Festival Jenang 2023, Direncanakan 20.000 Takir Jenang akan Dibagikan Gratis

Spread the love

SOLO,POSKITA.co – Sebanyak 20.000 takir jenang akan dibagikan secara gratis di Festifal Jenang Solo 2023 pada tanggal 17 Februari 2023. Beraneka ragam jenang akan digelar di Ngarsopuro depan Puro Mangkunegara. Festival jenang tersebut bertepatan dengan HUT Kota Surakarta yang ke-278 dan sekaligus Mangayubagyo Jumenengan KGPAA Mangkunegro X yang ke-1. Kegiatan akan dimulai pukul 08.00 WIB.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Festival Jenang Solo 2023 ini diikuti 109 peserta dari PKK Kelurahan, Kecamatan, instansi pemerintahan dan swasta. Yayasan Jenang Indonesia (YJI) meneliti ada 23 jenis jenang di Kota Surakarta yang 17 diantaranya pernah ikut mengiringi perpindahan Keraton dari Kartasura ke Surakarta.

Berikut agenda utama yang ditulis POSKITA.CO saat konferensi pers menjelang digelarnya Festival Jenang Solo 2023, di Omah Sinten, Rabu 15 Februari 2023. Kegiatan diawali pentas seni budaya di koridor Ngarsopuro, penampilan dari 8 daerah se Indonesia, parut masal bersama siswa SD. Pembagian “souvenir Rp 1” menggunakan QRIS bersama Bank Indonesia, mobil penukaran uang Bank Indonesia, masak besar jenang.

Parade jenang nusantara dan 17 jenang menuju prosesi berbagi jenang, pameran foto Festival Jenang Solo dari masa ke masa, ngobrol asik bersama sejarawan Hery Priyatmoko. Festival Jenang Solo Berbagi jenang kepada masyarakat di Koridor Ngarsopuro, dan pasar jenang menghadirkan UMKM di Kota Surakarta dengan hidangan khas.

Sebagian contoh jenang pada Festival Jenang Solo 2023

Dikatakan ketua panitia, Slamet Raharjo, kegiatan yang dipakarsai YJI, panitia Festifal Jenang Solo 2033 Sebagai komitmen melestarikan serta mempopulerkan makanan tradisional, terutama jenang di wilayah Indonesia. YJI juga berencana akan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait, supaya melalui media jenang ini tidak hanya di Ulang Tahun Kota Surakarta, tetapi ini akan mewarnai secara umum Nusantara. Maka tahun ini kita mengambil tema “Pusaka Rasa Nusantara”.

“Nanti akan kita sajikan kurang lebih sekitar 20.000 takir jenang, di dalamnya ada berbagai jenang dari Nusantara, seperti dari Jabodetabek, Sumatera, Papua, Kalimantan, Kepulauan Riau, Bali dan sebagainya. Hotel-hotel di wilayah Kota Surakarta juga akan ikut memeriahkan dalam kegiatan ini, dengan membuat kreasi baru perpaduan tradisional dan modern,” katanya.

“Nah ini hal sangat positif dan informatif kepada masyarakat sehingga di Surakarta akan mempunyai satu distinasi tentang jenang setiap tahun sekali di tanggal 17 Februari, masyarakat bisa mengenal dan menikmati jenang. Pasar jenang itu juga menjadi salah satu program YJI, yang baru pertama kali nanti kita adakan, alhamdulilah  dari perkiraan kita hanya 10 sampai 15 peserta ternyata pasar jenang ini diminati pesertanya sampai 27. Akan kita lakukan permulaan, kita kaji dan ke depan pasar jenang ini, kalau nanti antusias masyarakat itu baik, positif, rencana akan diadakan setiap 35 hari sekali di Pamedan Puro Mangkunegaran bertepatan tiap Sabtu Pon,” pungkas Slamet.

Secara historis makanan Jenang sudah melekat pada kehidupan masyarakat Nuswantara atau Indonesia ini pada era kerajaan-kerajaan di seluruh Indonesia yang memiliki nilai “Ritual dan Kesejahteraan” masyarakat Indonesia terutama masyarakat Jawa sering secara Sosiologis disebut “Homo Symbolicum” yatu suatu masyarakat yang suka memberi makna dalam suatu kegiatannya atau peristiwa penting dengan Nama dan maknanya secara philosophis. Jenang telah tercatat dalam kitab kuno Serat Tatacara lisan Ki Padmasusastra, 1893.  Sebagai simbol kehidupan, jenang disajikan disertai doa dan harapan untuk keselamatan.

Contoh Upacara Perkawinan dengan memasang Janur dan lain-lain, termasuk Sesaji berupa aneka makanan yaitu jenang dengan nama-nama dan makna, wadahnya (Takir, Sudi) dan lain-lain yang memiliki makna philosopis symbolicum pula.

Setiap suku bangsa di Nusantara ini memiliki jenis makanan yang tekstumya halus dan cair yang disebut sebagai jenang. Walaupun setiap daerah memberinya nama-nama yang berbeda tetapi esensinya tetap sama yaitu porridge (jenang bubur). Jenang masih lestari sampai sekarang serta memiliki filosofi dan melekat dalam upacara dan tatacara siklus hidup manusia. Bagi bangsa lain, porridge hanya bermakna makanan dari tepung yang halus dan cair. Tetapi, bagi bangsa di Nusantara jenang punya makna simbolik.(aryadi)