Batik Celup Jumputan Tingkatkan Kreativitas SBdP Siswa Kelas V

Spread the love

oleh: Yunita Ismiarti, S.Pd.

Guru  Kelas V  SDN  03 Beruk Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah

Pendidikan sebagai suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan, sehingga menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan masyarakat. Putri Melynia Kusuma Dewi (2021) mengungkapkan bahwa seni sebagai aktivitas permainan. Pendidik menyimpulkan bahwa seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan melalui permainan dalam pendidikan Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) agar anak memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya.

Pendidik perlu memperhatikan aspek utama dalam seni budaya, yaitu: kesungguhan, kepekaan, daya produksi, kesadaran berkelompok, dan daya cipta. Pendidik menambahkan bahwa pelajaran SBdP diberikan sejak SD karena beberapa alasan berikut: keunikan, kebermaknaan terhadap kebutuhan siswa, yang terletak pada pemberian makna estetika dalam bentuk berekspresi, berkreasi, berapresiasi belajar seni sejak dini, dan mengembangkan seni. Salah satu kegiatan SBdP di kelas V SD yakni memmbuat batik yang bisa dilakukan secara sederhana dengan bimbingan gurunya.

Batik telah menjadi warisan budaya dan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam peristiwa penting dan rutinitas harian seperti: untuk menggendong bayi, alat simbolisasi acara pernikahan, upacara duka, hiasan rumah, alat upacara kenegaraan dan sebagainya. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali ragam motif batik yang setiap motifnya memiliki filosofi tersendiri dan mewakili setiap daerah asalnya. Batik memiliki ragam teknik pembuatannya yakni: ada yang dicetak dengan mesin dan ditulis secara manual. Salah satu batik yang terkenal di masyarakat Indonesia adalah batik jumputan yang mudah dibuat oleh siswa SD sebagai prakarya.

Novi Fuji Astuti (2022) mengungkapkan bahwa batik jumputan ada di berbagai daerah di Indonesia. Pendidik menjelaskan bahwa nama jumputan berasal dari kata “jumput”.  Siswa mengenal makna kata ini berhubungan dengan cara pembuatan batik yang dicomot (ditarik) dan dijumput (dalam Bahasa Jawa). Batik menggunakan teknik tutup celup ini sudah dikenal di berbagai belahan dunia. Batik di  Indonesia  terutama batik Jawa memiliki keunggulan pada desain dan komposisi warnanya yang sangat kaya. Siswa mengenal batik sebagai karya yang diwujudkan secara turun temurun sehingga menjadi tradisi masyarakat Indonesia.

Batik jumput atau batik ikat celup sebagai batik yang akan diberi corak-corak tertentu dan menggunakan alat sejenis pengikat dan sejenis biji-bijian. Pendidik mengungkapkan bahwa desain dalam pembuatan batik ikat celup dapat diartikan sebagai corak gambar yang terbentuk pada bidang kain melalui teknik halang rintang warna, jahitan, dan ikatan sesuai pola yang diinginkan. Peserta didik membuat batik jumputan dengan menyiapkan bahannya terlebih dahulu dan mengikuti langkah pembuatannya secara benar.

Peserta didik menyiapkan bahan yang digunakan dalam membuat batik jumputan yang meliputi: 1) Kain. Kain sebagai  bahan dasar yang diperlukan dalam pembuatan batik jumputan, berupa mori berwarna putih. 2)  Bahan Isi Ikatan. Siswa memberikan isian pada kain jumputan untuk membuat motif yang diikat dengan menggunakan bahan berikut: biji-bjian, kacang hijau, jagung, kedelai putih, kelereng, dan kerikil. Pendidik menjelaskan isi ikatan disesuaikan dengan besar kecilnya motif batik, 3) Pewarna Batik dengan menggunakan pewarna alami maupun pewarna sintetis sesuai dengan keinginan, 4) Jarum Jahit, 5) Pengikat dapat berupa benang, ragia dan jenis tali lainnya, 6) Ember, 7) Kuas, 8) Gunting, 9) Pensil, 10)  Sarung tangan, 11)  Plastik, 12) Panci atau dandang.

Pendidik menambahkan bahwa batik jumputan ini tercipta dari kreativitas peserta didik yang tidak pernah berhenti berinovasi. Pendidik menggunakan teknik celup rintang dalam membuat batik jumputan. Pendidik menjelaskan langkah teknik celup rintang , yaitu menggunakan tali untuk menghalangi bagian tertentu pada kain agar tidak menyerap warna sehingga terbentuklah sebuah motif. Pendidik dalam  menciptakan motif yang beragam pada kain jumputan menggunakan teknik jahit. Peserta didik memberi pola pada kain terlebih dahulu, kemudian pola tersebut dijahit hingga bagian tersebut mengerut. Siswa mencelupkan kain dalam pewarna sampai bagian kain yang dijahit atau diikat tidak akan terkena warna. Peserta didik menghasilkan motif jumputan dengan ciri yang lebih sederhana karena proses pembuatannya lebih cepat dan sedikit lebih mudah.

 Pendidik memanfaatkan pembelajaran batik celup jumputan agar siswa memiliki bekal kemampuan yang kuat dan akurat dalam pembelajaran SBdP di kelas 5 SD.  Siswa memperoleh pembelajaran di sekolah dengan lebih bermakna jika guru mengaitkan pengetahuan dan  pengalaman yang telah dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar terhadap lingkungan sekitar melalui pembuatan batik celup jumputan secara sederhana. Pendidik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran SBdP melalui pembuatan Batik Celup Jumputan di SDN 03 Beruk kecamatan Jatiyoso, kabupaten Karanganyar, provinsi Jawa Tengah sehingga prestasi belajar siswa kelas 5 dapat meningkat. ***

Editor: Cosmas