Mudji Sutrisno: Politik Tanpa Moral Menggunting-gunting “Ulos”
SOLO, POSKITA.co – Ulos dibuat dengan alat tenun bukan mesin. Momen kebangkitan nasional, sebagai metafora proses menenun, memberikan yang terbaik untuk Indonesia.
Hal ini dikemukakan Prof Dr FX Mudji Sutrisno SJ, kepada Poskita.co, Selasa (21/5/2019), saati dihubungi melalui via hanphone. Mudjimenyatakan rajutan ulos adalah metafora proses menenun, memberi yang terbaik tersuci untuk Republik Indonesia tercinta.
Panggung politik Indonesia, dipenuhi dengan berbagai langkah politikus yang mengabaikan nilai-nilai moral, yang hanya mementingkan kubu/kelompoknya masing-masing.
“Maka, politik tanpa moral, rebutan panggung Indonesia sama dengan menggunting-gunting “ulos”, tenun ikat yang dirajut dengan keringat dan darah,” ucap budayawan dan sekaligus rohaniawan Katolik ini.
Mudji Sutrisno berharap, momen kebangkitan nasional seharusnya menjadi jalan Indonesia menuju masyarakat yang berkeadaban dan saling menghormati sesamanya.
“Sebagai refleksi kebudayaan 111 tahun kebangkitan nasional. Mari kita yang Bhinneka nusantara memberi yang terbaik, terindah, tersuci, terbenar untuk proses menjadi Indonesia yang berkeadaban adil dan saling menghormati,” ujar pria kelahiran 12 Agustus 1954.
Dalam karirnya, Mudji Sutrisno menjadi Dosen Filsafat Sekolah Filsafat Driyarkara, Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia, Wakil Press dan Anggota PEN (Perhimpunan Penulis, Novelis, Esais, Penyair Indonesia), Lembaga Sensor Film, Anggota Komisi Kebenaran dan Persahabatan (2005-2006), SC kongres Kebudayaan (2003), dan anggota Komite Pemilihan Umum (2001-2003).
Perlu diketahui, ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera utara. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara membuat songket khas Palembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin. (COSMAS)