STAD Tingkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Teks Bacaan Siswa Kelas XII SMK

Spread the love

Sutikno Sambas, S.S
Guru Bahasa Indonesia Kelas XII, SMK Islam Randudongkol, Pemalang-Jawa Tengah

Guru hendaknya memahami pentingnya pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang menekankan aspek kecakapan membaca, berbicara, menyimak, dan menulis siswa SMK kelas XII sejak dini. Pendidik mengungkapkan bahwa salah satu keterampilan yang harus dikuasai peserta didik yakni ketrampilan dalam berbicara. Pendidik menyadari bahwa pada umumnya peserta didik enggan menuangkan gagasannya secara lisan terutama saat mempelajari teksbacaan. Pendidik harus mampu mengubah mindset peserta didik yang malas berpendapat, tidak kritis (apatis), dan rendah motivasi belajarnya, sehingga hasil ketrampilan berbicaranya menjadi lebih berkualitas dan sesuai tujuannya. Pendidik hendaknya mulai merubah pendekatan pembelajaran yang bersifat verbalistik dan konvensional ke arah pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Pendidik mengungkapkan belajar bahasa sebagai salah satu bentuk belajar dalam berkomunikasi. Pendidik menjelaskan pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kompetensi siswa agar dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan dan tertulis. Guru untuk meningkatkan kemampuan siswa agar dapat berkomunikasi, pembelajaran bahasa Indonesia juga bertujuan meningkatkan ranah afektif, agar siswa memiliki sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Siswa memiliki sikap positif yang dapat terimplementasi dan ditunjukkan misalnya saat siswa peduli dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berkomunikasi.
Strategi (model) pembelajaran sebagai bagian dari kompetensi pedagogik yang dimiliki guru dihipotesis merupakan salah satu penentu keberhasilan mutu pendidikan. Guru dalam konteks ini sebagai agen perubahan di bidang pengelolaan pendidikan hendaknya senantiasa merefleksi diri terhadap penerapan-penerapan model pembelajaran sebelumnya. Guru senantiasa meninjau efektif tidaknya model dan strategi pembelajaran yang selama ini diterapkan, tentunya melalui hasil pembelajaran yang pernah dilaksanakannya.
Siswa melakukan komunikasi sebagai kegiatan riil mengungkapkan gagasan kepada orang lain. Peserta didik memaknai komunikasi sebagai kegiatan berbahasa secara lisan yang disebut berbicara. Guru melihat kegiatan berbicara dilakukan setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Henry Guntur Tarigan dalam Darno (2017) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi dan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Guru profesional adalah guru yang menguasai sejumlah keunggulan kompetensi di bidang pendidikan dan yang berkaitan dengan pembelajaran. Guru hendaknya memiliki disiplin keilmuan dan kompetensi intelektual yang tinggi, serta menjadi sumber pembelajaran. Guru perlu memiliki dan menguasai berbagai kompetensi pedagogik yang madani dalam mengajar dan mendidik yang baik. Guru hendaknya memiliki profesionalisme pribadi dan sosial yang tinggi karena nantinya guru berperan sebagai pendidik dan pengajar yang menjadi sosok panutan yang digugu dan ditiru, baik di lingkungan anak didik, di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Pendidik menarik kesimpulan bahwa sebagai pendidik yang baik perlu menggali dan mengadakan inovasi-inovasi terkini di bidang model pembelajaran.
Ahmad Fauzan (2022) menjelaskan cara yang paling efektif untuk menyerap informasi adalah membaca dan memahami isinya. Siswa dengan membaca dapat mengikuti perkembangan dunia di zaman globalisasi secara update. Peserta didik akan menemukan banyak masalah jika mereka tidak memiliki kemampuan membaca, khususnya teks-teks berbahasa Inggris. Peserta didik memahami membaca sejatinya merupakan kebutuhan sehari-hari bagi setiap orang yang selalu ingin bertahan hidup di zaman modern yang tidak lepas dari teknologi dan infomasi yang semakin maju.
Abdul Ghofur (2016)menjelaskan pengertian model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran yang sangat melibatkan siswa untuk belajar dalam kelompok-kelompok yang heterogen (tingkat prestasi, jenis kelamin, budaya, dan suku) yang terdiri dari 4-5 siswa. Pendidik menjelaskan kegiatan pembelajarannya diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Rusman (2012:214) menjelaskan bahwa model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) sebagai suatu variasi pembelajaran kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lainnya untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh gurunya. Pendidik menyebutkan beberapa kelebihan model pembelajaran STAD, antara lain: 1. siswa dapat meningkatkan kecakapan individu. 2. siswa mampu meningkatkan kecakapan kelompok. 3. peserta meningkatkan komitmennya. 4. siswa menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya. 5. siswa tidak bersifat kompetitif. dan 6. siswa tidak memiliki rasa dendam..
Pendidik menjelaskan model pembelajaran kooperatif, khususnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student’s Team-Achievement Division) sebagai pembelajaran kooperatif yang melibatkan partisipasi aktif para pebelajar dan mengurangi perbedaan-perbedaan individu. Pendidik melalui pembelajaran kooperatif telah menambah momentum pendidikan forrnal dan informal dari dua kekuatan yang bertemu, yaitu: 1) siswa melakukan realisasi praktek yang memerlukan aktivitas-aktivitas dan ketrampilan kolaboratif dalam tim di tempat kerja hingga dalam kehidupan sosial setiap waktu, 2) siswa mengalami suatu pertumbuhan kesadaran mengenai nilai interaksi sosial dalam mewujudkan pembelajaran bermakna.
Pendidik harus memiliki jiwa besar untuk berani dan berusaha meninggalkan metode-metode lama dan konvensional, karena metode tersebut diyakini kurang menarik dan pencapaian hasil pendidikan tidak optimal sesuai harapan. Pendidik memahami rendahnya motivasi siswa dan penerapan model pembelajaran konvensional membawa dampak hasil belajar yang kurang memuaskan khususnya dalam hasil belajar membaca bahasa Inggris. Pendidik salah satunya meningkatkan motivasi berprestasi siswa dengan merapkan model pembelajaran STAD.
Pendidik menyebutkan tiga karakteristik umum dari siswa yang memiliki motivasi berprestasi, yaitu: (1) siswa memiliki kapiawaian menetapkan tujuan personal yang tinggi yang secara rasional dapat dicapai, lebih komit terhadap kepuasan berprestasi secara personal dan (2)siswa memiliki keinginan akan umpan balik dari pekerjaan dan kegiatan pembelajarannya. Peserta didik selalu diperhatikan kegiatan pembelajarannya dengan metode yang tepat untuk kegiatan belajar Bahasa Inggris agar lebih terarah, efektif dan efisien. Pendidik dengan menggunakan strategi dan model STAD pada mata pelajaran bahasa Inggris siswa kelas XII SMK Islam Randudongkol, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah dapat meningkatkan kemampuannya dalam materi teks bacaan secara lebih optimal sehingga motivasi belajarnya semakin meningkat.**

Editor: Cosmas