Love Scamming, Pacar Digital Berakhir Fatal

Spread the love

Percintaan menjadi target empuk bagi para penipu di dunia maya. Melalui love scamming  seseorang  memanfaatkan rasa percaya dan emosi dalam hubungan percintaan untuk tujuan penipuan finansial atau pencurian identitas.

“Biasanya pelaku  membuat identitas palsu. Mereka  memanfaatkan aplikasi kencan, seperti  Tinder/Tantan/Badoo/Bumble,  media sosial maupun situs website. Setelah korban berhasil didapat, modusnya biasanya meminta uang dengan alasan untuk menyenangkan hati korban/memberi hadiah yang berujung pada kerugian/kehilangan uang.  Kadang pelaku mengirimkan uang kepada korban untuk ditransfer ke pihak lain, yang pada akhirnya diketahui adalah money laundry/pencucian uang ataupun pemerasan dengan foto-foto yang tidak senonoh yang diminta dari korbannya,” kata  Julita Hazeliana, Tim Tular Nalar,  live TVRI Jawa Barat segmen Jabar Juara Lahir Batin, Minggu 31 Maret 2024, dikutip Poskita.co Rabu (03/04/2024).

Lebih lanjut Julita yang juga relawan Mafindo ini menjelaskan pada tahun 2022, Federal Commission Trade (FTC)/ Komisi Perdagangan AS melaporkan terdapat 70 ribu korban love scamming.  

”Di Indonesia, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana mendeteksi transaksi mencapai miliaran rupiah dari kasus penipuan bermodus cinta ini,” ucap Julita.

Bagaimana tanda-tanda love scamming? Dijelaskan Julita,  tanda-tanda love scamming di antaranya: pelaku sangat agresif yaitu menyatakan cinta dalam waktu singkat dan ingin hubungan ke jenjang serius. Komunikasi hanya mau via online, menghindar jika diajak bertemu langsung/kopi darat, beralasan membutuhkan uang karena situasi darurat bahkan sampai memaksa korban untuk berinvestasi di tempat tertentu (investasi bodong).

Lalu, apa strategi yang harus dilakukan agar terhindar dari love scamming?

”Menanamkan pada diri sendiri agar tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat di internet karena semua yang ada di internet itu tidak 100% benar. Orang yang dibalik layar gawai/laptop tidak semua baik. Skeptis di awal sangat diperlukan karena ketika sisi emosional yang diserang, logika menjadi tumpul. Kepositif (kepo positif) juga diperlukan untuk mencari fakta/kenyataannya dan tidak mengumbar informasi terutama data pribadi di media digital,” tutur Julita.  

Julita menyarankan  agar tidak mudah terkena hoaks dan love scamming, bisa bergabung dalam komunitas anti hoaks. Jangan lupa untuk  follow media sosial/ kanal-kanal  edukasi literasi digital seperti tularnalar.id, IG TularNalar, Turnbackhoax.id, CekFakta.com, dan lainnya.**

Cosmas