Kota Solo Banyak Memberi Pelajaran Berharga Pada Antasari Azhar
SOLO (Poskita.co) – Sebagai mantan Ketua KPK yang pernah terjerat kasus hukum, dan mengharuskannya mendekam di balik terali besi, tak menjadikan seorang Antasari Azhar larut dalam kedukaan. Di akhir sisa hidupnya, Antasari bertekad dapat berbagi dan memberi manfaat bagi orang banyak. Dan kota Solo diakui sebagai kota yang banyak memberi inspirasi pada seorang Antasari Azhar.
“Hati panas, tapi saya tidak dendam. Saya ikhlas menjalaninya. Dan Solo yang mengajari saya seperti itu,” ujar Antasari saat berdialog dengan ratusan masyarakat Solo dalam acara Temu Kangen Antasari Azhar , di gedung Sasana Krida Kusuma, Manahan, Solo (20/9). Saat itu Antasari terlihat mengusapkan sapu tangannya berkali-kali ke kedua matanya yang mulai meneteskan air mata menahan haru.
Dikatakan pula, orang Solo memiliki integritas, bekerja dengan nurani, dan diam-diam pekerja keras untuk mencapai suatu tujuan. Dan itu yang dikatakan Antasari bahwa Solo banyak menginspirasinya. Karena itu, dimulai dari Solo, Antasari juga membentuk Garda, yaitu kelompok relawan yang mendukung terhadap salah satu pasangan calon presiden.
“Tapi karena saat ini belum diumumkan penetapan calon presiden, maka saya belum dapat menyampaikan dukungan tersebut untuk siapa. Karena jika disebutkan jelas itu akan melanggar aturan,” ujar Antasari kepada wartawan .
Sebelumnya, Antasari tergabung dengan organisasi relawan pendukung capres serupa yaitu Pronata, tapi kemudian dia menarik diri, dan sekarang dibentuklah Garda, di mana kota Solo sebagai pencetusnya. Jajaran kepengurusan juga banyak terlibat orang Solo seperti Hengki Nartosabdo, Arif Saudi, dan Baningsih. Dan Antasari sendiri bertindak sebagai Ketua Umum. Garda sendiri tersebar kepengurusannya di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Utara, daerah-daerah di Indonesia bagian tengah mau pun Indonesia bagian timur.
“Sebagai relawan kita harus menjaga integritas, saya harus mengurus lembaga yang berintegritas, yaitu jelas antara pernyataan dan perbuatan. Dan saya merasa tidak cocok di Pronata, “ tegas Antasari. Pernyataan itu sekaligus sebagai ungkapan penegasan serta alasan mengapa dia tidak lagi bergabung di organisasi Pronata. (endang paryanti)