Mengenalkan Tradisi Budaya “Dewi Sri”  di Ajang  Diplomasi Budaya Internasional

Spread the love

THAILAND, POSKITA.co – Ketika generasi muda urban ke kota, maka sawah-sawah menjadi gersang, tandus. Pabrik dan mall berdiri di mana-mana.

Ketika pak tani dan bu tani sudah meninggalkan adat tradisi budaya berupa “Wiwit dan Methik, ” dan caos dhahar serta menghilangkan petung pranoto mongso,  maka Dewi Sri marah. Kemarahan Dewi Sri menciptakan ribuan hama tanaman berupa walang sangit,  wereng,  slundep dan tikus. Akhirnya petani gagal panen dan musim paceklik.

Demikian garis besar repertoar yang dibawakan Organisasi Lintas Negara diketuai Joko Ngadimin S.Sn, dari Sanggar Seni Sekar Jagad Sukoharjo didukung oleh Sanggar Wayang Gogon Surakarta  (Gogon), dan Sanggar Budaya Kampung Kodok Karanganyar (Isnin Sholihin).

“Namun setelah petani sadar dan kembali mengolah sawahnya dengan baik dan ramah lingkungan, juga petani kembali pada adat tradisi budaya pertanian yg dekat dengan lesung,  garu luku,  dan kekidungan Dewi Sri,  maka panen pun melimpah.  Masyarakat petani melakukan pesta panen sebagai tanda rasa syukur atas panen yang melimpah,” ujar Joko Ngadimin kepada www.Poskita.co, Jumat (17/1/2020).

Kegiatan ini digelar atas   undangan pada Acara Diplomasi Budaya Internasional yang diadakan di Museum Sriprakard Chiangmay Thailand  Matom Art Space  De Asobo dari sejak tgl 11 – 26 Januari 2020.

Acara ini didukung oleh Galeri Nasional Indonesia di Jakarta,  Kepala Galeri Nasional Indonesia di Jakarta,  Drs. Pustanto   MM,  bersama-sama  membangun kekuatan diplomasi Seni Budaya dan pengenalan seni budaya di kancah Internasional.

Indonesia Satu menampilkan karya    kolaborasi wayang, tembang-tembang pertanian dan kekidungan,  serta mantra-matra pertanian yang digubah dalam bentuk lagu. Tema dari karya ini adalah membangun kesadaran masyarakat untuk kembali pada tata kelola pertanian yang ramah lingkungan, kembali pada adat tradisi   pertanian yang masih menggunakan petung pranoto mongso atau tata musim berdasarkan hitungan jawa.

Joko Ngadimin mengajak masyarakat untuk mengolah sawah pertaniannya dengan baik dan menghindari kimiawi. Selain itu, mengajak generasi muda di pedesaan untuk senang bertani, sehingga sawah pertanian menjadi tanah produktif, tidak menjadi tandus gersang dan ditumbuhi pabrik pabrik dan mall.

Penulis: Cosmas