PJJ di SMP Negeri 8 Surakarta

Spread the love

Sri Suprapti

Sie Publikasi SMP Negeri 8 Surakarta

Sejumlah daerah di Indonesia memutuskan untuk meliburkan kegiatan di sekolah dan menggantinya dengan belajar jarak jauh di rumah untuk mencegah penularan virus corona (penyebab Covid-19). Begitu juga dengan SMP Negeri 8 Surakarta dibawah pimpinan Triad Suparman, M.Pd. Semoga Peserta Didik tetap disiplin belajar di rumah saat pandemi corona. Artinya belajar jarak jauh di mana guru memberi pelajaran dari Sekolah dan peserta didik tetap berada di rumah. Oleh karena itu orang tua/wali peserta didik memiliki peran penting untuk memantau kegiatan peserta didik di rumah.
Karena jika tidak bisa menerapkan sistem belajar jarak jauh maka peserta didik akan tertinggal dibandingkan peserta didik lainnya saat sekolah mulai kembali dilakukan dengan normal. Belum lagi, seperti kelas 9 (Sembilan) juga akan menghadapi Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah (US). Saat ini peserta didik sedang melakukan Penilaiaan Tengah Semester (PTS) Gasal Tahun Pelajaran 2020/2021 yang dilakukan secara daring baik yang berada di rumah bagi Peserta Didik yang beruntung dengan adanya HP maupun peserta didik yang berada di sekolah karena terkendala dengan tidak adanya HP.
SMP Negeri 8 Surakarta yang beralamat di Jalan HOS Cokroaminoto No. 51 Surakarta dengan Kepala Sekolah Triad Suparman, M.Pd. merupakan sekolah yang terletak di bagian timur Kota Surakarta. Peserta Didik SMP Negeri 8 Surakarta yang ada saat ini semuanya berjumlah 743 anak yang terdiri dari kelas 7 (tujuh) berjumlah 253 (116 laki-laki dan 137 perempuan), kelas 8 (delapan) ada 250 (127 laki-laki dan123 perempuan) serta kelas 9 (Sembilan) berjumlah 256 (105 laki-laki dan 151 perempuan).
Kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 8 Surakarta adalah Kurikulum 2013. Sementara selama PJJ strategi dan metode pembelajaran menggunakan Google Classroom, Google form dan WA. Jadwal yang diberlakukan memang tidak sama dengan jadwal ketika tatap muka. Perbedaannya adalah lebih sedikit dari sebelumnya yaitu hanya 3 (tiga) mata pelajaran setiap harinya. Untuk Peserta Didik tetap mengerjakan tugas dari rumah, Guru menjalankan tugas dari Sekolah. Walaupun lebih sedikit jadwal yang digunakan untuk PJJ ini namun untuk Guru justru waktu yang digunakan lebih lama. Kenapa? Karena dalam menerima respon dari Peserta Didik tidak menyesuaikan waktu yang sudah ditentukan oleh Guru.

Home visit

Sebagai contoh di dalam jadwal sudah diberikan jam (waktu) sesuai dengan yang sudah dibuat oleh Waka Kurikulum Hesti Setyaningsih, S.Kom. namun kenyataannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ada saja alasan yang disampaikan oleh Peserta Didik kepada Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas masing-masing. Alasan-alasan yang disampaikan oleh Peserta Didik memang beraneka macam antara lain ; HP rusak, HP tidak dapat digunakan untuk Google Classroom, tidak presensi dan tidak pernah mengumpulkan tugas, jarang presensi daring, tidak pernah ikut daring, kadang-kadang presensi, ketiduran, beberapa Peserta Didik hanya memiliki kuota chat, kehabisan kuota karena membuka beberapa aplikasi dalam waktu PJJ dan ada yang malah ke luar kota bersama Orang Tuanya karena PJJ dianggap libur.
Dengan adanya alasan yang seperti tersebut di atas maka pihak Sekolah mencari jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan dan kendalanya yaitu dengan jalan home visit (mengunjungi ke rumah) Peserta Didik. Yang melakukan home visit selain Guru BK (Niken Lestari, S.Pd. dan Partini, S.Psi) juga Wali Kelas Peserta Didik yang bermasalah antara lain: Siti Martabatul Aliyah, S.Pd; Murni, S.Pd; Prico Diana Dewi, S.Pd.MH; Dra. Tri Puji Hartini; Yuni Stiowati, S.Si; Latifah Nugrahani, S.Pd. Alhamdulillah Guru SMP Negeri 8 Surakarta dengan sepenuh hati selalu memantau perkembangan Peserta Didik yang mengalami kendala.
Mereka para Guru yang home visit berusaha memecahkan masalah/kendala yang dialami Peserta Didik antara lain: memberi motivasi, tugas secara luring, komunikasi dengan Orang Tua dengan baik, menghadirkna Orang Tua (tertentu). Kenyataan memang tidak bisa dipungkiri, semua orang pasti mempunyai masalah. Hanya masalah itu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Beberapa Orang Tua menyampaikan kepada Guru dengan versi masing-masing.
Sebagai contoh misalnya kehabisan kuota karena membuka beberapa aplikasi dalam waktu mengerjakan tugas (game, browsing jawaban, WA nan dengan teman –temannya); Orang Tua tidak membelikan kuota karena menanti bantuan dari sekolah/Pemerintah, munculnya iklan pornografi saat membuka pelajaran; beberapa Peserta Didik tidak terpantau Orang Tua karena bekerja; anggapan masyarakat BDR sama dengan libur sehingga banyak yang ke luar rumah dengan alasan kepentingan keluarga.
Perlu diketahui bahwa untuk saat ini selama masih PJJ SMP Negeri 8 Surakarta tidak ada ekstrakurikuler, walaupun sebenarnya ada sekitar 15 ekstrakurikuler yang ada. Hal ini untuk menjaga penularan covid -19 tidak meluas.
Strategi yang digunakan dan metode dalam PJJ antara lain: Sikap (keaktifan pengumpulan tugas/tepat waktu), Pengetahuan (penilaian harian, tugas) dan Keterampilan (praktik, projek). Untuk diketahui oleh Peserta Didik, pihak Sekolah selama PJJ juga ada yang mengikuti luring dengan cara mengambil tugas dari sekolah dan diberi batas waktu untuk dikumpulkan ke sekolah. Yang melakukan pengambilan dan pengembalian tugas adalah oleh Orang Tuanya masing-masing dengan memperhatikan protokol kesehatan. Sudah disedikan loker dan meja yang letaknya strategis dan mudah terjangkau karena sudah terlihat dari pintu gerbang utama (persisnya di depan ruang Aula).
Kebijakan PJJ yang diambil ini sebagai upaya mencegah penyebaran wabah covid-19 yang hampir memasuki bulan ke tujuh. Hal ini sebagai bentuk memprioritaskan keselamatan Peserta Didik. Program belajar dari rumah ini dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi Peserta Didik, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Sebagai Guru agar pembelajaran jarak jauh atau online learning ini dapat menjadi pembelajaran bermakna dan menyenangkan untuk Peserta Didik haruslah mampu memanfaatkan teknologi, juga harus bisa mengatur waktu dengan baik.
Guru juga harus mampu menyatukan persepsi dan konsentrasi Peserta Didik yang serba berjauhan ini. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa Guru memiliki tujuan yang jelas dalam pembelajaran jarak jauh dan mampu menjalin ikatan batin dengan Peserta Didik dengan melakukan perannya sebagai motivator, fasilitator, mediator dan komunikator. Dan yang terakhir Guru harus memberi penguatan karakter Peserta Didik yaitu dengan menyampaikan pesan untuk menjadi anak yang tangguh mengingat dalam kondisi masyarakat sedang diuji secara fisik dan mental akibat penyebaran Covid-19 yang berdampak kepada pembelajaran Peserta Didik menjadi serba terbatas dalam berkomunikasi, berinteraksi dan berkreasi.
Disamping peran Orang Tua Peserta Didik, Guru juga mempunyai peran strategis untuk membuat tangguh Peserta Didik dengan berusaha memotivasi untuk disiplin belajar, semangat melaksanakan tugas, aktif dalam sesi presentasi dan menghidupkan interaksi online dengan Guru dan teman dan tetap berusaha berkarya melalui pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar. Inilah maka perlu didorong terciptanya kolaborasi antara Orang Tua dan pihak Sekolah. Pembelajaran dan penugasan online menuntut Orang Tua ikut aktif melihat bagaimana aktivitas anak-anak bahkan bisa menjadi teman dan motivator dalam belajar anak. Sedangkan Guru terus melakukan kontrol dan umpan balik melalui media daring tersebut untuk dapat memastikan Peserta Didik semuanya melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik.
Harapan Kepala Sekolah Triad Suparman, M.Pd. semoga wabah ini segera berlalu dan yang paling penting adalah semoga dengan pembelajaran online ini meninggalkan pengalaman positif untuk Peserta Didik, Tenaga Pendidik dan juga tentunya Orang Tua yang memiliki peran utama dalam mensupport sistem pembelajaran jarak jauh ini.

Editor: cosmas