Peningkatan Minat Belajar Siswa Melalui Metode Sosiodrama Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Spread the love

Oleh: Fuad Mahrus, S.Ag.
SMP Negeri 1 Bumiayu Brebes
Mengajar Mapel Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh terhadap tuntutan agar pendidikan dianggap mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dikarenakan perubahan zaman yang selalu maju pesat, menuntut dunia pendidikan untuk selalu melakukan pembaharuan dalam mengatasi permasalahan pendidikan.
Mutu pendidikan dapat terwujud apabila proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif, artinya dapat berlangsung dengan lancar, terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Mengedepankan berbagai kriteria proses pembelajaran yang efektif antara lain: 1. Proses pembelajaran mampu mengembangkan konsep generalisasi dan materi abstrak menjadi hal yang jelas dan nyata. 2. Proses pembelajaran mampu menyajikan gaya belajar dan kecepatan belajar siswa yang berbeda. 3. Proses pembelajaran mampu melayani perkembangan belajar peserta didik yang berbeda. 4. Proses pembelajaran melibatkan siswa secara aktif dalam mengajar, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
Proses pembelajaran yang baik seperti di atas, seringkali sulit diwujudkan dalam praktik kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam hal ini, karena proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa, maka pelaksanaannya masih belum optimal. Seperti pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, masih rendahnya penerapan pembentukan akhlak mulia dalam pembelajaran.
Di satu sisi, proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dipahami oleh siswa dan guru sebagai materi pengetahuan, di sisi lain strategi penyampaian materi pembelajaran masih bertumpu pada metode tertentu seperti ceramah dan tugas. Terakhir, kegiatan pembelajaran tidak interaktif, kurang menarik, dan terkesan hanya mengejar target pada materi pelajaran.
Keadaan di atas perlu penanganan yang serius agar peningkatan kualitas pembelajaran dapat tercapai sehingga peningkatan penguasaan materi pembelajaran yang diharapkan dapat terwujud. Oleh karena itu, perlu dicoba penerapan berbagai strategi pembelajaran untuk mengetahui dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Untuk memahami masalah tersebut, perlu dikaji melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mengembangkan kerohanian, keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Kloang Klede Putra, 2003 hal. 11). Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu proses dengan metode tertentu agar manusia memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara berperilaku sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam pendidikan Ki Hajar Dewantara prinsipnya adalah Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menekankan bahwa posisi guru dalam proses pembelajaran sangat strategis karena gurulah yang akan menentukan kedalaman materi dan keluwesan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Salah satu faktor yang dapat digunakan guru dalam upaya perluasan dan pendalaman materi adalah desain pembelajaran yang efektif, efisien, menarik dan hasil belajar yang berkualitas dapat dilaksanakan dan dicapai oleh setiap guru (Cony Semiawan, 1998 hal. 43).
Ada banyak metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kurikulum SMP, salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendukung dan meningkatkan kecerdasan emosional siswa dalam pembelajaran SMP khususnya mata pelajaran PAI adalah metode sosiodrama. Karena proses pembelajaran menggunakan metode sosiodrama sangat kuat kandungan emosionalnya dan informasi yang diperoleh akan masuk ke dalam memori jangka panjang siswa. Serta mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan mampu bertanggung jawab atas setiap tugas individu.
Metode sosiodrama adalah metode yang lebih banyak memberikan aktivitas kepada siswa untuk memberikan perbuatan baik dalam bentuk fisik maupun non fisik. Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, metode sosiodrama adalah sejenis drama atau lakon, tetapi naskahnya tidak dipersiapkan terlebih dahulu. (Zakiah Daradjat, 2008 hal. 301)
Langkah-langkah pelaksanaan metode sosiodrama meliputi beberapa hal, yaitu: 1) Persiapan keberhasilan metode sosiodrama (bermain peran) yang akan dimainkan siswa dalam memberikan informasi kepada teman sekolah ditentukan oleh persiapan yang dilakukan oleh guru, antara lain: A. Penentuan situasi/peristiwa sosial yang akan disosialisasikan dan didramatisasi. B. Memilih aktor (roles), meliputi: (1) Mempersiapkan aktor (players), dan (2) Mempersiapkan penonton (audience). (Werkanis dan Marlius Hamadi, 2005 hal. 75)
Langkah-langkah metode Sosiodrama atau Role playing yang penulis gunakan adalah: 1) Guru membuat materi atau masalah yang terjadi di sekitar/lingkungan yang berkaitan dengan materi pelajaran. 2) Guru menunjuk beberapa siswa atau lebih untuk membentuk kelompok, kemudian masing-masing kelompok membuat skenario/dialog percakapan dalam sosiodrama/role playing. 3) Melakukan drama atau bermain peran. 4) Guru meminta siswa lain untuk mengamati cerita/drama tersebut, untuk dijadikan bahan kritik dan pendapat terhadap kelompok yang telah selesai memainkan peran. 5. Kesimpulan.
Berdasarkan pembelajaran pada kelas VII di SMP Negeri 1 Bumiayu Brebes dengan menggunakan metode pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan minat belajar PAI pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Bumiayu Brebes. ***
Editor: Cosmas