Lahan Kas Desa Tawangasari Hasilkan 30 Ton Buah Naga

Spread the love

BOYOLALI (poskita.co) – Tanah kas Desa Tawangsari seluas satu hektare yang sebelumnya menjadi lahan tidur kini disulap menjadi lahan produktif. Tanah yang terletak di pintu masuk desa di Kecamatan Teras, Boyolali itu telah subur dan ditumbuhi tanaman buah naga. Bahkan tumbuhan yang berbuah merah menyala ini siap menyambut tamu-tamu yang masuk Desa Tawangsari.

Dua tahun lalu lahan tersebut merupakan tak produktif. Alang-alang, dan semak belukar tumbuh subur. Hingga singkat cerita usai Yayuk Tutik Supriyanti ditetapkan sebagai kepala desa melalui pemilihan kepala desa. Ia langsung membuat gebrakkan dengan menghidupkan kembali lahan milik desa.

Ratusan warganya dikerahkan untuk bekerja bakhti. Tumbuhan liar dan semak belukar dibabati. Usai lahannya bersih baru menentukan tanaman apa yang cocok ditanam di sana. “Akhirnya pilihannya yang cocok jatuh untuk menaman buah naga,” kenangnya.

Usai penentuan jenis tumbuhan lalu, tantangan yang harus dipikirkan adalah siapa yang mengolah dan bibitnya diperoleh dari mana. Jalan keluar pun didapat .

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Asri Berkah Mandiri dibentuk dan anggotanya yang mengurusi lahan.

Tentang ketersediaan bibit buah naga, akhirnya pengadaan bibit diusulkan ke beberapa lembaga. Setelah sekian lama menawarkan pengadaan bibit itu, kabar baik datang. Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jateng menyanggupi penyediaan benih buah naga yang siap tanam.

“Setelah ditanami dan diolah selama dua tahun. Lahan kosong itu menghasilkan produksi buah naga,” papar Yayuk.

Perempuan berkerudung ini menuturkan, selama dua tahun dikelola oleh KSM Asri Berkah Mandiri Dukuh Ngemplak, Tawangsari kerja keras menuai hasilnya. Buah naga mulai panen dan jumlahnya cukup memukau yakni sekitar 30 ton. Meski begitu pihaknya mengaku belum puas dengan hasil yang diraih. Ada sejengkal tanah kas desa di selatan lahan lama untuk ke depannya dikembangkan sebagai sentar penghasil buah naga. “Ini masih tahap pembukaan lahan,” paparnya.

Yayuk berharap, budidaya hortikultura buah naga bisa dikembangkan sebagai potensi wisata dan edukasi. Sejumlah sekolah dan masyarakat umum diundang ke perkebunan ini dan dikenalkan buah naga. Bagaimana menanam, merawat, memanen dan mengelolanya untuk dijual dengan nilai ekonomi yang tinggi. “Alhamdulillah, di desa kami sudah bisa melakukan hal itu kini tinggal mempromosikanya ke publik,” terangnya. (theo)