Senyum Gembira 430 Abdi Ndalem Saat Terima Zakat Dari Kraton Kasunanan

Spread the love

SOLO (poskita.co) – Senyum bahagia terlihat jelas dari raut wajah Sri Karsini saat menerima zakat dari pihak Kraton Kasunanan Surakarta.

Usai menerima zakat, perempuan yang mengaku sudah mengabdi sejak kecil di Kraton Kasunanan Surakarta dan diberi gelar Nyai Mas Temenggung Adibusono ini pun terlihat bergabung dengan abdi ndalem lainnya di tangga masuk pagelaran Kraton.

“Niki dapet zakat sembako dari Gusti Wandansari. Setiap tahun saya dapet zakat. Kalau uang saya dapet gaji tiap bulannya. Besarnya Rp230 perbulan,”ungkap Sri Karsini mengawali pembicaraan setelah menerima zakat.

Sambil memangku bingkisan zakat berlogo Kraton Kasunanan, perempuan yang telah berusia 72 tahun ini terlihat bercanda dengan abdi ndalem Kraton lainnya.

Candaan mereka langsung terhenti saat putri Raja Pakubuwono XII Gusti Ratu Wandansari atau Gusti Mung melintas didepan mereka.

“Matur sembah nuwun Gusti,”ungkap Sri Karsini yang diikuti abdi ndalem lainnya sambil memberi hormat ala Kraton pada putri Raja tersebut.

“Injih, semoga berguna kagem keluarga panjenengan sedoyo gih,”jawab putri raja yang akrab disapa Gusti Mung ini.

Tak hanya para abdi ndalem saja yang terlihat bahagia. Putri Raja ini pun juga begitu gembira melihat para abdi ndalemnya tersenyum.

Tanpa rasa sungkan, Gusti Mung pun langsung berbaur dengan para abdi ndelmnya. Sebelum beranjak pergi meninggalkan pagelaran Kraton.

Pada poskita, Sri Karsini mengatakan kalau dirinya ini sudah mengabdi di Kraton Kasunanan ini 50 tahun lebih sejak dirinya masih remaja. Keputusan dirinya menjadi abdi ndalem Kraton, selain mengikuti jejak leluhurnya, juga dilandasi rasa cinta dirinya kepada Kraton.

“Nenek moyang saya dulu juga mengabdi di Kraton. Ibu saya juga dulunya seorang penari Kraton. Dan saya juga seorang penari Kraton,”jelas Sri Karsini.

Menurut Sri, saat awal dirinya memutuskan mengikuti jejak keluarganya, mengabdi di Kraton. Dirinya dipercaya untuk melayani kebutuhan Pakubuwono ke XII.

Namun, setelah Pakubuwono XIII wafat, dirinya kemudian dipindahkan ke bagian yang lain.

“Saya dulu melayani Sinuhun Pakuhuwono ke XII. Setelah beliau wafat, saya oleh pengageng Kraton, Gusti Kanjeng Ratu Galuh Kencono dipindah sebagai pesinden. Tapi saya juga merangkap sama yang mengurusi pusaka,”terangnya.

Menurut Sri, bila dilihat dari gaji yang diterima sebagai abdi ndalem, tentulah tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan harga sembako di pasaran yang terus-menerus mengalami kenaikan.

Namun, dengan pengabdian yang tulus terhadap Kraton, dirinya mampu membiayai sekolah kedua anaknya, bahkan untuk biaya sehari-hari pun cukup.

“Kalau orang itu percaya sama tuhan, orang hidup itu pasti dikasih makan sama tuhan, itu ya cukup. Bisa dilihat sendiri, saya tidak malu-maluin Kraton (sambil menunjukan pakaian yang dikenakan). Dan saya juga bisa menyekolahkan anak-anak saya,”papar Sri yang mengatakan kalau kedua anaknya memilih tidak mengikuti jejak dirinya sebagai abdi ndalem.

Sementara itu Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Kraton Kasunanan Surakarta Gusti Ayu Wandansari atau Gusti Mung mengatakan abdi ndalem yang menerima zakat sebanyak 430 orang.

Sebagai simbolik Zakat diserahkan pada KPH Broto Adiningrat, KRT Alexander Pradnjono ( Abdi dalem prajurit), dan Nyai Lurah Sukarsih.

Menurut Gusti Mung -biasa dipanggil, karena di internal Kraton masih ada konflik, maka zakat yang dikumpulkan Lembaga Dewan Adat sebesar Rp 80 juta ini diberikan pada para Abdi Ndalem. 

“Selain dari lingkungan Kraton, abdi ndalem yang bertugas sebagai juru kunci makam para leluhur di Imogiri inipun kita kumpulkan. Karena Kraton masih ada konflik, kami kasihan kalau para abdi ndalem ini tidak ada yang memperhatikan saat lebaran,”paparnya.

“Makannya, zakat yang kami kumpulkan di Lembaga Dewan Adat ini, kami salurkan saja ke para abdi ndalem. Dari pada kemana-mana. Biar para abdi ndalem ini pun bisa merayakan lebaran, bersama keluarganya,”imbuhnya.

Tak hanya zakat saja yang diberikan. LDA pun membagikan fitrah pada para abdi ndalemnya. Memang, ungkap Gusti Mung,untuk pemberian fitrah, besaran yang diterima para abdi ndalem juga berbeda-beda. Tergantung masa pengabdian di Kraton.

“Paling besar Rp 1 juta dan paling kecil Rp 170 ribu,”terangnya.

Menurut Gusti Mung, sejak ada konflik internal berkepanjangan di Kraton Kasunanan Surakarta ini, LDA berusaha keras agar para abdi ndalem ini tidak disepelekan.

Setiap bulannya, meski konflik masih ada, LDA berusaha keras membayar gaji para abdi ndalem yang dari iuran keturunan Kraton yang tergabung di LDA.

Pasalnya, tak sedikit abdi ndalem yang berkeluh kesah pada LDA bila gajinya tak lagi dipikirkan oleh pihak lainnya yang merasa punya hak terhadap Kraton.

“Makannya, biar hanya seminggu sekali, LDA tetap meminta abdi ndalem itu untuk masuk, nyapu dan membersihkan Kraton. Makannya, sampai sekarang Kraton tetap bersih dan terjaga,”ujarnya. (Uky)