Menggerakkan Peran Orang Tua Saat PJJ

Spread the love

ARTIKEL POPULER

Ririn Hayatiningsih, S.Pd 

SMPN 04 Batu

Pandemi covid ’19 yang dirasakan sebagian manusia di seluruh penjuru dunia tak terkecuali Indonesia. Disadari atau tidak kita terkejut dengan beberapa kebiasaan dan aturan baru. Misalnya tidak boleh berjabat tangan, harus menjaga jarak, harus memakai masker, harus cuci tangan dan terlebih lagi pembelajaran jarak jauh atau dikenal dengan istilah PJJ.

Kita semua kebingungan dengan model baru PJJ yang selama ini tidak pernah atau jarang kita lakukan. Banyak diantara para guru rela webinar berhari hari untuk mencari model yang tepat seputar kegiatan pembelajaran jarak jauh. Demikian juga para orang tua yang stress menghadapi model baru PJJ. Bahkan tidak sedikit diantara orang tua yang putus asa dengan adanya PJJ.

Banyak kita temukan komentar komentar pedas terkait PJJ. Alasan tidak punya android, alasan ekonomi tidak bisa bekerja, serta alasan alasan lain yang kadang lucu untuk didengar. Kita faham dengan alasan mereka, bahkan kita mungkin juga seperti mereka. Lalu apa permasalahan nya?

Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai macam masalah. Agar manusia bisa “survive”, maka manusia wajib bisa mengatasi dan mengelola masalah itu dengan baik. Karena jika kita berpikir positif, semua masalah bernilai hikmah bukan musibah. Lalu… mengapa ada pandemi? Apa hubungannya dengan PJJ?

Pembelajaran Jarak Jauh mewajibkan bagi para orang tua bisa mendampingi dan mengajari putra putrinya untuk belajar dan melakukan pembiasaan serta muatan nilai karakter. Jika selama ini kita disibukkan dengan urusan pekerjaan, urusan diluar rumah dan seabrek kesibukan yang menyita waktu kebersamaan dengan keluarga dan anak anak, kita perlu tersadar dengan rutinitas selama ini yang tiba tiba berubah. Selayaknyalah kita sebagai orang tua harus mendampingi mereka, mengajari mereka, menanamkan nilai karakter etika, moral, sopan santun, keterampilan, serta kemandirian. Karena anak adalah sebuah amanah yang tidak boleh kita sia siakan. Dari merekalah lantunan do’a yang kelak kita nantikan.

Jika kita kembali kepada fungsi keluarga sebagai ” madrasatul ula” dan “tarbiyatul ula” bagi putra putrinya, yang mengajarkan ilmu agama,ilmu sosial, nilai akhlaq, nilai moral dan nilai nilai kebiasaan. Para orang tua seharusnya tidak perlu risau dan resah karena kebijakan pembelajaran jarak jauh  ini, karena pada hakekatnya sekolah yang pertama dan utama adalah keluarga.

Fungsi orang tua adalah  guru pertama bagi anak anaknya. Sehingga tidak ada lagi alasan para orang tua enggan mendampingi anak anak mereka, apalagi melimpahkan kewajiban ini kepada orang lain yang bukan keluarga, seperti pembantu dan sejenisnya.  Sekali lagi, orang tua adalah guru pertama bagi anak anaknya, bukan pembantu, bukan baby sitter. Para orang tua seharusnya merasa enjoy dan berbahagia dengan perannya sebagai “guru” bagi anak anaknya, karena mengajarkan ilmu yang bermanfaat adalah ladang pahala yang Insya Allah terus mengalir meskipun kita sudah wafat.

Semoga tulisan ini bermanfaat terutama bagi diri saya sendiri, yaitu mengembalikan fungsi keluarga sebagai pendidik pertama dan utama dalam membentuk keluarga yang berakhlaq dan berkarakter.

 

Editor: Cosmas