Syamsuddin: Memuliakan Sesama Makhluk Berarti Memuliakan Penciptanya

Spread the love

KLATEN — Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama ( FKUB ) Kabupaten Klaten KH Syamsuddin Asyrofi mengatakan bahwa setiap mukmin usai nenjalani ibadah puasa berarti telah lulus ujian 3 tahap,

“10 hari pertama lulus dengan predikat mendapat rahmat dari Alloh SWT, 10 hari kedua dapat predikat mendapatkan ampunan dari Alloh SWT, dan lulus 10 hari ketiga mendapatkan predikat bebas dari siksa neraka dlm arti masuk surga melalui pintu khusus Ar Raihan.” kata Syamsuddin saat menjadi khotib sholat Idul Fitri 1445 H di Masjid Agung Al- Aqsha Klaten, Rabu ( 10/4/2024 ).

Sedangkan syawal menurut Syamsuddin memiliki arti upaya peningkatan ketaatan dan loyalitas kepala Alloh meneladani Rosulullah dan Ulil amri dalam arti taat dan hormat kepada Ulama dan Pemerintah yang sah.

“Kesimpulannya ketuhanan dan kemanusiaan adalah dua hal penting yang wajib jadi komitmen umat beragama termasuk umat Islam, karena semua agama meyakini bahwa manusia itu adalah ciptaan Tuhan, sedangkan memuliakan, mengormati manusia berarti memuliakan yang menciptakannya. Sebaliknya merendahkan dan menghina manusia juga berarti merendahkan dan menghina sang pencitanya ” katanya.

Dikatakan bahwa sebagaimana dijelaskan dalam alquran, bahwa membunuh satu orang berarti membunuh seluruh umat manusia, sebaliknya mengormati dan memuliakan serta memberi peluang hidup manusia berarti menyelamatkan nyawa seluruh umat manusia.

Syamsuddin Asyrofi yang juga Ketua Dai Kamtibmas Kabupaten Klaten itu mengatakan bahwa Islam mengajarkan manusia untuk menghormati dan memuliakan orang lain.

“Menghormati dan menghargai orang lain adalah upaya untuk menghormati dan memuliakan diri sendiri. Bagaimana orang lain mau menghormati dan menghargai diri kita, jika kita tidak mau menghormati dan menghargainya” katanya.

Dijelaskan bahwa menghormati dan menghargai orang lain pun berbeda tergantung dalam keberagaman masing-masing.

Dalam hadits Riwayat Al-Qadlaa’iy dalam Musnad Asy-Syihaab no.129, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no.5758 berbunyi “Khairunnas anfa’ahum li-nnas” (Sebaik-baik orang adalah yang dapat memberi manfaat kepada sesama) yang dimaksudkan dalam hadits itu manusia di anjurkan untuk berbuat baik dan ramah kepada sesama manusia. Karena sesungguhnya tidak ada kebaikan yang bisa diambil jika kita tidak belaku baik pada sesama manusia.

“Menghormati dan memuliakan orang lain adalah bentuk kita menjaga kualitas diri kepada penciptanya, atau istilahnya menjadi sebaik-baik ciptaan (ahsani taqwim). Melalui Pendidikan dan pengajaran yang bagus, dimaksudkan agar manusia tidak terjerumus menjadi seburuk-buruk makhluk” jelasnya.

Kata Syamsuddin seburuk-buruk makhluk itu adalah manusia yang lupa dirinya, melupakan Allah SWT dan kebaikan yang sudah diberikan-Nya. Begitu juga kualitas utama seorang manusia itu adalah rasa hormat, bukan merasa terhormat yang lantas tidak menghormati orang lain.

“Sikap menghargai orang lain merupakan nilai manusia yang terbaik di dunia, tak ternilai harganya. Di manapun dan ke manapun kita berada, jika kita selalu bersikap menghormati dan menghargai orang lain, maka hati orang lain akan terbuka dan akan berbalik menghormati kita.” pungkasnya.

Isnaeni