Puzzle Memudahkan Pelajaran Matematika Pada ATD
Oleh: Sri Purwanti S.Pd
SLB Negeri Karanganyar
Anak Tunadaksa (ATD) adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan khusus. Ada juga yang mengartikan anak tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuscular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan termasuk cerebral palsy yaitu lumpuh otak yang disebabkan oleh perkembangan otak yang tidak normal, amputasi yaitu suatu keadaan ketiadaan sebagian atau seluruh anggota gerak atau menunjukkan suatu prosedur bedah, polio adalah kelumpuhan yang disebabkan oleh virus, dan lumpuh yaitu hilangnya fungsi otot untuk satu atau banyak otot.
Faktor penyebab tunadaksaan antara lain: (1) Faktor prenatal (sebelum kelahiran). Kelainan fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi sebelum bayi lahir atau ketika bayi dalam kandungan dikarenakan faktor genetik dan kerusakan pada sistem saraf pusat; (2) Faktor neonatal (saat lahir). Mengalami kendala saat melahirkan, seperti: kesulitan melahirkan karena posisi bayi sungsang atau bentuk pinggul ibu yang terlalu kecil, pendarahan pada otak saat kelahiran, kelahiran prematur; (3) Post natal (setelah kelahiran). Bisa disebabkan karena benturan keras di bagian kepala, terjatuh, dan sakit misalnya meningitis, diphteria, partusis dan beberapa penyakit lainnya.
Ciri-ciri anak tunadaksa dapat dilukiskan sebagai berikut: (1) Anggota gerak tubuh kaku/ lemah/ lumpuh; (2) Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/ tidak terkendali); (3) Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/ tidak sempurna/ lebih kecil dari biasa; (4) Terdapat cacat pada alat gerak; (5) Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam; (6) Kesulitan pada saat berdiri/ berjalan/ duduk, dan menunjukkaan sikap tubuh tidak normal; (7) Hiperaktif/ tidak dapat tenang.
Kebutuhan pembelajaran anak tunadaksa, guru sebelum memberikan pelayanan dan pengajaran bagi anak tunadaksa harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Segi medisnya. Apakah ia memiliki kelainan khusus seperti kencing manis atau pernah dioperasi, masalah lain seperti harus meminum obat dan lain sebagainya; (2) Bagaimana kemampuan gerak dan bepergiannya. Apakah anak ke sekolah menggunakan transportasi, alat bantu dan lain sebagainya. Ini berhubungan dengan lingkungan yang harus dipersiapkan; (3) Bagaimana komunikasinya. Apakah anak mengalami kelainan dalam berkomunikasi, dan alat komunikasi apa yang digunakan, lisan/ tulisan/ Isyarat dan lain sebagainya; (4) Bagaimana perawatan dirinya. Apakah anak melakukan perawatan diri dalam aktifitas kegiatan sehari-hari; (5) Bagaimana posisinya. Disini dimaksudkan tentang bagaimana posisi anak tersebut didalam menggunakan alat bantu, posisi duduk, dalam menerima pelajaran, waktu istirahat, waktu ke kamar kecil/ toilet, makan, minum dan lain sebagainya. Dalam hal ini physical therapis sangat diperlukan.
Berdasarkan observasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Karanganyar ada beberapa peserta didik tunadaksa dengan kelainan orthopedi dan syaraf dan juga mengalami hambatan intelektual pada jenjang sekolah menengah atas kelas 11, maka dalam gerakan tangannya mengalami gangguan gerak, sehingga dalam memegang sesuatu mengalami hambatan. Dan pada akhirnya peserta didik menjadi kurang bersemangat dalam merespon pembelajaran yang sedang berlangsung, bahkan tidak menghiraukan guru saat memaparkan materi, tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran, ada juga peserta didik yang bercanda dengan temannya saat guru menyampaikan materi sehingga berdampak pada suasana kelas yang ramai. Kurangnya semangat peserta didik dalam mengikuti pelajaran, rendahnya pemusatan perhatian serta rendahnya respon umpan balik dari peserta didik terhadap pertanyaan guru.
Munculnya masalah tersebut di atas, guru menerapkan model pembelajaran yang bermakna, pembelajaran dengan menggunakan alat peraga atau media yang menyenangkan. Dalam pelajaran matematika terutama geometri tentang bangun datar, anak tunadaksa yang mengalami gangguan gerak tangannya mengami kesulitan untuk membuat atau menggambar bangun datar dengan memegang buku, penggaris, dan pensil. Sehingga peserta didik mnejadi lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran matematika utamanya bangun datar. Pemahaman konsep macam-macam bangun datar perlu ditingkatkan karena bangun datar bagian dari bangun ruang, sehingga jika peserta didik tidak paham dalam konsep macam-macam bangun datar, maka akan kesulitan dalam menerima materi berikutnya. Oleh karena itu, sebelum mengenal macam-macam bangun datar tanamkan terlebih dahulu konsep macam-macam bangun datar dengan menggunakan media puzzle.
Puzzle merupakan media yang esensial untuk siswa agar dapat belajar lebih mudah dalam memahami konsep, meningkatkan kreativitas, melatih konsentrasi, melatih memecahkan masalah, meningkatkan ketekunan, rasa percaya diri, dan mengembangkan ketrampilan fisik. Selain itu puzzle juga dapat melatih kesabaran siswa dalam menyelesaikan suatu tantangan, karena dalam bermain puzzle membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan memerlukan waktu untuk berfikir. Media ini tidak hanya untuk anak normal pada umunya , tetapi juga bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti Anak Tunadaksa, apalagi pada anak tunadaksa yang memiliki hambatan lain yaitu inteligensinya di bawah rata-rata. Puzzle dalam bentuk bangun datar memerlukan ketelitian dan kejelian dalam menggunakannya. Karena itu akan terasa sulit bagi anak penyandang tunadaksa dengan hambatan intelektual. Kesulitan tersebut merupakan suatu masalah yang perlu dicarikan jalan keluarnya agar anak bisa dengan mudah mengenal bangun datar.
Media puzzle adalah media visual dua dimensi yang mempunyai kemampuan untuk menyampaikan informasi. Yang secara visual dapat mengembangkan kemampuan belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Penggunaan media puzzle untuk mempermudah mengenal bangun datar. Media puzzle terbuat dari bahan-bahan yang dapat dengan mudah dibongkar dan dipasang kembali (biasanya terbuat dari karton tebal atau kayu tipis), serta mempunyai garis atau potongan yang memiliki pasangan satu sama lain dan akan menghasilkan gambar ataupun bentuk tertentu.
Bentuk bangun datar yang dibuat adalah bangun datar sederhana, antara lain; segi empat, segitiga, lingkaran, persegi panjang, jajaran genjang, dan belah ketupat. Segi empat yaitu bangun datar yang memiliki empat sudut dan empat sisi. Segitiga yaitu bidang datar yang berisi tiga sisi yang dibentuk dengan cara menghubungkan tiga buah titik yang tidak segaris (sebagai titik sudutnya dengan ruas-ruas garis) yaitu segitiga sama sisi dan segitiga sama kaki. Lingkaran secara umum adalah garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat. Persegi panjang memiliki empat sudut yang semuanya merupakan siku-siku, jajaran genjang merupakan segi empat dengan sisi yang berhadapan sejajar sama panjang, serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar. Belah ketupat adalah bentuk istimewa dari jajaran genjang, dengan sifat keempat sisinya sama panjang dan kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus serta saling membagi dua sama panjang.
Cara bermain puzzle tidak sulit, biasanya siswa sudah langsung mengenali permainan ini dan langsung bisa memainkannya. Adapun langkah-langkah menggunakan puzzle, adalah sebagai berikut: (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari teman sebangku (2) Guru membagikan satu paket potongan-potongan bangun datar ke setiap kelompok (3) Siswa menyusun potongan-potongan puzzle bangun datar tersebut agar menjadi sebuah bangun datar yang baru dan utuh, serta menempelkan bangun datar tersebut pada media yang telah disiapkan guru.
Dengan media puzzle ini siswa yang enggan belajar matematika menjadi lebih bersemangat . Pembelajaran yang awalnya kurang bermakna menjadi pembelajaran yang menyenangkan. Siswa yang sebelumnya sulit memahami macam-macam bangun datar menjadi lebih mudah dalam mengenal bangun datar. ***
Editor: Cosmas