International Mask Festival 2017, Ingin Topeng Indonesia Diakui UNESCO
SOLO (poskita.co) – International Mask Festival (IMF) kembali hadir di kota Solo. Digelar selama dua hari, 27-28 Oktober 2017 di Pendopo Prangwedanan Istana Mangkunegaran Solo, dengan tema “Topeng: Ekspresi dan Imajinasi”.
“Tema tersebut mempunyai arti bahwa topeng menggambarkan imajinasi bagi pemakainya, dan topeng menggambarkan ekspresi setiap keadaan yang ingin ditampilkan oleh pembuatnya,” jelas panitia, Henggar Ramadhana kepada poskita.co, Jumat (27/10)
Event tahunan yang digagas oleh Dra. Irawati Kusumorasri ini awalnya bernama IIMF (Indonesia International Mask Fastival) yang didukung oleh Kementerian Pariwisata, tetapi kemudian berganti nama menjadi International Mask Festival (IMF).
“Gagasan awalnya sih tidak hanya diselenggarakan di kota Solo saja, tetapi juga di kota-kota yang lain di Indonesia seperti Yogyakarta, Malang, dan Jakarta. Tetapi akhirnya hanya bisa diselenggarakan di Solo,” jelas Henggar.
Setelah digelar sebanyak empat kali, event yang diselenggarakan oleh SIPA Community dan Akademi Seni Mangkunegaran (ASGA) ini mempunyai target bahwa topeng Panji bisa diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
“Kita berharap topeng Indonesia diakui oleh UNESCO, ini sangat bermanfaat bagi kita semua. Oleh karena itu, pada seminar IMF kali ini kami menghadirkan Prof. Dr. Ing Wardiman Djojonegoro, mantan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang selama ini sudah bekerja keras untuk memperjuangkan budaya Indonesia yang bendawi maupun non bendawi agar dapat diakui sebagai warisan budaya dunia,” jelas Irawati Kusumorasri di Pendopo Prangwedanan Istana Mangkunegaran Solo.
Rangkaian acara IMF tahun ini meliputi workshop pembuatan topeng, seminar tentang topeng dan penampilan tari topeng. (sat)
Berita terkait International Mask Festival 2017 (IMF):
- Dengan Topeng, Kita Mampu mengenal Karakter Orang Lain
- Mewarnai Topeng Sebagai Media Ekspresi Seni
- IMF, dari Topeng Mantra, Pemanasan Global, hingga Perjuangan Kemerdekaan