Tolak Pendirian Pabrik Sepatu, Petani Diteror
SRAGEN,POSKITA.co – Warga Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Sragen, berunjuk rasa, Selasa (13/9). Mereka menolak menjual tanahnya untuk pendirian pabrik sepatu. Para petani ini juga protes, selama penolakan menjual lahan sawah mereka juga terus mendapat teror dan intimidasi. Warga bersikukuh untuk menolak melepas tanah mereka, karena menggantungkan hidup dari bertani.
Aksi unjuk rasa ini dengan cara membawa spanduk penolakan penjualan tanah pertanian. Sebagian besar warga enggan melepas lahan pertaniannya. Setelah sejumlah spanduk yang bertuliskan “ Tanah ini tidak dijual” dan beberapa papan kayu bertuliskan ”Tidak Dijual”. Spanduk itu dipasang di lahan-lahan para petani.
Ironisnya, warga yang menolak keras rencana berdirinya pabrik terbesar di Sragen tersebut malah mendapat teror. Teror dan intimidasi itu ditengarai dari orang suruhan pabrik yang bakal didirikan tersebut.
”Petani menolak dan melepaskan tanah untuk berdirinya pabrik. Ada orang yang dari luar dan tidak dikenal itu datang tidak hanya satu dua kali dan satu per satu didatangi rumah ke rumah, itu kan jelas sudah pemaksaan bagi saya. Apalagi dengan mengucapkan bahwa akan segara ditutup dengan pagar,” ungkap Lamiyo, 60, salah satu petani di Desa Benagung, Tanon, Sragen.
Di sisi lain, Lamiyo beralasan menolak penawaran itu demi menjaga tanah peningalan orang tua. Selain itu lahan tersebut bakal bermanfaat untuk anak cucunya kelak. Dirinya hanya mengandalkan lahan tersebut untuk mata pencaharian. ”Ini juga untuk pencarian makan sehari-hari saya dan anak-anak saya nanti, berapapun saya tidak akan jual mas,” tuturnya.
Sementara itu, Sekertaris Forum Komunikasi Petani Bersatu, Thoni Sujarwanto menyampaikan isu penolakan pendirian pabrik itu sejak lama. Karena penolakan itu, kini dinilai Thoni petani banyak mendapat tekanan dan intimidasi.
“Kini rencana pembangunan pabrik kembali muncul dengan dalih investor dari perusahaan lain setelah beberapa tahun silam, namun ternyata masih dengan perusahaan yang sama,” kata Thoni Sujarwanto.
Banyaknya teror itu, puluhan petani itu, kata Thoni, sebenarnya sudah melayangkan surat perlindungan hukum kepada kepolisian Polsek Tanon guna mengantisipasi hal yang tak diinginkan.
“Dari surat keterangan yang dilayangkan petani di media. Petani pernah mendapat surat dari perusahaan yang salah satu poinya adalah akan memperkarakan surat yang disampaikan petani karena mencemarkan nama baik perusahaan,” jelas Thoni Sujarwanto.
Terkait adanya pemaksaan dan petani kerap didatangi orang tak dikenal dari rencana pembangunan pabrik dan penolakan dari sejumlah petani yang enggan melepas lahan miliknya, Kepala Desa Benagung, Suwarno menyampaikan bahwa menjual ataupun tidak menjadi hak kewenangan petani.
“Meski dulu ada rencana pembangunan pabrik sepatu yang bisa dikatakan tidak sukses. Setelah itu ada yang mendatangi saya dan saya ceritakan historisnya. Maka akhirnya, pihak perusahaan yang baru ini meminta izin untuk mendekati secara kekeluargaan datang rumah ke rumah,” tandasnya. (Cartens)