PJJ Harus Memerdekakan Proses Belajar  dan Tantangannya

Spread the love

Artikel Ilmiah Populer

Oleh: Feri Ekayanti, S. Pd
SDN 03 Waru Kebakkramat Karanganyar

Pandemi COVID-19 telah banyak menimbulkan dampak pada berbagai aspek kehidupan, jelas saja terlihat pada kegiatan ekonomi, pendidikan, transportasi,distribusi barang dan aktivitas lainnya. Semakin bertambahnya kasus yang terinveksi Corona Virus Disease mengarahkan pemerintah untuk membuat kebijakan demi memutus mata rantai penyebaran virus tersebut. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) semua daerah telah dilakukan dan akan dilakukan. PSBB merupakan pembatasan kegiatan tertentu untuk penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi virus corona, demi mencegah kemungkinan penyebaran virus yang semakin luas.
Lewat Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020, sejumlah peraturan terkait pelaksanaan PSBB ditetapkan, salah satunya tentang peliburan sekolah. Kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah dihentikan sementara dan digantikan dengan media yang efektif, setidaknya hingga 14 hari ke depan. Sebelum PSBB disetujui, sejumlah sekolah telah terlebih dulu meliburkan kegiatan belajar mengajar sebagai upaya peredaman penyebaran COVID-19. Sehingga sejumlah proses belajar di rumah dengan materi dari sekolah dan dibantu oleh orang tua murid telah dilaksanakan.
Lewat Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020, sejumlah peraturan terkait pelaksanaan PSBB ditetapkan, salah satunya tentang peliburan sekolah. Kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah dihentikan sementara dan digantikan dengan media yang efektif, setidaknya hingga 14 hari ke depan. Sebelum PSBB disetujui, sejumlah sekolah telah terlebih dulu meliburkan kegiatan belajar mengajar sebagai upaya peredaman penyebaran COVID-19. Sehingga sejumlah proses belajar di rumah dengan materi dari sekolah dan dibantu oleh orang tua murid telah dilaksanakan. Tantangan pendidikan jarak jauh dan pendampingan wali murid. Namun sejumlah orang tua murid mengaku kesulitan untuk memantau proses belajar anaknya di rumah, terutama bagi mereka yang juga bekerja di rumah. Informasi seputar sistem pemindahan proses belajar mengajar dari sekolah ke rumah belum komprehensif. Beda sekolah bertaraf internasional saja yang menerapkan disiplin dan online class dengan waktu yang sesuai schedule. Kalau yang skala nasional tidak ada, malah dikembalikan ke orang tua. Padahal orang tua ada kendala juga jadi tidak bisa memantau dengan baik.
Kualitas pendidikan anak bergantung pada kualitas pengajar. Ia memberi contoh ada guru yang mampu mengirimkan video contoh mata pelajaran untuk dikerjakan anaknya di rumah, dan ada yang hanya bisa menjelaskan tugas, lalu meminta murid tersebut mengerjakannya. Harusnya kan di era seperti ini, di era digital, kualitas guru juga harus memadai. Belum lagi kendala teknis, seperti yang dialami orang tua murid , ketika telepon genggamnya rusak dan tidak punya kuota internet. Orang tua harus mencari cara efektif untuk proses belajar di rumah, mengingat sebelumnya proses belajar mengajar dilakukan guru dan murid di sekolah. Orang tua sebenarnya juga harus dibimbing, jadi belajar secara jarak jauh, belajar mandiri itu harus berorientasi terutama kepada minat dan bakat anak, pada konteks setempat, pada lingkungan anak. Jadi bukan berorientasi pada standar kompetensi yang harus mereka lalui sesuai standar kurikulum. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), proses belajar tidak lagi terpaku pada target kurikulum kenaikan kelas. Menurutnya hal ini masih sulit diterjemahkan oleh guru yang kebanyakan masih melihat kompetensi dasar yang harus dipelajari anak. Situasi dan kondisi pendidikan di tengah pandemi COVID-19 telah membuka mata banyak orang bahwa arah pendidikan harus menuju sistem edukasi, yakni pendidikan jarak jauh yang tidak lagi terikat pada standar kurikulum, melainkan pengembangan minat dan bakat anak murid dan memerdekakan proses belajar.
Kendala komunikasi di daerah terpencil bahwa komunikasi adalah kendala utama proses belajar mengajar di rumah. Pertukaran pesan singkat bisa terkirim seetlah beberapa menit hingga dua jam kemudian. ‘Kendala yang dihadapi guru secara umum terutama jalur komunikasi antar guru dan siswa, yaitu kurangnya komunikasi secara online dan tentunya via SMS, yang terkadang juga jaringan kita ini paket datanya terlambat. Menanggapi sulitnya akses informasi di daerah terpencil dan ketersediaan media yang efektif untuk proses pembelajaran sekolah perlu mencari alternatif lain mengatasi masalah-masalah dalam proses belajar di rumah.
Seharusnya selama masa darurat kesehatan ini, penyelenggaraan (pembelajaran) pendidikan jarak jauh, tidak selalu harus dengan kekuatan jaringan internet atau infrastruktur telekomunikasi yang baik. Yang penting penyelenggaraan pendidikan yang menjadi hak siswa tertunaikan, adalah bagaimana menyediakan pendidikan bermakna. Proses pembelajaran di rumah di negara maju sudah lebih terstruktur. Semua materi dan tugas telah diberikan sebelum diberlakukannya peraturan belajar di rumah , pihak sekolah telah meminta semua orang tua murid untuk mengisi keterangan apakah mereka memiliki fasilitas komputer atau laptop di rumah. Sehinga dapat mengunakan aplikasi Zoom.
Pandemi Covid-19 berdampak besar pada berbagai sektor, salah satunya pendidikan. Dunia pendidikan juga ikut merasakan dampaknya. Pendidik harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun peserta didik berada di rumah. Solusinya, pendidik dituntut mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online). Ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Pendidik dapat melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, pendidik dapat memastikan peserta didik mengikuti pembelajaran dalam waktu bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda. Pendidik pun dapat memberi tugas terukur sesuai dengan tujuan materi yang disampaikan kepada peserta didik. Kondisi pandemi Covid-19 ini mengakibatkan perubahan yang luar biasa, termasukbidang pendidikan. Seolah seluruh jenjang pendidikan ‘dipaksa’ bertransformasi untuk beradaptasi secara tiba-tiba drastis untuk melakukan pembelajaran dari rumah melalui media daring (online).
Ini tentu bukanlah hal yang mudah, karena belum sepenuhnya siap. Problematika dunia pendidikan yaitu belum seragamnya proses pembelajaran, baik standar maupun kualitas capaian pembelajaran yang diinginkan. Berbagai aplikasi media pembelajaran pun sudah tersedia, baik pemerintah maupun swasta. Pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9/2018 tentang Pemanfaatan Rumah Belajar. Pihak swasta pun menyuguhkan bimbingan belajar online seperti ruang guru, Zenius, Klassku, Kahoot, dan lainnya. Akses-akses tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pengetahuan danwawasan. Sangat diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Melalui pendidikan, akan melahirkan generasi penerus yang cerdas intelektual maupun emosional, terampil, dan mandiri untuk mencapai pembangunan bangsa ini.Namun muncul polemik masyarakat pada metamorfosa di masa pandemi Covid-19. Hal ini tentu dirasa berat oleh pendidik dan peserta didik. Terutama bagi pendidik, dituntut kreatif dalam penyampaian materi melalui media pembelajaran daring. Ini perlu disesuaikan juga dengan jenjang pendidikan dalam kebutuhannya. Dampaknya akan dengan menggunakan media daring mengharapkan orangtua sebagai role model dalam pendampingan belajar anak, dihadapi perubahan sikap. Masa pandemi Covid-19 ini bisa dikatakan sebagai sebuah peluang dalam dunia pendidikan, baik pemanfaatan teknologi seiring dengan industri 4.0, maupun orangtua sebagai mentor. Harapannya, pasca-pandemi Covid-19, kita menjadi terbiasa dengan sistem saat ini sebagai budaya pembelajaran dalam pendidikan.
Guru atau dosen bukan satu-satunya tonggak penentu. Ini tantangan berat bagi guru, dosen, maupun orangtua. Tak sedikit orangtua pun mengeluhkan media pembelajaran jarak jauh melalui daring (internet) ini. Terutama anak usia dini hingga sekolah menengah belum merata ketersediaan fasilitas teknologi sebagai media belajar mengajar di sekolah. Meskipun sebagian besar sudah mengenal digital, sisi operasionalnya belum diterapkan optimal dalam media pembelajaran. Bagi guru sekolah PAUD/TK, dituntut sesuatu yang menyenangkan dengan kreativitasnya. Fasilitas video, voice note, dan Youtube dapat dijadikan media pembelajaran. Namun perlu pendampingan penuh dari orangtua. Anak Sekolah Dasar (SD) juga menggunakan media-media tersebut yang ditambah dengan penggunaan aplikasi Zoom. Bukanlah hal yang mudah, karena anak belum bisa mengoperasikannya secara mandiri. Jenjang Sekolah Menengah dan Pendidikan Tinggi, ini membutuhkan inovasi dari pendidik agar peserta didik tidak jenuh, tanpa menghilangkan poin capaian pembelajaran.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menginisiasi program Belajar dari Rumah yang ditayangkan di TVRI. Program Belajar dari Rumah mulai tayang di TVRI sejak 13 April 2020, dimulai pukul 08.00. Pelaksanaan program ini merupakan kelanjutan dari langkah Kemdikbud menyediakan sarana yang bisa dipakai oleh para siswa/i untuk melaksanakan “Belajar dari Rumah” selama pandemi Covid-19. Program ini ditujukan kepada para siswa/i jenjang TK/PAUD, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Program Belajar dari Rumah di TVRI itu sebagai bentuk upaya Kemdikbud membantu terselenggaranya pendidikan bagi semua kalangan di masa darurat Covid-19. Khususnya membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan pada akses internet, secara ekonomi maupun letak geografis.
Hal ini sangat dirasakan masyarakat yang berada di pedesaan, perangkat pembelajaran sangat minim dimiliki oleh setiap anak. Bahkan penghasilan sebagai petani dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lalu bagaimana kegiatan pembeljaran yang berlangsung di pedesaan apa TV di rumah saya dalam kondisi gelap, berbayang, dan suara yang sedikit tidak Pembelajaran yang rencananya akan dilakukan melalui televisi nampaknya perlu dilakukan peninjauan dimana tidak semua pelajar memiliki kondisi sarana dan prasarana yang baik untuk proses pembelajaran. Banyaknya siswa mengalami kendala contohnya mengalami kesulitan apabila kondisi televisi di rumahnya kurang mendukung proses belajar. Akibatnya masih ada pelajar yang belum bisa belajar dengan baik selama pembatasan sosial berskala besar. Semoga wabah ini segera berlalu dan yang paling penting adalah semoga dengan pembelajaran online ini meninggalkan pengalaman positif untuk para siswa dan tenaga pendidik dan juga tentunya orang tua yang memiliki peran utama dalam mensupport sistem pembelajaran dari rumah ini.

Editor: cosmas