Belajar dari Rumah dengan Media Mainan Kesayangan
Ery Kurniyanto, S.Pd
Guru SD Negeri 3 Kalibombong, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara
Belajar adalah kebutuhan setiap orang, khususnya anak-anak. Pada masa pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) kegiatan belajar anak harus tetap berjalan. Sesuai Surat Edaran Mendikbud No.3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada satuan Pendidikan, kegiatan pembelajaran di sekolah dihentikan sementara. Kegiatan pembelajaran tetap dilakukan, namun dilaksanakan dari rumah.
Belajar dari rumah bisa dilaksanakan dengan tiga model pembelajaran. Yang pertama model pembelajaran kunjungan tatap muka. Model pembelajaran ini mengharuskan pendidik berkunjung ke rumah peserta didik untuk melaksanakan pembelajaran. Yang kedua model penugasan, pendidik memberikan tugas kepada peserta didik dalam bentuk lembar kerja. Yang ketiga model pembelajaran dalam jaringan (daring), model pembelajaran ini menggunakan teknologi khusus dan jaringan internet yang stabil.
Untuk menentukan model pembelajaran dari rumah yang sesuai disuatu sekolah, perlu mengidentifikasi faktor-faktor pendukungnya. Yang pertama perlu mengidentifikasi sarana dan prasarana yang dimiliki pendidik dan peserta didik. Yang kedua perlu mengidentifikasi kemampuan pendidik dan peserta didik dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia.
SD Negeri 3 Kalibombong yang berada di daerah pegunungan memiliki sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk melakukan model pembelajaran daring. Hal ini akibat dari lokasi desa Kalibombong yang sulit dijangkau sinyal telepon seluler dan belum dilalui jaringan kabel telepon dan internet. Peserta didik masih sedikit yang memiliki komputer, laptop, handphone dan tablet.
Dari tiga model pembelajaran yang bisa dilaksanakan dari rumah, hanya ada dua pilihan yang tersisa, yaitu model pembelajaran kunjungan tatap muka dan model pembelajaran penugasan. Oleh karena itu, pendidik SD Negeri 3 kalibombong memilih menggunakan perpaduan dari pembelajaran kunjungan tatap muka dan penugasan. Begitu juga saya selaku guru kelas 6, saya menggunakan perpaduan model pembelajaran kunjungan tatap muka dan penugasan.
Peserta didik kelas 6 SD Negeri 3 Kalibombong berjumlah 28 orang. Untuk mempermudah kegiatan kunjungan ke rumah peserta didik, kami membuat 6 kelompok kecil yang beranggotakan 2 sampai 6 anak yang tinggal berdekatan. Setiap kelompok mendapatkan kunjungan selama 90 sampai 120 menit dalam satu minggu. Setiap kunjungan, peserta didik mendapat tugas yang harus diselesaikan dalam waktu satu minggu. Tugas-tugas tersebut harus dikumpulkan pada kunjungan berikutnya untuk dikoreksi oleh pendidik.
Setelah berjalan beberapa minggu, kami selaku pendidik mengalami kesulitan pada saat pembelajaran. Kesulitan tersebut khususnya pada penggunaan media pembelajaran. Ketika proses pembelajaran berlangsung di rumah peserta didik, ada kalanya membutuhkan media pembelajaran pendukung untuk mempermudah proses pemahaman peserta didik. Media pembelajaran yang diperlukan kadang terlalu berat atau terlalu banyak untuk dibawa. Ditambah ada beberapa jalan yang tidak bisa dilalui kendaraan untuk sampai ke rumah peserta didik. Karena itu, pendidik harus membawa peralatan dengan berjalan kaki.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut, muncul ide kreatif untuk memanfaatkan mainan-mainan yang dimiliki peserta didik untuk pengganti media pembelajaran. Mainan boneka, robot, mobil-mobilan dan lain sebagainya bisa digunakan untuk menggantikan alat peraga yang sulit dibawa. Mainan tersebut sudah umum dimiliki anak-anak, khususnya peserta didik SD Negeri 3 Kalibombong.
Setiap mainan yang ada bisa digunakan untuk menggantikan media pembelajaran tertentu. Untuk muatan matematika materi bilangan bulat, anak bisa memainkan boneka atau mobil-mobilan untuk menggantikan garis bilangan. Untuk muatan PKn materi hak dan kewajiban, boneka adalah mainan yang cocok untuk memerankan keluarga. Begitu juga untuk muatan-muatan lain bisa menggunakan mainan peserta didik sebagai media pembelajaran.
Penggunaan mainan sebagai media pembelajaran membantu proses belajar peserta didik. Mainan memiliki bentuk kongkret dan mudah untuk diamati sehingga meningkatkan minat dan pemahaman anak. Ketika peserta didik menggunakan mainannya untuk pembelajaran, anak terlihat semangat dan senang. Hal ini juga terlihat dari respon peserta didik ketika selesai belajar, meraka mengaku senang dan menikmati kegiatan pembelajaran.
Editor: Cosmas