Tetap Gayeng, Pentas Seni Reog Brijolor Kalikebo Saat Lebaran

Spread the love

KLATEN, POSKITA.co – Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap lebaran atau Idul Fitri, masyarakat di Dukuh Brijolor, Desa Kalikebo, Kecamatan Trucuk, Klaten, selalu mengadakan pentas seni reog naluri budoyo yang diadakan di halaman Masjid Al Fatah. Kali ini acara digelar pada Jumat (12/4/2024) siang sampai sore hari.

Ketua panitia yang juga Ketua Seni Reog Naluri Budoyo Brijolor, H. Suratman, mengatakan, gelaran pentas ini sudah puluhan tahun diadakan sejak nenek moyang. Biasanya diawali dengan acara pembukaan sekitar pukul 10.00 sampai pukul 17.00 WIB. Pembina Seni Reog Naluri Budoyo H. Sunarto, SE MM, berkenan yang membuka pentas reog kali ini.

“Tadi acara dimulai sekitar pukul 10.30 WIB dan dibuka langsung oleh H. Sunarto. Lalu ada sesi pentas seno reog putaran pertama sampai jelang shalat Jumat. Pentas dihentikan saat Jumatan dan dilanjutkan sekitar pukul 13.00 WIB sampai sore hari. Setiap tahun, acara ini selalu digelar dan bisa menghibur warga yang mudik lebaran,” ungkap Suratman.

Ternyata yang menyaksikan pentas ini, tak hanya dari warga Desa Kalikebo saja, akan tetapi dari berbagai desa tetangga juga banyak yang berdatangan. Sepanjang jalan dari gedung serbaguna Desa Kalikebo tampak puluhan UMKM yang berjualan dan ngalap berkah dari acara ini.

Kata Suratman, pentas itu menjadi magnet warga sekitar berdatangan. Apalagi, banyak warga di kampung itu yang merantau atau menjadi kaum boro pulang kampung. Kawasan sepanjang jalan kampung menuju lokasi diramaikan lapak para pedagang.

Ketua Seni Reog Naluri Brijolor Kalikebo, Suratman, menjelaskan pentas itu sudah menjadi tradisi tahunan yang digelar setiap momen Lebaran.

“Sampai saat ini sudah mendekati dekade kesekian kali. Ini sudah muncul sejak nenek moyang. Kami di sini selaku generasi penerus, ingin terus merawat tradisi ini agar tetap lestari,” ungkap Suratman.

Suratman menjelaskan, pentas seni reog ini menjadi salah satu pelepas rindu para perantau selain berkumpul dengan keluarga di kampung halaman. Kebetulan pula warga di Desa Kalikebo ini, termasuk Dukuh Brijolor, dikenal sebagai perantau atau bekerja boro di luar kota.

Pimpinan Seni Reog Naluri Budoyo Brijolor H. Suratman foto bersama pengurus dan pemain dalam pentas yang menghibur masyarakat saat lebaran.

Di perantauan, mereka memiliki pekerjaan yang beragam, baik pedagang, pegawai atau lainnya. Namun, rata-rata bekerja sebagai pedagang seperti pedagang es puter. Selain di Pulau Jawa, ada yang merantau hingga Papua. Suratman mengatakan, di Dukuh Brijolor sendiri sekitar 20 persen yang boro di luar kota.

Ternyata warga yang boro balik kampung, tak hanya merayakan lebaran, tapi juga ikut serta dalam pentas reog. Salah satunya ada yang menjadi penabuh gamelan hingga penari. Para penabuh dan penari itu melanjutkan tradisi yang dilakukan orang tua mereka.

Kepada redaksi, Sunarto yang juga mantan anggota DPRD Klaten, menambahkan, tradisi itu digelar rutin setiap tahun dan tak pernah absen. Tradisi itu sudah ada secara turun temurun. Belum diketahui pasti sejak kapan tradisi itu sudah digelar dan sejak usianya masih muda, pentas reog ini sudah menjadi agenda rutin tahunan.

“Kita patut bersyukur, acara ini tetap lestari. Harapannya tentu dengan seni tradisi ini bisa menjadi forum silaturahmi sambil menikmati kesenian. Warga yang ada di perantauan pulang dan semuanya bersilaturahmi di kegiatan ini. Selain itu juga ada puluhan UMKM atau pedagang yang mencari berkah dari pentas reog ini,” ujar Sunarto.

Salah satu penabuh gamelan, Jumirin (52 th), mengaku setiap tahun selalu berusaha pulang kampung saat momen Lebaran. Kepulangannya biasanya seminggu sebelum lebaran dan diakuinya sejak 2007, Jumirin merantau di Nabire, Papua, sebagai pedagang es krim.

Selain berkumpul dengan anak dan istri serta silaturahmi dengan kerabat, tampil bersama kelompok seni naluri menjadi alasan Jumirin untuk balik ke kampung halaman saat Lebaran meski harus keluar biaya hingga belasan juta rupiah untuk biaya pulang-pergi.

“Setap tahun saya pasti pulang saat lebaran dan ikut menabuh gamelan. Saya meneruskan apa yang dilakukan orang tua saya di kelompok seni ini. Saya menabuh kendang,” ujar Jumirin, warga Dukuh Bayemrejo, Desa Kalikebo itu. (Hakim)