Mantab, Mahasiswa KKN Menguatkan Branding Emping Melinjo Desa Selokarto

Spread the love

Batang, Poskita.co – Oleh Melinjo, Boleh Maju! Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro Gaet Pengusaha Emping untuk Menguatkan Potensi Branding di Selokarto bersama Perangkat Desa. Ekonomi Kreatif adalah hal yang sering kita dengar dewasa ini hampir di setiap sudut Indonesia. Topik ini hangat dibicarakan terutama dalam lingkup kelompok usaha kecil menengah yang berkaitan erat dengan penggalian potensi yang unggul untuk diberdayakan.

Michael Owen James Mayau, kepada Poskita.co Jumat 10/02/2023, menyatakan Indonesia sebagai negara kesatuan yang kaya akan berbagai sumber baik secara material, finansial, dan social memiliki kekuatan yang unggul untuk bersaing dalam pasar. Hal ini yang turut menjadi salah satu pertimbangan atas penyelenggaraan program “Pemberdayaan Branding Desa Selokarto” sebagai “rumah produksi emping melinjo” pada Selasa (07/02) bersama para perangkat desa.

Terselenggaranya program ini lahir dari ide mahasiswa anggota tim KKN Reguler 1 Universitas Diponegoro tahun 2022/2023 di Desa Selokarto, yaitu Michael Owen James Mayau mengenai perlunya penguatan motivasi dan branding Selokarto sebagai salah satu produsen emping yang ikonik. Bersamaan dengan terjalannya kegiatan Kuliah Kerja Nyata Reguler 1 Universitas Diponegoro tahun 2022/2023, diterjunkan sekitar 2000 mahasiswa ke sejumlah desa di Jawa Tengah. Salah satu desa yang menjadi target program ini adalah Desa Selokarto, yang terletak di tengah kecamatan Pecalungan. Dari aspek morfologi, kawasan ini didominasi profesi dalam aspek pertanian dan perkebunan.  Salah satu hasil bumi yang menjadi kekayaan desa ini adalah Melinjo.

Melinjo di Selokarto banyak dikelola menjadi olahan Emping kering dan kemudian dijual dengan skala kiloan menengah-besar ke pasar-pasar. Sejumlah survei telah dilakukan (17/01) hampir ke setiap dukuh, dan ditemukan bahwa hampir 85% pengusaha emping ada di dukuh Keblek. Bentuk perdagangan Emping Melinjo dibagi atas dua jenis, yaitu secara mandiri dan kelompok (terintegrasi pengepul). Melinjo yang ditemui di Selokarto diolah secara tradisional seperti menggoreng dengan pasir, memipihkan dengan batu, dan kemudian dikeringkan. Seluruh olahan ini dijual ke Pasar Limpung yang dikenal sebagai ikon Emping di Kabupaten Batang.

Setelah melalui sejumlah diskusi, program ini diarahkan untuk pembangunan branding Selokarto sebagai label “rumah produksi emping melinjo”. Hal ini bertujuan juga untuk mendorong motivasi berjualan secara mandiri dengan prospek laba yang lebih menguntungkan ketimbang bergantung pada pengepul. Proses yang dilalui sebagai lanjutan dari survei sebelumnya yaitu pengambilan video (28/01) dengan sudut pandang etnografi untuk menggali sisi personal para pengusaha emping ini atas usaha yang digeluti. Dari hal itu ternyata ditemukan bahwa yang perlu disorot bukan hanya laba finansial, namun juga konstruksi social yang tercipta di Selokarto yaitu saling membahu untuk memenuhi target.

Emping Melinjo merupakan pekerjaan lintas generasi yang masih langgeng hingga saat ini. Produksi ini bukan hanya menjadi mata pencaharian perorangan namun menjadi pembentuk solidaritas bersama di kalangan masyarakat. Aspek social budaya ini yang amat penting untuk dikembangkan dalam pendekatan etnografi hingga kemudian bisa membangun branding desa sebagai “rumah produksi emping melinjo”. Sebagai langkah lanjutan dari pengumpulan informasi tersebut, setiap data yang didapat kemudian dikemas dalam video dengan mengutamakan unsur “orang” sebagai pelaku dan penikmat atas proses pengelolaan potensi emping melinjo ini.

Langkah akhir dari kegiatan ini yaitu penyerahan konten video kepada perangkat desa pada Selasa (07/02) disertai dengan diskusi singkat mengenai bagaimana pemanfaatan video ini harus dilengkapi sejumlah kegiatan tertentu seperti edukasi lanjutan bersama kelompok pengusaha emping, kemudian penguatan branding desa dalam lingkup “rumah produksi emping melinjo”. Diwakili oleh Carik, para perangkat desa merasa amat senang karena diberikan pembelajaran yang lebih mendalam mengenai proses pemberdayaan company branding desa untuk mengenalkan serta mengelola kekayaan potensi yang dimiliki.

Editor: Cosmas