IMF, dari Topeng Mantra, Pemanasan Global, hingga Perjuangan Kemerdekaan
SOLO (poskita.co) – Pada hari kedua Internasional Mask Festival (IMF), menampilkan seniman dari Solo dan luar negeri. Bambang Mbesur Suryono, dari Solo tampil memukau dengan tari Topeng Mantra, terkesan magis-mistis. Pun dengan seniman lainnya, tampil maksimal dan mengesankan.
Adapun yang tampil pada malam itu di antaranya: Teater Aksen (ASGA) Solo, Soedji Bagijono, Madura, TX Oriax Serbia dan Spanyol, Eny Rasinah Indramayu, I Gusti Ngurah Sudibyo Bali, Vetcho Leto, dan Bambang Mbesur Suryono Solo.
TX Oriax Serbia dan Spanyol, kisah nenek tua yang hidup dalam kesendirian dan kesepian. Adegan-demi adegan, kadang terlihat lucu, suatu kali romantis, dan kadangkala penuh keindahan. Musiknya sangat mendukung dalam mengiringi nenek tuna wisma yang terkenang kenangan indah ketika suaminya masih hidup.
Soedji Bagijono, Madura, menampilkan Topeng Getak. Tari ini merupakan ungkapan hati dari jiwa imajinasi rakyat jelata yang menirukan gerak tari tokoh Bala Dewa kesayangannya yang diekspresikan dalam bentuk tari, saat melihat pertunjukan Topeng Dhalang. Tarian ini mengandung nilai filosofis perjuangan warga Pamekasan saat berupaya memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
Teater Aksen, ASGA Surakarta, terlilhami sajak Potret Keluarga sajak balada karya WS Rendra. Sajak itu ditafsirkan dalam situasi masa kini, dimana kesibukan adalah cambuk yang selalu berbunyi dalam hiruk pikuk kota, serta mampu merubah berbagai watak yang bergegas di dalamnya. Kota bisa menjadi surga atau pun ancaman.
Vetcho Leto membawakan tema pemanasan global, dengan pemain Milan Jovanovic (Serbia) feat Christian Mejia Pachecco (Costa Rica). Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata pada sistem iklim bumi dan dampaknya sangat terkait.
I Gusti Ngurah Sudibyo dan I Komang Adi Pranata, tampil dalam 250 (Dua Lima Kosong). Merupakan pertemuan dua unsur alam yakni Kama Petak dengan Kama Bang, membentuk Manik dalam Garba Ibu. Secara bersamaan Manik ini tumbuh dengan LIMA unsur alam Pretivi (padat), Apah (cair), Bayu (bergerak), Teja (bercahaya), Akasa (berlubang) Akhir dari kehidupan itu semua kembali pada alam. KOSONG.
Erly Rasinah, Indramayu membawakan Panji Klana. Klana karakter yang penuh dinamika dengan hasrat jasmani duniawi, ia melambangkan napsu yang terkekang manusia, mata terbelalak, mulut menyeringai, kumis melingkar, berjambang dan berjanggut. Klana digambarkan figur gagah dengan hidup panjang, mata melotot, mulut monyong menganga, rambut godekan. Getaran dalam tarian Klana menunjukkan kegagahan, kasar, penuh nafsu hidup dan jasmani dan duniawi, berwatak angkara murka, serakah, dzalim. Gerakan mengangkat kaki dan rentangan tangan yang melebar merupakan gambaran jiwa yang keras, kuat, serta terkesan meraih atau mengambil sesuatu.
Tokoh Klana ditempatkan sebagai arah selatan dan sifat amanah yang berarti penuh keduniawian, jika tidak tenang dan berpetualang. Dalam ajaran Islam, Klana berada di syariah yang memiliki pembawaan serba ingin menonjolkan kepandaian, ingin tahu, dan bila kurang mendapat bimbingan penari akan masuk neraka karena tindakannya dianggap lepas kontrol. (Cosmas Sabdo)
Berita terkait International Mask Festival 2017 (IMF):
- International Mask Festival 2017, Ingin Topeng Indonesia Diakui UNESCO
- Dengan Topeng, Kita Mampu mengenal Karakter Orang Lain
- Mewarnai Topeng Sebagai Media Ekspresi Seni