KBN, Ungkap Peran Batik Sebagai Alat Perjuangan Sampai Jadi Komoditi Budaya
SOLO (poskita.co) – Agar masyarakat mengetahui dan mengenal batik dari jaman dulu hingga sekarang, Dinas Kebudayaan Surakarta bekerja sama dengan Yayasan Warna Warni Indonesia mengadakan Konferensi Batik Nusantara (KBN) dengan tema, “Batik dan Perubahan Sosial” di Wisma Batari Surakarta, Kamis (30/11).
“Supaya masyarakat tahu sejarah batik, dulu batik tidak hanya sebuah kain, tetapi alat pergerakan untuk menuju Indonesia merdeka. Karya-karya batik kita pada waktu itu corak dan motifnya banyak mengarahkan kepada semangat untuk berani dan percaya diri. Melihat karya-karya batik yang mendunia, akan menginspirasi siapapun yang ada di tempat ini untuk mendapat setuhan-sentuhan dan inovasi karya-karya mereka,” jelas Kepala Dinas Kebudayaan Surakarta, Kinkin S. Hakim di lokasi acara.
KBN menampilkan empat narasumber sebagai pembicara, yaitu: Anggraini Supiah (ahli waris batik dan pelestari batik tradisi Go Tik Swan, pelahir batik Indonesia yang pada tahun 1955 mendapat perintah untuk menciptakan batik Indonesia ), Rahmat Bahari (tenaga ahli anggota DPR RI bidang Perindustrian dan Perdagangan), Era Sukamto ( Irektur Kreatif Iwan Tirta) dan Sholikhul Hadi Ahmad Bakri (Ketua Koperasi Batik Batari Surakarta, Ketua Yayasan Pendidikan Batik YPP Surakarta, dan Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Batik Islam Surakarta).
Era Sukamto dalam paparannya menjelaskan empat sisi kesadaran yang dimiliki oleh Batik. Pertama kesadaran bahwa batik sebagai teknis dengan segala kesulitannya yang hanya orang jawa dan orang Indonesia yang bisa, karena saking sabarnya. Kesabaran itulah yang membuat batik menjadi bernilai.
Kedua adalah kesadaran bahwa batik sebagai meditatif, karena membatik itu memerlukan olah nafas, memerlukan kesabaran yang luar biasa, misalnya kalau sedang galau membatiknya bisa melenceng, saya melihat sebagai meditasi aktif atau pengosongan diri untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
Ketiga kesadan visual komunikasi atau pesan tentang peradaban besar di nusantara. Ciri-ciri peradaban besar adalah negara itu dekat dengan Tuhan, kita lihat dari Panembahan Senopati, Sultan Agung semuanya itu sudah dipersiapkan bahkan sampai abad ke IX Majapahit dan sebagainya. Jadi kita sudah diberikan pesan visual oleh para leluhur kita untuk dipahami dan menjadi kehidupan sehari-hari kita.
“Dan keempat adalah kesadaran komoditi, tapi kesadaran komoditi ini tidak bisa dilihat hanya sebagai komoditi saja, tapi harus menyeluruh. Seperti yang diolakukan oleh Iwan Tirta yang bisa meminit waktu, meminit para pengrajin, meminit bagaimana melihatnya sebagai produk modern yang bisa dipakai,” jelas Era Sukamto.
Kesadaran akan batik yang menjadi komoditi ini juga menjadi dasar dari kegiatan KBN yang ingin menyatukan semua stakeholder yang ada di Surakarta baik itu pemerintah, swasta, pengusaha, dan pengrajin batik agar bisa berkolaborasi dan berkomunikasi. (aryadi)
BACA JUGA:
Era Sukamto: Iwan Tirta Orang Padang yang Mencintai Budaya Jawa, Terutama Batik!