Model Make A Match, Solusi Hebat Pembelajaran
Oleh: Rahmat Basuki SPd
Guru PPKn SMK Negeri1 Wanareja, Cilacap
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (Pasal 1 angka 1 UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Secara sederhana, untuk mengukur profesionalisme guru dapat dilihat dari kompetensi yang dimilikinya. Ada empat macam kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Menurut M Hosnan (2016:151) ada 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai kompetensi pedagogik, yaitu: 1) menguasai karakteristik peserta didik. 2) menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran. 3) mengembangkan kurikulum. 4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5) memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran. 6) mengembangkan potensi peserta didik. 7) berkomunikasi secara simpatik, empatik, dan santun. 8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 9) memanfaatkan hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran. 10) melakukan Tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Penerapan model pembelajaran yang sesuai merupakan bagian dari implementasi dari kompetensi pedagogik. Guru harus mampu memahami dan menerapkan model yang sesuai dalam kegiatan pembelajarannya.
Mapel PPKn mengandung materi yang berisi konsep-konsep nilai yang harus difahami, sehingga nilai tersebut dapat diimplemantasikan dalam kehidupaan sehari-hari. Materi Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika merupakan materi yang dapat meningkatkan nasionaalisme dan patriotisme, sehingga dalam penyajian materi, guru PPKn harus mampu menerapkan suatu model pembelajaran yang menyenangkan, partisipatif, kolaboratif dan aktif, sehingga dapat meningkatkan minat belajar, meningkatkan partisipasi dan tidak membosankan, agar materi yang disampaikan dapat difahami dan diimplementasikan dalam kehidupan.
Guru PPKn sebagai tenaga pendidik, harus dapat menentukan model yang tepat dalam pembelajaran. Salah satu yang jadi pertimbangan guru dalam menentukan model pembelajaran diantaranya adalah materi pokok dan karakteristik peserta didik. Materi Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika di kelas X SMK menurut penulis sangat sesuai menggunakan model Make A match.
Model Make A Match merupakan model dengan teknik mencari pasangan, sambil belajar mengenai konsep atau topik tertentu dengan suasana menyenangkan. Dalam pembelajaran peserta didik lebih mengembangkan sifat kerjasama, pembelajaran aktif dan tidak membosankan.
Menurut Imas Kurniasih (2016:57), langkah-langkah model Make A Match sebagai berikut: Guru menyiapkan beberapa kartu yang banyaknya disesuaikan dengan jumlah peserta didik, sebagian berisi. soal dan sebagian jawaban. Guru membagikan kartu kepada setiap peserta didik secara acak. Setiap peserta didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang dipegang. Setiap peserta didik mencari pasangan yang sesuai dengan dibatasi waktu tertentu. Setiap peserta didik yang dapat mencocokan kartunya langsung menempatkan diri bersama pasanganya.
Peserta didik yang menemukan pasangannya sebelum waktu habis mendapat nilai maksimal. Setelah semua peserta didik bertemu pasangannya, kemudian mereka mempresentasikan didepan temannya.
Pada saat presentasi, peserta didik lain yang menentukan apakah pasangan tersebut merupakan pasangan yang jawabannya tepat atau tidak. Setelah semua kelompok mempresentasikan, kemudian kartu dikumpulkan kembali. Kartu dibagikan kembali secara acak kepada peserta didik, dengan teknik yang sama seperti pada kegiatan awal.
Perputaran terus berlanjut sampai beberapa kali, sehinga peserta didik menguasi indicator-indikator yang telah ditetapkan. Pada akhir kegiatan, guru dan peserta didik menyimpulkan materi secara bersama-sama.
Sistem penilaian pada pembelajaran model Make a Match, menilai aspek pengetahuan, dengan cara merata-rata antara jawaban yang benar dan tepat waktu saat putaran pertama sampai terakhir. Penilaian aspek keterampilan diperoleh dengan cara menilai keaktifan peserta didik mencari pasangannya dan pada saat mereka presentasi.
Menurut Imas Kurniasih (2016:56), model Make A Match memiliki beberapa kelebihan, di antaranya yaitu: mampu meningkatkan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Materi yang disampaikan lebih menarik. Mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik yang maksimal. Tumbuhnya suasana kegembiraan dalam pembelajaran. Adanya Kerjasama antar peserta didik yang dinamis. Munculnya dinamuka gotong royong.
Motode Make a Match yang penulis terapkan pada pembelajaran KD Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika di kelas X SMK dapat meningkatkan motivasi belajar. Hal tersebut dibuktikan dengan angket yang penulis edarkan, berisi quisioner untuk diisi sesuai dengan apa yang mereka rasakan selama melaksanakan pembelajaran dengan model Make A Match.
Mereka menyimpulkan bahwa pembelajaran sangat menyenangkan, tidak membosankan dan meningkatkan rasa percaya diri. Prestasi belajar yang dihasilkan juga meningkat secara signifikan, dengan mencapai ketuntasan klasikal 90 % peserta didik mencapai KKM dari yang disyaratkan secara klasikal minimal 85 %.
Demikian solusi dalam pembelajaran mata pelajaran PPKn, khususnya materi Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika kelas X SMK, agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran aktif, meningkatkan motovasi belajar, dan prestasi yang maksimal.
Editor: Cosmas