisan siswa kelas lima atau kelas enam. Membutuhkan kesabaran untuk membimbing mereka, apalagi ketika pembelajaran masih PJJ seperti saat ini tidak mudah melihat satu persatu apa yang mereka tuliskan.

Dengan berdiskusi di googgle classroom, pelan-pelan mengubah gaya tulisan mereka ke ragam cerpen yang paling tidak dapat dinikmati sebagai cerpen.
Merdeka menulis cerpen, merdeka mengungkapkan ide-ide dan gagasan-gagasan mempermudah siswa melanjutkan penulisan cerpen menuju pada adanya konflik atau rising action. Rising action atau konflik ini ibaratnya jantung pada tubuh manusia. Karena pentingnya bagian ini siswa harus betul-betul membuat konflik yang tak terduga oleh pembaca.

Bagaimana caranya? Tentu ini sangat sulit, apalagi bagi siswa yang baru pertama kali menulis cerpen. Usaha yang paling mudah untuk membantu mereka, tanyakan apa yang akan dituliskan pada bagian ini. Apakah mau dituliskan peningkatan perhatian pada tokohnya, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh. Biarkan mereka menuliskan kalimat-kalimat mereka sendiri, kemudian kita diskusikan bersama-sama apakah ada kalimat yang lebih menarik lagi untuk dituliskan dibandingkan kalimat-kalimat mereka sebelumnya, tentunya mereka merdeka memilih kalimat yang menarik sesuai dengan konflik cerpen.

Keberhasilan sebuah cerpen ditentukan oleh puncak konflik atau turning point. Bagian ini menantang untuk dieksekusi atau diselesaikan. Cerpen akan dibuat mendebarkan atau biasa-biasa saja terdapat pada bagian ini.

Menerapkan merdeka menulisnya bagaimana? Biarkan siswa mengembangkan ceritanya untuk memberikan konflik yang menurut mereka menarik. Siswa membacakan tulisannya sendiri, sambil dirasakan apakah kalimat-kalimatnya sudah menarik ataukah masih janggal. Berikan solusi tanpa memasung kemerdekaan mereka menulis. Ingatkan apakah tulisan mereka yang berisi konflik itu sudah manusiawi?

Terakhir adalah penyelesaian, akhir cerita yang berisi penjelasan tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokoh-tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak. Atau bisa juga cerita menggantung diserahkan kepada pembacanya. Boleh juga dalam merdeka menulis, membiarkan siswa meliarkan idenya namun masih berprinsip pada kalimat-kalimat yang beragam cerpen dengan keindahan sebuah cerpen yang merupakan tulisan rekaan bukan kisah nyata.

Dengan merdeka menulis ini siswa terpacu untuk dengan senang hati menulis cerpen yang pada awalnya merupakan tugas menjadi sebuah kegiatan yang menarik dan bermanfaat.

Editor: cosmas