Mapping Comics, Sarana Berkreasi Sembari Berliterasi

Spread the love

Diani Kusumawati
SMP Negeri 02 Batu

Seiring perkembangan zaman, metode pembelajaran juga semakin berkembang. Mulai dari implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), sampai dengan keterampilan pembelajaran abad 21.

Keterampilan abad 21 yang dimaksud adalah 4C yaitu Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation, atau dalam bahasa Indonesia komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan berkreasi. Empat hal tersebut juga harus harus dikuasai oleh para pembelajar untuk mengembangkan pembelajaran.
4 C adalah jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat daripada sekadar jadi jagoan dalam penguasaan hardskill. Dalam pembelajaran, tentunya 4C sangat mendukung. Mengembangkan peserta didik untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kritis dan berkreasi.

Untuk mengemas 4C ke dalam sebuah pembelajaran, diperlukan metode yang tepat.
Metode yang mudah digunakan saat ini adalah metode mind mapping (peta pikiran). Mind mapping adalah merupakan cara mencatat yang menyenangkan, cara mudah dan mengeluarkan informasi dan ide baru dalam otak (Buzan, 2008:4). Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif dan efektis, cara mudah memasukkan dan mengeluarkan informasi dalam otak, mind map menggunakan warna, simbol, kata, garis lengkung, dan gambar yang sesuai dengan cara kerja otak (Buzan, 2008:6).
Mind mapping dikembangkan oleh Tony Buzan, seorang ahli dan penulis produktif di bidang psikologi, kreativitas dan pengembangan diri. Metode dalam pemahaman peta pikiran ini sangat efektif untuk mengetahui sejauh mana otak dalam menyimpan informasi. Manusia memang dikarunia kemampuan dalam hal penyimpanan otak yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya otak bekerja untuk menyimpan dan menjabarkan informasi dari sumber dengan pola yang hampir sama.
Belajar dengan mind mapping tentunya lebih menyenangkan karena melibatkan kreativitas. Mungkin selama belajar kita akan cepat bosan dan hilang semangat karena membaca buku yang hanya berisi tulisan. Tapi, ketika kita belajar dari mind map yang sudah dibuat setiap selesai belajar pasti kita akan lebih semangat. Apalagi, bila menggunakan warna yang kita sukai dan dilengkapi dengan gambar yang lucu, belajar berulang kali pun tetap menarik
Oleh karena itu, metode mind map bisa digabungkan dengan media komik. Komik bisa lebih menarik perhatian peserta didik karena komik adalah media yang akrab dengan peserta didik. Peserta didik bukan hanya bisa berkomunikasi dan berkolaborasi, tetapi juga bisa lebih berpikir kritis dan berkreasi. Menurut mereka membaca komik merupakan hal yang menyenangkan.
Komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu dengan sedikit kata-kata (Poerwadarminta, 2017:608).

Sebagai salah satu media visual, media komik tentunya memiliki kelebihan tersendiri jika dimanfaatkan dalam kegiatan belajar-mengajar. Komik menambah perbendaharaan kata-kata pembacanya, mempermudah peserta didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak, dan juga dapat mengembangkan minat baca anak.
Kecenderungan peserta didik saat ini adalah kurang menyukai buku teks yang lebih banyak menampilkan tulisan daripada gambar dan ilustrasi yang menarik. Peserta didik lebih menyukai sesuatu yang bergambar dan berwarna. Apalagi jika karakter dalam komik tersebut adalah idola dari peserta didik, pastinya akan lebih menarik untuk dilihat dan dibaca.
Untuk pembelajaran bahasa Indonesia khususnya, yang dalam buku teksnya mayoritas berupa tulisan, tentunya diperlukan metode dan media yang mudah dan menarik untuk memahami materi yang diajarkan. Agar pesan dalam materi bisa dicerna dan diingat dengan baik oleh peserta didik.
Menggabungkan metode mind mapping dan komik, bukanlah hal yang tidak mungkin. Bahkan, akan lebih menarik, jika mapping bisa berupa komik. Komik yang berupa gambar akan lebih menarik peserta didik untuk membaca. Peserta didik bukan hanya diminta membuat peta konsep tentang sebuah materi, tetapi juga diajak berpikir kritis dan berkreasi untuk membuat komik yang berisikan materi yang diajarkan.
Mapping comics adalah penggabungan metode mind map dan media komik. Penggabungan ini merupakan penerapan peta pikiran dengan menggunakan gambar dan tulisan. Mapping comic adalah metode sederhana yang mengajak peserta didik untuk memetakan materi dan menerapkannya dalam gambar.
Dalam metode mapping comics, peserta didik diajak mengamati materi, mencoba memetakan materi, mengolaborasi antara materi dan mengkreasikan pemetaan materi dengan gambar, dan mengomunikasikan hasilnya kepada teman sebaya. Hal tersebut merupakan penerapan dari pendekatan saintifik yang terdiri dari 5M (Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar, dan Mengkomunikasikan) dan empat keterampilan Abad 21 (4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation).
Proses pembelajaran menggunakan metode mapping comics diawali dengan memetakan materi dan meringkas materi yang diajarkan. Setelah peserta didik memahami materi tersebut, peserta didik diminta berpikir kritis dan mengkreasikan pemahamannya ke dalam media komik. Peserta didik diminta menggambar komik yang isinya tentang materi yang dipahami. Peserta didik dituntut berkreasi dalam menggambar dan menuliskan materi. Setelah selesai, peserta didik bisa memajangnya di papan pajang yang ada di kelas. Peserta didik yang lain boleh memberi saran dan kritik hasil dari peserta didik yang lain.
Kelebihan dari metode mapping comics yaitu peserta didik bisa berkreasi dengan menggambar, peserta didik termotivasi untuk memahami materi karena disederhanakan dalam bentuk gambar, lebih menarik membaca dengan disertai gambar daripada hanya membaca tulisan saja. Diharapkan dengan menggunakan metode ini, peserta didik lebih termotivasi untuk mau membaca dan menulis.
Mapping comics merupakan metode yang sederhana. Tidak semua peserta didik berbakat dalam menggambar. Akan tetapi, penekanan hasil dari metode ini tidak hanya pada bagus tidaknya gambar yang dibuat, tetapi ditekankan pada pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan.
Materi yang banyak dan beragam bisa dipetakan untuk lebih mempermudah peserta didik, peserta didk juga menunjukkan bakat dan kreasinya dalam menggambar. Menggabungkan gambar dan tulisan dengan kegiatan yang menyenangkan untuk peserta didik. Dengan memetakan, peserta didik merasa mudah dalam memahami materi, dengan menuangkan dalam bentuk gambar peserta didik berpikir kritis dan kreatif.
Metode dan media apapun, diharapkan bisa semakin mengembangkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peserta didik dengan baik. Bahkan untuk pendidik, akan lebih memudahkan dalam proses penyampaian materi dan pembelajaran.

Editor: cosmas