KAP Bukan Paduan Suara Biasa

Spread the love

Solo (Poskita.co)

Anak-anak yang masih duduk di bangku SD hingga SMP tetap terlihat ceria, walau sebelumnya digembleng  di Koor Anak Purbayan. Hari itu pengambilan videoklip untuk lagu-lagu yang dilakukan di beberapa tempat berbeda.

Mereka sangat apik dan penuh penghayatan membawakan lagu-lagu seperti Over the Rainbow, hymne St Antonius, hingga lagu dolanan semacam Lir-Ilir, Menthok, Cublak-cublak Suweng, Sinten Numpak Sepur, dan Padhang Bulan. Pengambilan videoklip dilakukan Studio Audio Visual Puskat (SAV  Puskat) Yogyakarta.

“Untuk mendapat hasil yang bagus, dilakukan olah vokal berkali-kali, dan rajin latihan. Disiplin yang tinggi untuk meraih hasil maksimal,” kata Putu Indrati, pelatih KAP saat wawancara Poskita.co.

 

Putu Indrati, pelatih, membagikan ilmu untuk anak-anak KAP

Pembuatan videoklip kali ini merupakan hasil proses yang lama dan penggemblengan yang butuh waktu, dan tidak bisa langsung jadi. KAP pun sudah sering tampil di berbagai event, di antaranya tampil dalam acara Jobfair di Solo Square mall.  Sementara penampilan rutin dan sudah terjadwal jadi agenda tetap seperti perayaan ulang tahun gereja, misa malam Natal, dan menyanyi lagu Natal di The Park Mall.

Anak milenial zaman now lebih akrab dengan gadged, dan kurang bersosialisasi dengan masyarakat. Akibatnya, talenta yang harusnya berkembang malah mandeg. Atas dasar inilah, KAP dapat menjadi ajang untuk mengembangkan talenta dan memiliki empati kepada sesama.

 

Rm A Mardi Santosa SJ, pendiri KAP, menuturkan, selama ini anak-anak tidak cukup diperhatikan. Padahal di zaman now anak-anak ini jauh lebih perlu perhatian.

“Kalau sampai salah mendampingi mereka anak menjadi anak milenial yang hanya akrab dengan smartphone, dan kurang bersosialisasi serta mengembangkan talenta. Paling tidak itulah yang dirasakan oleh umat Gereja St. Antonius Purbayan,” kata Mardi Santosa.

Pengambilan videoklip

Paroki sebagai sebuah institusi hanya bisa mendorong dan mendukung orangtua dalam mempersiapkan masa depan anak. Salah satu media yg disediakan adalah Koor Anak Purbayan.

“Selain olah vokal, mereka juga diajak mengolah rasa dan emphati. Memerhatikan yang lemah dan mencintai lingkungan hidup. Jika sejak dini anak-anak merasa dicintai, mereka akan menjadi orang yang percaya diri dan siap melayani,” ucap Mardi Santosa.

Christella, memasukkan anaknya di KAP bukan sekadar bisa menyanyi, tetapi memiliki disiplin yang tinggi, mengenal lagu-lagu  yang berkualitas dengan dukungan musik yang bagus.

“Suka bisa belajar menyanyi dengan cara yang benar untuk mendukung kemampuan anak saya dalam bermusik.Karena sejak ikut KAP semakin memudahkan anak saya mengenal lagu lagu yang memiliki musikalitas yang sangat berkualitas,” kata Christella.

Menurutnya,  pelatih  KAP tidak pernah sembarangan memilih lagu.Terkadang sebagai orangtua tidak mengenal lagunya tapi anaknya  justru lebih tahu.

“Karena ilmu dari Kak Iin top banget. Walaupun anak saya selalu jadi anak yang angel mangap (bahasa Indonesia: sulit membuka mulut, red)  kalau nyanyi tapi disisi lain musikalitas ya tambah terasah. Anak saya belajar disiplin  takut bolos latihan karena mulai belajar berkomitmen atas pilihannya,” ujarnya.

Ketika akan pentas (bertugas), maka orangtua pun harus mempersiapkan segalanya. Membagi waktu saat di KAP ada latihan tambahan untuk perform. Maka, langkah tepat untuk memilih mana yang menjadi skala prioritas.

Dan, ketika dilakukan pengambilan gambar untuk videoklip, menjadi kabar yang menggembirakan dan luar biasa bagi Mikael Aria Wicaksono

“Wah kesannya seneeeeeeng banget. Karena shoot ini menurut saya hadiah yang luar biasa atas konsistensi di KAP,” ucap Aksa, panggilan akrab Abhirakshantu.

Lalu, apa cita-citanya kelak?

“Aku pingin nyanyi lebih bagus. Cita-citaku jadi anak yang berguna, dengan bernyanyi bisa berbagi dengan orang lain,” kata Aksa.

Performance di malam 1 Suro               foto: Ist

Sementara Johny Awinda, menuturkan tentang suka dukanya di KAP.

“Sukanya, banyak ya. Anak-anak  bisa terlibat dalam komunitas kerohanian yang sangat  bagus bagi perkembangan iman dan karakter mereka. Disamping belajar paduan suara/menyanyi, banyak sisi positif lainnya yang didapat, seperti kedisiplinan, kesetiakawanan, kerja sama, saling empati, dan masih banyak lagi yang diperoleh dengan ikut KAP. Kami sebagai orangtua jelas-jelas sangat  mendukung kegiatan yang bagus ini,” kata Johny yang juga piawai di bidang fotografi ini.

Dukanya, kalau anak tidak bisa ikut ambil bagian dalam penampilan yang sudah diagendakan karena benturan dengan hal lain yang tak bisa ditinggal, misal kegiatan sekolah, acara keluarga atau karena sakit.

“Ini berlaku tidak hanya buat anak saya saja, tapi juga buat anakpanak  yang lain. Misal shooting video ada anak yang tidak bisa ikut, karena benturan dengan lomba koor di Semarang. Saya pribadi ikut kecewa, karena tidak semua bisa ikut,” ujar Johny.

Usai pengambilan videoklip oleh SAV Puskat Yogyakarta               

Koordinator KAP,  Christina Yulia, menyatakan awalnya tertarik dan anak bergabung dengan KAP untuk mengembangkan talenta.

“Jujur karena saya ingin anak saya bisa mengembangkan talenta dalam bernyanyi dengan pelatih yang mumpuni dalam bidangnya, yaitu ibu Putu Indrati, yang biasa disapa dengan Kak Iin. Saya juga pingin mengenalkan kepada anak tentang pelayanan sejak dini melalui bernyanyi,” kata Yulia.

Seiring berjalannya waktu, ia merasa surprise dengan pola yang diajarkan di KAP, bukan hanya diajarkan tentang menyanyi, tetapi juga teknik bernyanyi yang benar, tentang kedisiplinan, kerjasama, berbagi, peduli dan tangggungjawab.

Baginya, ikut KAP ibarat ikut les dalam paket komplit. Karena seringkali pelatih mendatangkan guru Yoga, guru vokal yang biasa membawa kelompok vokal dalam kompetisi tingkat internasional, guru koreografi untuk menambah ilmu anak-anak.

“Saya salut dengan aturan tentang presensi yang mempengaruhi keikutsertaan perform, dengan begitu anak-anak  diajarkan untuk selalu disiplin dan tepat waktu. Untuk anak-anak  yang besar harus menjadi kakak bagi yang kecil, membimbing dalam belajar bernyanyi  maupun berperilaku, itu menjadi ‘sesuatu’ yang bisa dibilang hanya ada di KAP. Dari berlatih di KAP anak saya semakin bisa membagi waktu dan peduli,” ujar Yulia.

Saat ditanya tentang dukanya ikut KAP, bisa dibilang tidak ada.

“Hanya kadang saya merasa kesulitan membagi waktu ketika di sekolah ada banyak tugas/ulangan, padahal anak harus latihan untuk perform yang seringkali ngedur pada hari-hari  terakhir. Sebagai orang tua dari anak yang ikut KAP dan dipercaya menjadi koordinator, saya sangat merasa berterima kasih atas kepercayaan yg diberikan kepada saya untuk terlibat dalam koor yang hebat ini dan kelak menjadi pelayan masyarakat,” ucap Yulia menutup pembicaraan.

Yang luar biasa lainnya, para pak dan mbok , memiliki semangat dan totalitas dalam bekerjasama. Mereka bahu-membahu mendukung penuh setiap event yang ada. Mulai dari urunan apa saja termasuk makanan, menjadi ahli makeup, dan penata dekorasi untuk video clip. Pokoknya, apapun dilakukan demi mendukung dan suksesnya KAP.

COSMAS