Secuil Kisah “Teman Kerjaku” Dalang Milenial Ki Seno Nugroho

Spread the love

KOLOM

Oleh: Cosmas Gunharjo Leksono

Penggemar Ki Seno Nugroho

Saya kaget bukan kepalang. Channel Youtube Dalang Seno ada notifikasi video: Rumah Duka Ki Seno Nugroho Ndalem TUNGGUL PAWENANG. Dalang milenial yang setiap pentasnya live streaming ditonton ribuan hingga jutaan orang sedunia, telah meninggal dunia.

Dalang Seno berasal dari Bantul Yogyakarta, meninggal Selasa malam (3/11/2020). Saya mengenal Ki Seno sejak di kampung ada ronda malam. Untuk teman ronda bersama 5 orang RT 02 RW 5 Bacem, Grogol, Sukoharjo, menemukan tayangan menarik Ki Seno Nugroho. Sejak itu, setiap hari Rabu, jadwal ronda saya selalu menonton Ki Seno, dilanjutkan dengan mengambil jimpitan uang keliling dari rumah ke rumah. Sejak itu pula, Ki Seno selalu menjadi teman, sewaktu saya lembur bekerja mengedit naskah jurnal, membuat berita, membuat majalah dan lainnya, sambil menonton Channel Ki Seno Nugroho. Semua lakon, hampir pernah saya tonton.

Saya penyuka wayang, sejak Ki Narto Sabdo, Ki Manteb Sudarsono, Ki Darman Gondo Darsono, Ki Timbul Hadi Prayitno, Ki Hadi Sugito, Ki Anom Suroto, dan dalang lainnya. Sejak kecil, ketika masih tinggal di Lamongan, Jawa Timur, saya mendengarkan siaran wayang kulit dari RRI Surakarta.

Ki Seno termasuk dalang milenial dan mendunia. Betapa tidak, setiap live streaming, selalu ditonton ribuan hingga jutaan orang, dari pelosok negeri ini Indonesia, hingga belahan dunia.

Lakon-lakon yang dibawakan selalu menarik. Yang terakhir, saya tonton berjudul Bagong Mbangun Kampus, yang dipersembahkan UMS Surakarta. Ki Seno berhasil membuat tokoh-tokoh yang “diabaikan” dalang lain menjadi terkenal, salah satunya Bagong.

Bagong disimbulkan sebagai rakyat jelata, wong cilik, orang tak berpunya, tergolong tidak pintar (bodoh), sehingga gampang diakali, termasuk diakali oleh Petruk dan Gareng.  Maka, dia pun berniat bersekolah. Ia pun menuju ke Begawan Durna, pemilik Padepokan Sokalima. Beberapa yang lulus jadi tokoh hebat di antaranya Werkudara pemilik senjata pamungkas Kuku Pancanaka dan Arjuna, si pemanah ulung.

Durna bukannya menerima, malah menghina. Sokalima hanya menerima yang keturunan ningrat (satria), punya uang. Bagong langsung ngeloyor pergi tanpa pamit.

Di sela sedih, datanglah Wisanggeni. Ia bersedia menolong, dan Bagong diminta untuk sekolah ke Suralaya, tempat bersemayam para dewa.

Singkat cerita, Bagong lulus. Kelulusan Bagong didengar Durna, dan berniat membunuh Bagong dan membungihanguskan Karangkadempel, tempat Punakawan tinggal. Namun, saat berperang, Durna kalah, karena Bagong dibantu Wisanggeni.

Tentu saja, pertunjukan berlangsung gayeng, penuh gojegan, dan atraktif. Inilah yang membuat generasi mileniah, dari usia muda hingga generasi tua menyukai pertunjukan Ki Seno Nugroho.

Ki Seno juga menegaskan wayang kulit menjadi milik siapa saja, tidak terbatas agama, suku tertentu saja. Maka, ia pun melayani pentas di mana saja. Termasuk di saat Dies Natalis Universitas Sanata Dharma ke 64 dengan lakon Pandawa Sukur. Dia sangat menghargai pluralitas dan toleransi antar umat beragama. Luar biasa.

Selamat Jalan Ki Seno Nugroho. Pertunjukanmu yang ada di Channel Youtube Dalang Seno akan terus ditonton oleh orang dari seluruh negeri. ***