Agung Stress Berat di Korsel, Kedubes RI Mohon Bantu..!!

Spread the love

KLATEN (poskita.co) – Agung Cahyo Utomo Eko Saputro (29 th), pemuda yang sedang mencari rejeki di Korea Selatan itu terlihat bersedih seperti tampak di gambar facebook atau media sosial. Informasi yang ada, ketika diajak bicara, hanya diam saja, tak satupun terucap lewat mulutnya.

Dugaan sementara, kondisi Agung ini tertekan dan mengalami stres berat di Korea Selatan. Entah apa penyebabnya, belum jelas. Putra pertama dari empat bersaudara ini selama sepekan ini telah menghiasi medsos dengan kondisi fisik yang kurang bagus.

Seperti dalam medsos lewat facebook, posisi duduknya berada di sebuah tempat ibadah dengan mengenakan jaket jamper bertuliskan nike dan di depannya ada mangkok dan sendok kosong. Dan kedua tangannya nyapu rancang dengan mata tertutup.

Lokasi keberadaannya ada di Propinsi Kyeongsangnamdo Haman, Korea Selatan dan sampai berita ini ditulis belum jelas bagaimana jalan keluar untuk membawa Agung pulang ke kampung. Pihak Kedubes RI juga telah mencoba menghubungi keluarga Agung di Drono ini, tapi masih belum jelas solusinya.

Adik Agung, Bayu (27 th), terlihat sedih dengan keadaan kakaknya yang kurang bagus seperti dalam medsos itu. Kalau ada yang menilai kakaknya stres, Bayu tidak membenarkan. Kakaknya ini alumni D2 Universitas Terbuka yang ada di Jaten, Karanganyar. Sebelumnya mengenyam pendidikan di SDN 1 Drono, SMPN 3 Karanganom dan MAN Klaten.

“Kakak saya baik-baik saja, dan saat berangkat juga kondisinya baik pada Mei 2016. Tapi saya nggak tahu kenapa bisa seperti ini nasib kakak saya di Korea Selatan. Kakak belum menikah dan niat kakak ingin bekerja di Korea Selatan,” jelas Bayu kepada wartawan di depan rumahnya di Dukuh/Desa Drono, RT 3/RW 4, Kecamatan Ngawen, Klaten.

Agung ini dilahirkan 8 Februari 1988 dan sebelum berangkat ke Korea Selatan, sempat menemui Kepala Desa Drono, Sutardiyanto, untuk berkonsultasi. Sebelum ke Korea Selatan, Agung kursus bahasa asing di sekitar RSI Klaten dan mendapat porsi berangkat kerja ke Korea Selatan dari Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) yang ada di Semarang.

Ayah Agung, Muhsin, telah meninggal dunia tahun 1997, dan ibunya, Kasiyem (55 th) yang dinas sebagai guru SDN 2 Ketandan UPTD Pendidikan Kecamatan Klaten Utara, merasa sedih dengan kondisi Agung. Deni (tinggal di Ceper) dan Candra Dewi (mahasiswa IKIP PGRI Semarang), keduanya adik Agung, juga mengharapkan kakaknya ini bisa dipulangkan.

“Kami mohon Kedubes RI bisa membantu kami, bagaimana caranya agar kakak saya bisa balik pulang. Kasihan kondisinya seperti itu. Dalam waktu dekat, kami diminta konsultasi ke BP3TKI yang ada di DIY,” harap Bayu. (aha)