Peningkatan Kemampuan Menyimak Anak Melalui Kegiatan Bercerita dengan Media Wayang Binatang
Oleh: Ayu Nilasari, S. Pd
Mengajar di TKIT Lentera Hati
Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo
Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Program pembelajaran di TK disusun sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan TK yaitu membantu meletakkan dasar kearah perkembangan nilai-nilai agama, bahasa, sosial emosional, kognitif, dan keterampilan fisik motorik yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Anak pada usia TK mengalami masa peka, dimana anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi anak. Anak TK berada pada lima tahun pertama yang disebut masa keemasan Golden Age merupakan masa emas perkembangan anak. Anak pada usia tersebut mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan Bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari pengembangan kemampuan menyimak sangatlah penting karena kemampuan menyimak merupakan salah satu kemampuan yang sangat berarti dalam kehidupan manusia. Kemampuan menyimak bukan sekadar keberuntungan melainkan yang didasari sebuah kerja keras. Kemampuan menyimak pada abad 21 sangat penting karena merupakan salah satu dari tujuh kompetensi pembelajaran inti, selain itu kemampuan menyimak juga memerlukan sebuah dorongan dan daya tarik yang mendorong dalam Pendidikan saat ini (Perry & Collier, 2018: 24).
Menyimak adalah kemampuan awal yang dipelajari diantara ketiga kemampuan lainnya. Karena sebelum anak mampu berbicara, membaca, dan menulis, anak terlebih dahulu menyimak yang ada disekitarnya. Hal ini dinyatakan oleh Tarigan (2015) “pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita membaca dan menulis”.
Salah satu bagian dari perkembangan bahasa yaitu menyimak. Menyimak dalam kegiatan komunikasi sehari – hari memiliki peranan yang sangat penting karena dengan menyimak kita dapat memperoleh informasi – informasi untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman tentang kehidupan (Cahyati, 2020). Begitu pula dalam konteks pembelajaran menyimak memiliki suatu peranan yang sangat potensial bagi peserta didik. Dengan kemampuan menyimak diharapkan peserta didik dapat menambah pengetahuan menerima dan menghargai pendapat orang lain.
Didapati hasil observasi di pada TKIT Lentera Hati Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo kemampuan menyimak anak kelompok B memperoleh hasil masih rendah. Ditemui ada beberapa anak yang kurang mampu menyimak dengan baik, sehingga anak mengalami kesulitan dan kurang lancar dalam menerima pembelajaran. Salah satu faktor yang membuat kemampuan menyimak pada anak masih rendah karena guru sering menggunakan metode ceramah dan menggunakan media yang monoton dan tidak bervariasi, sehingga kemampuan menyimak anak tidak dapat berkembang secara optimal.
Sebagai upaya perbaikan dilakukan perencanaan dan tindakan yang akan dilakukan yaitu membuat modul ajar dan media wayang Binatang serta membuat panggung cerita untuk mendukung media wayang binatang agar semakin memotivasi anak. Menggunakan media wayang Binatang dalam menyampaikan cerita fabel sangat menarik anak-anak untuk menyimak cerita apa yang disampaikan oleh guru. Tokoh-tokoh wayang Binatang yang digunakan adalah tokoh Binatang yang dekat dengan anak. Anak didik di persilahkan memperagakan cerita yang telah didengar sehingga minat anak didik meningkat untuk menyimak cerita yang disampaikan. Secara tidak langsung kemampuan anak dalam menyimak semakin meningkat.
Kata wayang sebenarnya berasal dari bahasa Jawa, yang berarti bayangan. Jika dilihat dari arti filsafatnya, wayang merupakan bayangan atau cerminan dari sejumlah sifat yang dimiliki manusia, misalnya saja sifat murka, serakah, pelit, bijak, dan lain sebagainya. Secara umum, wayang diartikan sebagai boneka untuk meniru orang. Wayang dibuat dari pahatan kulit atau kayu, dan digunakan untuk menampilkan tokoh dalam sebuah pertunjukan drama tradisional. Pemain wayang dikenal dengan istilah dalang. Biasanya wayang diciptakan sesuai dengan watak, sifat, dan perilaku yang dimiliki oleh suatu tokoh. Seni wayang yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Wayang binatang adalah wayang dengan tokoh binatang, yang digunakan sebagai media bercerita. Bercerita menggunakan wayang binatang dengan cerita yang mengandung pesan moral.***