“Konseling Kelompok dengan Teknik Self-Instruction” Mengatasi Prokrastinasi Akademik Siswa
Oleh: Elia Wulandari, S.Ag
Mata Pelajaran BK Kelas X MAN 2 Klaten
Prokrastinasi merupakan kebiasaan buruk yang sulit untuk dihindari. Sebagian besar siswa pernah melakukan prokrastinasi dalam hidupnya dan mampu menyelesaikan tugas dan pekerjaannya tepat waktu. Namun, untuk beberapa siswa, penundaan yang terus-menerus akan menciptakan perilaku yang akan memiliki konsekuensi negatif (Stead, et al. 2010).
Dalam lingkungan akademik, penundaan yang dilakukan oleh siswa terkait dengan tugas akademiknya disebut sebagai prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik sebagai bentuk khusus dari keterlambatan yang terjadi dalam lingkungan akademik (Jiao, et al. 2011). Penundaan telah menjadi kebiasaan yang mengakar dalam masyarakat. Peningkatan perilaku tersebut juga terjadi pada siswa yang melakukan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan tugasnya.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis sebagai guru BK di MAN 2 Klaten, terdapat sebagian siswa melakukan prokrastinasi akademik dengan menunda-nunda pekerjaan yang diberikan oleh guru. Ditemukan hampir setiap pagi siswa mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah. Sejalan dengan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, terdapat juga beberapa penelitian yang mengarah pada hasil yang sama. Ditemukan sebanyak 15% dari populasi cenderung melakukan prokrastinasi dan sebanyak 1% dari populasi sering melakukan prokrastinasi (Van Wyk, 2004). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa tingkat prokrastinasi akademik siswa berbeda di setiap daerah (Munawaroh, et al. (2017). Dalam prokrastinasi akademik, siswa yang sering melakukannya akan terus ingin menunda kewajiban akademik mereka secara luas dan permanen. Hal ini menyebabkan mereka menghabiskan aktivitas sehari-hari dalam perilaku prokrastinasi seperti tidur di siang hari, bermain, atau menonton TV.
Perilaku prokrastinasi akademik pada siswa akan berdampak pada prestasi akademik di sekolah (Zahra dan Neti, 2015). Kelompok dengan tingkat prestasi terendah cenderung merupakan siswa yang paling sering menunda-nunda dalam mengerjakan tugas akademik. Penundaan akademik mereka akan membuat mereka sulit untuk mencapai prestasi. Hal ini terjadi karena mereka melihat bahwa tugas akademik membebani sebagian siswa, kurang bisa mengatur waktu, terlalu asyik bermain dengan teman dan bermain smartphone, sehingga mengakibatkan keterlambatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik adalah keyakinan irasional dan perfeksionisme. Selain itu, prokrastinasi akademik muncul karena pelaku membutuhkan bantuan orang lain dalam mengerjakan tugas, merasa malas, kesulitan mengatur waktu, dan tidak menyukai tugas. Sementara itu, perilaku prokrastinasi akademik siswa muncul karena pemikiran yang tidak rasional terhadap tugas-tugas akademik. Mereka beranggapan bahwa tugas tersebut dapat dikerjakan besok karena waktunya masih panjang sehingga mereka memilih untuk bersenang-senang dan menundanya. Prokrastinasi akademik yang merupakan behavioral delay memiliki indikator yang dapat diamati seperti, 1) Perceived time, siswa yang cenderung menunda-nunda adalah orang yang gagal menepati tenggat waktu. 2) Intention-action, kesenjangan antara keinginan dan tindakan. 3) Emotional distress, adanya kecemasan selama prokrastinasi. 4) Kemampuan yang dirasakan, atau keyakinan akan kemampuan diri. Indikator-indikator ini memicu siswa untuk berpikir secara tidak rasional tentang tugas yang mereka terima. Dari perspektif Cognitive-Behavioral, prokrastinasi akademik terjadi karena keyakinan irasional yang dimiliki individu (Tuckman, 2002). Keyakinan irasional tersebut dapat disebabkan oleh kesalahan dalam memahami tugas sekolah. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut, penulis melakukan intervensi kepada siswa untuk mengurangi perilaku prokrastinasi akademik.
Penulis menggunakan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk mengatasi prokrastinasi akademik siswa MAN 2 Klaten. Hal yang dilakukan adalah mengkondisikan siswa untuk dapat menginstruksikan diri melalui perubahan pola pikir irasional menjadi pola pikir rasional yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Perubahan pola pikir ini mengarahkan siswa untuk afektif dalam menentukan beberapa dialog internal yang akan diwujudkan ke dalam perilaku baru untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Teknik ini diadaptasi dengan memodifikasi pendekatan konseling kognitif-perilaku. Kegiatan yang dilakukan melibatkan mengidentifikasi keyakinan disfungsional yang dimiliki seseorang dan mengubahnya menjadi lebih realistis, dan melibatkan teknik modifikasi perilaku. Pada tahap ini, setiap keyakinan negatif pada siswa secara bertahap diubah melalui instruksi yang diberikan kepada diri sendiri untuk memotivasi diri mereka untuk berpikir secara rasional. Teknik self-instruction adalah teknik pelatihan yang dilakukan melalui penggunaan pernyataan atau instruksi diri dengan mengubah pemikiran irasional menjadi pemikiran rasional (Furnis dan McGuire, 2000).
Teknik self-instruction dapat digunakan untuk mengurangi tingkat perilaku negatif dan mempromosikan perilaku yang dipilih. Berkaitan dengan perilaku prokrastinasi akademik, intervensi dengan self-instruction akan mendorong siswa untuk meyakinkan dirinya sendiri dengan menggunakan self-statement untuk dapat mengontrol pemikiran dan memberikan motivasi dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas akademik di sekolah. Setelah diterapkan teknik ini kepada siswa X MAN 2 Klaten ditemukan bahwa ada perubahan prokrastinasi akademik siswa yang awalnya tinggi berubah menjadi rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok dengan teknik self-instruction efektif mengurangi perilaku prokrastinasi akademik siswa.
Editor: Cosmas