Project Based Learning untuk Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Al Furqon

Spread the love

Oleh: Wara, S.Pd.I.

Mengajar Aqidah Akhlak Kelas X, MA Al Furqon Kota Prabumulih Sumatra Selatan

Berbagai penelitian nasional dan internasional menunjukkan bahwa Indonesia telah mengalami krisis pembelajaran yang berkepanjangan. Studi-studi tersebut menunjukkan bahwa banyak anak Indonesia yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep dasar matematika. Temuan ini juga menunjukkan kesenjangan pendidikan yang tinggi antar daerah dan kelompok sosial di Indonesia. Situasi ini kemudian diperburuk dengan merebaknya pandemi Covid-19. Untuk mengatasi krisis dan berbagai tantangan tersebut, diperlukan perubahan yang sistemik, salah satunya melalui kurikulum. Kurikulum menentukan materi yang diajarkan di kelas. Kurikulum juga mempengaruhi kecepatan dan metode pengajaran yang digunakan guru untuk memenuhi kebutuhan siswa. Untuk itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Kurikulum Merdeka sebagai bagian penting dalam upaya pemulihan pembelajaran dari krisis yang sudah lama kita alami (Maulidiyah, 2022).
Perkembangan isu-isu yang semakin marak terutama terkait dengan moral, dimana isu-isu tersebut menjadi penyebab kegelisahan masyarakat dimana-mana, baik dari kalangan atas hingga kalangan bawah. Hal inilah yang menyebabkan kemerosotan moral yang terjadi pada diri individu yang mengganggu ketenangan individu lainnya, sehingga apabila banyak individu yang memiliki nilai moral yang rendah maka besar peluang terjadinya kerusakan pada masyarakat itu sendiri. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin berkembang dan maju, ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan karakter bangsa yang serba instan, serba cepat, dan konsumtif.
Dalam menggunakan metode belajar guru juga harus kreatif agar guru dapat menentukan metode apa yang cocok untuk materi pembelajaran. Pentingnya pengawasan dan perhatian guru untuk menghindari kepasifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga seluruh siswa mampu merespon atau berpartisipasi secara menyeluruh ketika ditanya pertanyaan terkait materi yang disampaikan (Jamila, 2022).
Untuk mencapai sebuah proses belajar mengajar yang lebih efektif maka diperlukannya sebuah media pembelajaran yang sangat menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan sebuah hasil belajar pada siswa, atas dasar itulah maka pada mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa Kelas X di MA Al Furqon Kota Prabumulih Sumatra Selatan diterapkan Project Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) merupakan model pembelajaran yang menggunakan suatu proyek atau kegiatan sebagai medianya. Peserta didik mengeksplorasi, menilai, menafsirkan, mensintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Project Based Learning merupakan metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam kegiatan nyata.
Project Based Learning dirancang untuk digunakan pada masalah kompleks yang perlu diselidiki dan dipahami siswa. Mengingat setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda, maka Project Based Learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi materi dengan berbagai cara yang bermakna bagi mereka, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Project Based Learning merupakan penyelidikan mendalam terhadap suatu topik dunia nyata, hal ini akan sangat berharga bagi perhatian dan usaha siswa.
Menurut Warsono (2018) Project Based Learning adalah pendekatan pengajaran komprehensif yang melibatkan siswa dalam kegiatan investigasi yang kooperatif dan berkelanjutan. Project Based Learning ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi teoritis dan praktis, tetapi juga memotivasi siswa untuk merefleksikan apa yang dipelajari siswa dalam pembelajaran menjadi sebuah proyek nyata dan dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa.
Langkah-langkah metode Project Based Learning terdiri dari: 1) Dimulai dengan pertanyaan (start with the essential question): Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberikan tugas kepada siswa dalam melakukan suatu kegiatan; 2) Merancang kegiatan proyek (design a plan for the project): Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan merasa “dimiliki” terhadap proyek tersebut. Perencanaan memuat aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat menunjang dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting dan mengetahui alat dan bahan yang dapat digunakan untuk membantu penyelesaian kegiatan proyek; 3) Membuat jadwal kegiatan (create a schedule): Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan proyek. Kegiatan pada tahap ini antara lain membuat timeline penyelesaian proyek, membuat tenggat waktu penyelesaian proyek, membimbing siswa membuat cara-cara yang sesuai dan berkaitan dengan proyek serta meminta siswa membuat penjelasan (alasan) dalam memilih metode; 4) Membuat jadwal kegiatan (create a schedule): Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan proyek. Kegiatan pada tahap ini antara lain membuat timeline penyelesaian proyek, membuat tenggat waktu penyelesaian proyek, membimbing siswa membuat metode yang sesuai terkait proyek, dan meminta siswa membuat penjelasan (alasan) dalam memilih metode. Memantau kemajuan kegiatan proyek (monitor the students and the progress of the project). Guru bertanggung jawab memantau aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Pemantauan dilakukan oleh guru sebagai pembimbing. Untuk mempermudah proses pemantauan, dibuat rubrik berupa kartu kendali; 5) Melakukan penilaian (asses the outcome): Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur pencapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan setiap siswa, memberikan umpan balik tentang tingkat pemahaman yang telah dicapai siswa; 6) Refleksi pengalaman yang diperoleh (evaluate the experience): Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan dan hasil proyek yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini siswa diminta mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi guna meningkatkan kinerja selama proses pembelajaran.
Project Based Learning yang menghasilkan pekerjaan/proyek/tugas di akhir pembelajaran, di mana proyek ini berisi tugas-tugas yang bersumber dari pertanyaan atau permasalahan mendasar yang kemudian dilanjutkan dengan proses pencarian/penyelidikan dan penemuan, sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang utuh, serta siswa dalam tim mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi pengembangan kemampuan akademiknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA Al Furqon Kota Prabumulih Sumatera Selatan.**

Editor: Cosmas