“MIKIR” Songsong Merdeka Belajar

Spread the love

Oleh: Supartinah  SPd  MPd

SMP Muhammadiyah 9 Jaten, Karanganyar

 

Merdeka Belajar, telah menjadi trending topic di dunia pendidikan saat ini. Salah satu yang menjadi perhatian dalam Merdeka Belajar adalah  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Seperti apa merdeka belajar, itu menjadi pertanyaan yang sangat menarik untuk ditindaklanjuti. Bila merdeka belajar dimaknai sebuah kebebasan mutlak seorang guru dalam memfasilitasi pembelajaran, sehingga apa dan bagaimana proses pembelajaran menjadi apa semaunya guru, tentu hal itu juga akan muncul masalah baru. Kompetensi guru sangat bervariasi. Bila kebebasan dimaknai kebebasan yang mutlak, maka akan sangat mungkin kualitas pendidikan dipertaruhkan.

Untuk itu, sangat perlu ada pembatas, rambu–rambu atau pun kerangka Merdeka Belajar. Merdeka Belajar semestinya dimaknai dengan kebebasan seorang guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi siswa, yang menjadi tujuan utama pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat memaksimalkan potensi siswa adalah Pembelajaran Aktif.

MIKIR adalah unsur–unsur yang ada dalam pembelajaran aktif.  MIKIR dapat digunakan sebagai kerangka, pembatas ataupun acuan dalam implementasi Merdeka Belajar.  Penjabaran dari MIKIR adalah sebagai berikut:

M = Mengalami. Mengalami terdiri dari dua hal, yaitu melakukan (doing) dan mengamati (observing). I =  interaksi. Interaksi adalah proses pertukaran gagasan antara dua orang / lebih.

Ki = Komunikasi. Komunikasi adalah penyampaian ide / gagasan, bahkan perasaan seseorang kepada orang lain. R          = Refleksi. Refleksi adalah proses mempertanyakan. Yang dipertanyakan adalah hal yang telah dipelajari, termasuk proses belajar yang telah dilalui seseorang. Refleksi ini bisa dipicu dengan pertanyaan – pertanyaan sebagai berikut : 1) Apa yang sudah saya pelajari? 2) Apa kekuatan dan kelemahan saya dalam proses belajar tadi? 3) Hal apa yang masih membingungkan ? (4) Apa yang ingin saya pelajari lebih lanjut? (5) Apa rencana saya ke depan untuk perbaikan proses belajar saya?

MIKIR adalah unsur–unsur yang ada dalam pembelajaran, bukan merupakan syntax. Kalau syntax, pelaksanaannya harus urut, sebagaimana kita mengenal 5M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengomunikasikan). Karena MIKIR bukan syntax, maka dalam pelaksanaannya tidak harus urut.  Sebagai contoh, ketika siswa berinteraksi, di dalamnya bisa terjadi proses melakukan dan observasi. Demikian juga ketika melakukan komunikasi, bisa juga terjadi interaksi,  antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan sumber belajar.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru bisa menerapkan metode/teknik pembelajaran yang manapun, dan mengikuti syntax nya, sebagaimana yang banyak disarankan seperti Discovery learning/inquiry Based Learning, Project Based Learning, Problem Based Learning, atau Text Based Instruction. Guru bahkan juga bisa menemukan sendiri teknik pembelajaran yang dikehendaki.

Lalu, apakah MIKIR ini sejalan dengan kerangka kurikulum 2013 (yang sedang diterapkan di Indonesia), serta pencapaian keterampilan Abad 21? Ini juga menjadi pertanyaan yang menarik. Kita bisa mengambil salah satu pendekatan pembelajaran yang sangat disarankan dalam kurikulum 2013, yaitu 5M. Unsur Pembelajaran Aktif yang pertama, yaitu M = Mengalami (yang terdiri dari melakukan dan mengamati), sejalan dengan M yang pertama dalam 5 M, mengamati. Selain itu M pertama ini juga mendukung pada menanya, artinya siswa melakukan sesuatu, berupa membuat pertanyaan. Masih sejalan pula dengan M yang lain, menalar, dan mencoba, serta mengomunikasikan. Siswa tidak hanya dijejali informasi, tetapi siswa sendiri yang melakukan mengumpulkan informasi, dan melakukan percobaan dengan informasi yang dimiliki, sampai dengan menyampaikan gagasan atas apa yang telah dilakukannya.  Unsur pembelajaran aktif yang kedua, yaitu Interaksi. Proses pertukaran gagasan  sejalan dengan M yang kedua dan ketiga, yaitu menanya dan menalar. Ketika menanya, maka muncullah interaksi. Demikian juga ketika kegiatan diskusi dilakukan, maka disitulah muncul interaksi;  antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan sumber belajar yang lain. Unsur pembelajaran aktif yang ketiga, yaitu Komunikasi. Hal ini sangat sejalan dengan M yang kelima, yaitu mengomunikasikan. Siswa diharapkan bisa menyampaikan ide / gagasan mereka kepada orang lain. Kegiatan ini dapat diawali dengan kegiatan presentasi di dalam kelompok, dilanjutkan presentasi secara pleno, kepada semua anggota kelas. Dengan sering melakukan kegiatan ini maka siswa akan memiliki keterampilan berbicara di depan publik, dimana keterampilan ini sangat perlu untuk dilatih sejak dini. Dari uraian ini bisa disimpulkan bahwa MIKIR sejalan dengan Scientific Approach, yang artinya pula, bahwa MIKIR mendukung implementasi Kurikulum 2013. Sedangkan unsur pembelajaran aktif yang terakhir, refleksi, sangat penting untuk siswa bisa melihat kembali proses belajar yang telah dilalui, serta menentukan langkah untuk menemukan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Pertanyaan berikutnya, apakah MIKIR sejalan dengan kecakapan/keterampilan Abad 21, ini juga sangat menarik. Keterampilan abad 21 yang singakatannya 4C adalah : critical thinking, communication, collaboration, dan creativity.  Unsur pembelajaran aktif yang pertama, mengalami sejalan dengan keterampilan critical thinking, communication, collaboration, dan creativity. Dari kegiatan melakukan dan mengamati muncullah keterampilan critical thinking. Unsur pembelajaran aktif yang kedua, interaksi, memiliki kontribusi yang besar dalam keterampilan collaboration dan creativity. Kolaborasi tidak terbatas pada kerja kelompok (yang semala ini banyak difahami, yang penting sudah ada kegiatan kelompok berarti pembelajaran aktif). Kolaboratif menekankan pembagian tugas yang jelas kepada setiap individu dalam kelompok, sehingga mucncul ketergantungan antar anggota kelompok. Dengan konsep ini, bisa dihindari dominasi kelompok oleh siswa – siswa tertentu. Unsur pembelajaran aktif yang ketiga, komunikasi, sangat sejalan dengan keterampilan abad 21 yaitu communication. Bila dahulu komunikasi ini menjadi fokus mata pelajaran bahasa, sehingga guru bahasa yang bertanggungjawab memfasilitasi siswa untuk berkomunikasi, maka sekarang tidak seperti itu. Dalam setiap mata pelajaran, siswa diharapkan mampu mengomunikasikan gagasan / ide nya, melalui berbagai langkah pembelajaran, baik dilakukan dalam kelompok maupun secara pleno (kepada seluruh anggota kelas). Maka dari itu, keterampilan komunikasi ini menjadi tanggung jawab guru semua mata pelajaran untuk bisa memfasilitasi siswa untuk bisa melakukannya. Dari uraian ini bisa disimpulkan bahwa MIKIR memiliki kontribusi  dalam pencapaian keterampilan abad 21.

Dengan unsur–unsur Pembelajaran Aktif MIKIR, harapannya siswa tidak akan merasa bosan dalam belajar, karena siswa mengalami banyak hal dan kegiatan dalam belajarnya, tidak hanya sekedar menghafal konsep dan menjawab pertanyaan sesuai dengan konsep yang mereka terima dari gurunya. Sebagai contoh, tujuan pembelajarannya: di akhir pembelajaran siswa akan dapat menulis puisi, maka siswa harus benar–benar mengalami menulis puisi, bukan hanya sekedar mendapatkan penjelasan dari guru tentang ciri–ciri puisi yang baik atau contoh – contoh puisi yang baik.

Untuk keberhasilannya, Pembelajaran aktif harus didukung dengan beberapa hal, seperti pertanyaan yang baik yang disusun oleh guru untuk memicu siswa melakukan sesuatu dengan pertanyaan tersebut. Hal lain yang mendukung adalah pengelolaan kelas, yang meliputi : bagaimana guru mengatur tempat duduk siswa, menentukan sumber belajar untuk siswa dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, pengaturan tempat duduk siswa, serta pengaturan pemajangan karya siswa.  (*)

Editor: COSMAS