“Two Stay-Two Stray” Tingkatan Kualitas Pembelajaran IPS
Oleh: Esi Sumarsih,S.Pd.M.Pd
Guru Kelas IV
SD Negeri I Kasihan Ngadirojo Wonogiri
Selama ini, fokus guru dalam membelajarkan IPS hanya sebatas pada pengenalan konsep masyarakat dan sosial. Pengembangan kemampuan dasar berpikir logis dan kritis, pengembangan komitmen dan kesadaran nilai-nilai sosial, serta pengembangan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan sebagainya hanya sepintas saja.
Padahal hal tersebut sangat penting dilakukan, agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya, sebagai bekal ikut serta dalam kehidupan masyarakat lingkungannya. Proses pembelajaran sangat didominasi oleh guru, proses pembelajaran yang dilakukan lebih mementingkan pada menghafal bukan pada pemahaman. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif dan siswa menjadi pasif sehingga mudah jenuh.
Fenomena pembelajaran IPS tersebut di atas merupakan gambaran umum yang terjadi di SD Negeri I Kasihan Ngadirojo Wonogiri, tempat di mana penulis menjadi guru. Pembelajaran IPS pada kelas IV SD Negeri I Kasihan Ngadirojo Wonogiri masih belum optimal.
Penulis menyadari, sebagai guru penulis kurang variatif dalam menggunakan metode. Penulis jarang menggunakan media dan alat peraga dalam pembelajaran, padahal banyak materi dalam IPS yang bersifat abstrak, materinya heterogen, dan dinamis sehingga tidak cukup jika hanya disampaikan melalui metode yang konvensional saja. Pembelajaran terlalu monoton dan kurang melibatkan siswa, sehingga minat siswa dalam pembelajaan IPS sangat kurang. Hal tersebut sangat memengaruhi kualitas pembelajaran IPS..
Untuk memecahkan permasalahan tersebut, penulis menerapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS serta dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Maka penulis menggunakan model pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay–Two Stray (Dua tinggal–dua tamu) serta menggunakan media dan alat peraga dalam pembelajaran IPS.
Menurut Trianto (2007:41) melalui model pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa diajarkan keterampilan–keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik di dalam kelompok, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman dengan baik, berdiskusi dan sebagainya.
Model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay–Two Stray merupakan suatu teknik yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik( Sugianto. 2010 :54 ).
Teknik ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPS karena teknik ini menuntut siswa untuk berkomunikasi, bekerja sama dan bertanggung jawab dalam kelompok, karena setiap siswa mempunyai tugas dan tanggung jawab masing–masing.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dimana siswa lebih aktif, kreatif, terampil, serta pembelajaran menjadi bermakna sehingga aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dapat berkembang dengan optimal.
Struktur Two Stay Two Stray memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi.
Untuk itu, penulis dalam menerapkan teknik ini bermula dari membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku. Kemudian menyampaikan penulis melaksanakan langkah-langkah pembelajaran Kooperatif teknik Two stay–two stray menurut Lie (2010:62), yaitu mengarahkan Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang, setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain, lalu dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri, dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, kemudian kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
Penulis sangat merasakan manfaat dari penerapan teknik Two Stay–Two Stray. Kelebihan model pembelajaran Two Stay–Two Stray membuat siswa kelas IV SD Negeri I Kasihan Ngadirojo Wonogiri, lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Penulis menjadi bersemangat untuk selalu berinovasi dalam mengelola kelas agar para siswa senantiasa dapat aktif dan membuat pembelajaran IPS menjadi berkualitas.
Editor: Cosmas