Workshop PTK untuk Meningkatkan Mutu  

Spread the love

SOLO, POSKITA.co – Guru bukan sekadar mengajar, tetapi harus melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK sebagai sarana untuk meningkatkan pelayanan mutu menjadi meningkat.

Hal ini dikemukakan Budi Setiono Hadi SPd MPd, Kabid GTK Dinas Pendidikan Kota Surakarta, saat memberikan kata sambutan di SMP Negeri 8 Surakarta, dalam rangka  workshop penyusunan PTK bersama  guru dan latihan membuat artikel, jurnal, dan Pengembangan Diri (PD).

Dikatakan Budi, tujuan workshop penyusunan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meneliti guru dan peserta didik. Guru mengajar agar supaya peserta didik menjadi lebih pandai dari sebelumnya.

“Guru melayani peserta didik agar menjadi anak yang berkarakter. Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas ini pelayanan mutu menjadi meningkat. Guru tidak hanya mengajar di kelas tetapi juga harus membuat Penelitian Tindakan Kelas,” ujar Budi.

PTK bisa digunakan untuk membuat Pengembangan Diri (PD) dan menulis jurnal. Karena syarat untuk kenaikan pangkat mulai dari golongan IIId harus membuat PTK yang sudah diseminarkan. Syarat seminar diikuti oleh 3 (tiga) sekolahan dengan peserta seminar minimal 15 orang guru.

Hadir dalam workshop diantaranya Kepala SMP N 8 Triad Suparman MPd dan  guru SMPN 8 Surakarta. Workshop berlangsung selama 5 hari.

Menurut Triad Suparman, workshop sebuah kegiatan atau acara yang dilakukan dimana beberapa orang yang memiliki keahlian di bidang tertentu berkumpul untuk membahas masalah tertentu dan mengajari para peserta workshop antara teori dan praktek.

“Dengan workshop PTK ini tujuannya adalah sebagai pembelajaran perbaikan kelas, selain bisa untuk angka kredit. Kebetulan saya juga membutuhkan angka kredit ini agar tidak hanya berhenti di golongan IVa saja tetapi juga untuk salah satu syarat kenaikan pangkat,” ujar Triad Suparman.

Harapannya kepada bapak ibu guru agar semangat dalam mengikuti workshop dan tidak hanya berhenti di golongan tertentu dalam jangka waktu melebihi aturan yang sudah ditentukan.

Dijelaskan Ketua panitia, Dra Inawati, panitia  mengundang nara sumber yang kompeten dalam bidang PTK di antaranya Dra Siti Muslikhah MM. Pembahasan dan pemberian contoh laporan Penelitian Tindakan Kelas banyak yang disesuaikan dengan mata pelajaran bagi peserta didik yang mengikuti workshop. Jadi tidak hanya khusus mata pelajaran yang diampu oleh nara sumber saja.

Setiap kali pertemuan peserta diharuskan sudah membuat PTK sesuai dengan mata pelajaran masing-masing untuk diteliti oleh nara sumber. Sesuai dengan keinginan peserta workshop, revisi yang diberikan dari nara sumber sangat jelas dan mudah untuk dimengerti. Bahkan ada seorang guru yang menyerahkan buku PTK yang sudah dijilid dan sudah pernah diseminarkan tetapi mendapatkan nilai 0.

Peserta juga sudah menyadari kalau PTK itu tidak dikonsultasikan langsung maka mustahil akan bisa berhasil dan benar. Seperti dalam mengerjakan skripsi waktu masih kuliah, selalu konsultasi dengan dosen pembimbing.

Kenyataannya di Kota Surakarta banyak yang sudah mengajukan PTK untuk dinilai, tetapi banyak juga yang gagal. Nilai PTK hanya ada dua macam yaitu 0 dan 4. Nilai 4 otomatis mendapatkan nilai, tetapi kalau mendapatkan nilai 0 maka wajib untuk direvisi lagi/pembetulan. Banyak yang berhenti direvisi karena PTK ini memang benar-benar tidak mudah. Memerlukan waktu dan tenaga yang banyak untuk menyelesaikan PTK ini.

Menurut Ngateman SPd, Waka Humas SMP Negeri 8 Surakarta, berdasarkan pengamatan dari nara sumber rata-rata peserta workshop sangat antusias sekali bahkan semangat, tidak terkecuali Kepala Sekolah. Bahkan peserta workshop yang berjumlah 44 orang guru ini, banyak yang membuat PTK. Ada beberapa yang tidak membuat, karena usia yang sudah menjelang pensiun.

Peserta yang mendapatkan buku ini merupakan peserta yang aktif dalam bertanya dan rajin membuat PTK. Penerima hadiah itu antara lain Kepala Sekolah Triad Suparman MPd, Dwi Puji Handayani SPd, F Nita SPAK, Muji Widodo SPd. Sri Triwulan SPd. (COSMAS)