Menggunakan Metode Star Mengatasi Permasalahan Rendahnya Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran Matematika Berbasis HOTS

Spread the love

Oleh: Lulut Fianto, S.Pd.SD
Mahasiswa PPG Dalam Jabatan Tahun 2022 Kategori 1 Gelombang 2
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Pandangan hampir semua peserta didik adalah bahwa pelajaran Matematika identik dengan sulit, sehingga peserta didik terkadang merasa malas saat mengikuti pembelajaran matematika, terlebih pada penyelesaian soal-soal yang membutuhkan peserta didik untuk berfikir kritis.
Dalam hal ini penulis sebagai mahasiswa PPG di Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang mengtasi masalah pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar Peserta Didik pada pembelajaran Matematika pokok bahasan Jarak dan Skala yang dilaksanakan di SD Negeri 3 Sirongge Kecamatan Pandanarum Kabupaten Banjarnegara. Melihat dari peramasalahan tersebut, penulis bertujuan agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik terutama pembahasan pada soal berbasis HOTS
Kondisi yang melatar belakangi permasalahahan tersebut diantaranya ; rendahnya hasil belajar peserta didik pada pembelajaran berbasis HOTS mata pelajaran Matematika Kelas V. Latar belakang masalah ini bisa terlihat dari sikap Peserta Didik sebagai berikut :1) Peserta didik kurang teliti dalam membaca dan memahami soal serta peserta didik kurang memahami materi dan cenderung malas berfikir. 2)Peserta didik salah dalam mendiskripsikan pertanyaan 3) Kurang pemahaman konsep dalam perhitungan 4) kurangnya aktifitas pembelajaran bernalar dan pembelajaran pemecahan masalah
Untuk mengatasi masalah tersebut tentunya penulis melibatkah berbagai sumber guna menggali masukan –masukan yang nantinya akan di temuakan penyelesain nya. Dari hasilkajian literatur, masukan pakar, kepala sekolah dan teman sejawat menyimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar peserta didik pada materi tersebut disebabkan karena beberapa factor diantaranya : a) Soal terlalu sulit, b) Peserta didik jarang diberikan latihan soal berbasis HOTS c)peserta didik menyepelekan gurunya d )Materi di anggap sulit e )Kemmpuan peserta didik f) Peserta didik mempunyai kebutuhan khusus. g)guru masih menggunakan metode Konvensiona. Dari hasil refleksi dan analisa penyelesain dari permasalahan tersebut penulis menyimpulkan bahwa model dan media pembelajaran belum sesuai dengn karakteristik peserta didik sehingga penulis menggunakan metode pembelajaran kreatif dan inovatif dan di padukan dengan alat peraga yang di buat oleh penulis, sehingga emage peserta didik dari matematika ”sulit” menjadi matematika ”asyik” dan diharapka peserta didik merasa tetrbiasa dengan soal yang mebutuhkan pemikiran tinggi tersebut.
Praktik pembelajaran ini sangat penting untuk dibagikan karena:
Sebagian besar penulis mengalami permasalahan yang sama dengan permasalahan yang saya hadapi saat ini, Praktik pembelajaran ini bisa memotivasi saya sendiri untuk mendesain pembelajaran yang kreatif dan inovatif, Praktik pembelajaran ini bisa memotivasi penulis lain dalam hal mendesain pembelajaran yang kreatif dan bisa menjadi referensi dan inspirasi penulis-penulis lain bagaimana cara mengatasi permasalahan pembelajaran ini.
Adapun peran dan tanggung jawab saya dalam praktik pembelajaran ini adalah sebagai penulis yang bertanggung jawab dalam menyampaiakn pembelajaran dengan mendesain pembelajaran yang kreatif, inovatif baik metode, mauapun media yang digunakan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan bisa meningkatkan pemahaman dan hasil belajar Peserta Didik.
Langkah-langkah yang dilakukan penulis untuk menghadapi tantangan tersebut adalah penulis menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan sintaks pembelajaran PBL dari mulai dari tahap awal sampai tahap akhir. Sintak PBL yang tertuang dalam RPP sebagai berikut:
Fase 1 Peserta didik diberikan permaslahan sehari hari yang berhubungan dengan materi yag sedang dipelajarinya dan peserta didik diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut.Fase 2 Penulis membagi kelompok peserta didik secara heterogen yang bertujuan menciptakan suasana belajar lebih aktif dan mengasah kemampuan berfikir kritis sehingga dapat juga diterapkan tutor sebaya oleh temanya sehingga tujuan pembelajaran dapat tersampaikan ke peserta didik.
Fase 3 Pada fase ini penulis menyampaiakan materi menggunakan media power point dan alat peraga inovatif untuk membimbing Peserta Didik dalam menyelesaikan permasalahan yang penulis berikan pada masing masing kelompok. Di fase ini juga Penulis mendampingi peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, melakukan diskusi bersama langkah apa yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah dan menjawab pertanyaan dari peserta didik. Fase 4 Pada tahap ini, penulis membantu Peserta Didik merancang dan menyiapkan laporan yang sesuai dengan hasil kerja kelompok yang di tuangkan dalam LKPD yang telak dilakukan dan untuk dipresentasika di depan kelas. Fase 5 Fase ini merupakan langkah terakhir dalam model PBL dimana penulis membantu peserta didik mengambil kesimpulan dan melakukan refleksi atau evaluasi terhadap permasalahan dan proses yang telah dikerjakan.
Selain hal tersebut di atas, Penulis menggunakan media pembelajaran yang kontekstual yaitu TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) yang dapat membantu dalam menyampaikan pembelajaran kepada Peserta Didik sehingga Peserta Didik lebih antosias dalam mengikuti pelajaran. Proses pembuatan media pembelajaran inovatif dibuat penulis sendiri yaitu dimulai dari menyiapkan alat/bahan, mendesain bentuk media, dan membuat rancangan sesuai dengan desain rancangannya. Sumber daya yang diperlukan untuk membuat media pembelajaran inovatif. Dalam menyampaikan pembelajaran penulis menggunakan metode tanya jawab, penugasan, dan diskusi dengan tujuan memudahkan Peserta Didik memahami materi yang disampaikan. Seorang penulis juga dituntut untuk menilai secara keseluruhan dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada penilaian juga terdapat Asesmen yang digunakan penulis yaitu asesmen proses (LKPD), asesmen formatif, penilaian sikap, penilaian evaluasi mandiri Penulis menyusun soal evaluasi yang mengandung HOTS. Dalam pembelajaran ini selain hal di atas, penggunaan alat peraga sangatlah berperan penting untuk lebih memberikan pemahaman kepada peserta didik . penulis membuat alat peraga dari benda konkrit yang tentunya akan lebih mudah di pahami oleh peserta didik. Alat peraga yang kami buat berupa tabel hitung satuan panjang dan segi tiga JKW ( jarak waktu dan kecepatan )
Hasil refleksi terkait proses dan hasil pembelajaran yaitu peserta didik lebih aktif selalma pembelajaran, Peserta didik terlihat antosias selama mengikuti dan mendengarkan penjelasan penulis, Pemahaman peserta didik meningkat hal ini terlihat dari hasil pengerjaan LKPD dan hasil evaluasi mandiri.
Rendahnya hasil belajar Peserta Didik dalam mengikuti pembelajaran dapat terselesaikan, terbukti dari mereka antusias serta mampu manjawab petanyaan pertanyaan yang berbasis HOTS yang di tuangkan dalam LKPD maupun evalusai mandiri. Peserta didik yang terliat aktif dalam kerja kelompok dan terbukti dengan hasil kerja kelompok yang cenderung menigkat. Penulis belum mengimplementasikan model pembelajaran yang inovatif, dapat terselesaikan terbukti bahwa penulis sudah menerapkan model pembelajaran problem based learning ( PBL ) dalam proses pembelajaran. Kurangnya pemanfaatan media belajar berbasis IT dapat terselesaikan, terbukti bahwa penulis sudah menggunakan slide presentasi menggunakan PPT, menampilkan video dalam PPT. Penulis belum menggunakan alat peraga yang inovatif sudah terselasaikan hal ini terlihat penulis membuat alat peraga sendiri yang disesuaikan dengan arakter peserta didik.
Best practice ini harus terus diimplementasikan dalam pembelajaran bukan hanya saat mengikuti PPG saja, karena tidak cuma bermanfaat bagi penulis yang melaksanakan best practice tapi efek baik ke Peserta Didik benar-benar ada terlihat dari proses selama pembelajaran dan hasil evalusi peserta didik yang sebagai besar mencapai nilai diatas KKM.***
Editor: Cosmas