Film Lima, Kolaborasi 5 Sutradara, Visualisasikan Nilai Pancasila

Spread the love

Kita sudah mahfum, Indonesia diguncang prahara intoleransi, perpecahan akibat politik identitas, hingga mengoyak keberagaman, kebersamaan, persatuan. Nah, di film Lima, semua itu dicoba untuk menemukan kembali Indonesia yang sebenarnya: nilai-nilai kehidupan dalam sila-sila Pancasila.

Film bergenre drama ini diproduksi oleh Lola Amaria Production. Selain Lola Amaria, sutradara lain yang terlibat dalam film ini; Salahudin Siregar, Tika Pramesti, Harvan Agustriyansyah, dan Adriyanto Dewo. Skenario filmnya ditulis Sinar Ayu Massie dan Titien Wattimena.

Para pemain berbakat  turut andil di film ini di antaranya  Maryam (Tri Yudiman), Adi (Baskara Mahendra), Fara (Prisia Nasution), Aryo (Yoga Pratama), dan Ijah (Dewi Pakis).

Melalui keluarga Maryam, film ini menggambarkan bagaimana nilai-nilai keIndonesiaan yang sebenarnya, jadi bukan sekadar cinta tanah air dan bangsa saja.

Usai pemutaran film Lima di Djakarta Theater, Lola Amaria mengutarakan, film Lima sebenarnya nilai-nilai Pancasila yang divisualkan.  Menurutnya,  jika lima sila Pancasila dilaksanakan dengan baik, dirinya optimistis berbagai kejadian negatif yang terjadi beberapa waktu lalu tidak akan terulang.

Menurut Lola, semuanya harus kembali kepada lima hal yang paling mendasar, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan.

“Kalau lima itu diterapkan, enggak mungkin ada keributan, enggak mungkin ada hal yang negatif-negatif,” tutur Lola Amaria.

Dalam film ini, cerita nilai-nilai Pancasila berkaitan utuh dalam satu film. Mengapa Lola mengangkat film semacam ini?

Semua ini tak lepas dari isu soal kebhinekaan dan agama, sehingga dapat memecah silaturahmi. Pancasila bukanlah sesuatu yang cukup untuk dihafalkan, tapi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Pancasila itu bukan untuk dihafalkan tapi gimana cara kita untuk menggunakan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Di mana kita harus bisa menerima keberagaman, toleransi, kemusyawarahan,” kata Lola.

Charles Honoris, anggota DPRRI mendukung film ini, sebagai bagian dari upaya pembumian nilai-nilai Pancasila.  Harapannya, film Lima bisa menjadikan Pancasila sebagai bintang penuntun bagi bangsa Indonesia.

 

Sinopsis

Berikut ini sinopsinya, silahkan disimak!

Film ‘LIMA’ bercerita tentang Fara, Aryo dan Adi yang baru saja kehilangan ibu mereka, Maryam. Tak Cuma ketiga anaknya, Ijah, asisten rumah tangga, juga kehilangan Maryam. Bagaimana  Maryam dimakamkan memicu perdebatan di antara ketiga anaknya.

Maryam adalah seorang muslim, sementara dari ketiga anak, yang muslim Cuma Fara. Namun, akhirnya segala sesuatu terselesaikan dengan damai. Masalah lalu berkembang ke anak-anak Maryam setelah ditinggalkan.

Adi yang sering di bully, suatu ketika harus menyaksikan peristiwa yang tidak berperikemanusiaan. Adi berusaha membantu semampunya, walaupun untuk itu ia harus berhadapan dengan

Dega, teman sekolah Adi yang kerap mem-bully-nya.

Sementara, Fara menghadapi masalah di pekerjaannya sebagai pelatih renang. Menentukan atlit yang harus dikirim ke Pelatnas, dengan tidak memasukkan unsur ras ke dalam penilaian. Ia

menghadapi tantangan dari pemilik klub. Padahal para muridnya tak pernah mempermasalahkan warna kulit mereka.

Lalu, Aryo. Sebagai anak kedua dan lelaki tertua di keluarganya, sepeninggal Maryam, ia harus menjadi pemimpin ketika masuk ke wilayah persoalan warisan yang ditinggalkan Maryam.

Dan, Ijah, ia memiliki masalahnya sendiri. Ijah terpaksa pulang kampung untuk menyelamatkan keluarganya sendiri. menuntut keadilan yang seringkali tak mampir ke orang kecil seperti dia.

Pada akhirnya, keluarga ini cuma butuh kembali kelima hal paling dasar yang menjadi akar mereka: Tuhan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah dan Keadilan.  Di film ini, Shalahuddin memegang sila pertama, Tika sila kedua, Lola sila ketiga, Harvan sila keempat, dan  Adriyanto sila kelima.

Penasaran? Ajak keluarga Anda untuk menyaksikan film berkualitas ini.

COSMAS