Sambel Stemmol Meningkatkan Keterampilan Pengolahan Limbah Organik di SMK Negeri 2 Pekalongan
Oleh: Intan Widdati, Guru SMK Negeri 2 Pekalongan
Masalah sampah terjadi dimana-mana baik di sungai, danau, atau perairan lainnya, masalah ini ditimbulkan oleh limbah industri, limbah pertambangan maupun limbah rumah tangga, dan ini merupakan masalah yang sulit diatasi. Masalah limbah diharapkan dapat disampaikan kepada peserta didik secara terpadu agar dalam pembelajaran tidak hanya membahas pengetahuan saja, namun perlu keterampilan dalam penanggulangan masalah pencemaran dan utamanya kepedulian terhadap lingkungan. Keterampilan dalam penanggulangan masalah limbah ini dapat diperoleh peserta didik melalui keterampilan proses sains dalam mata pelajaran IPA. Sayangnya pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan secara maksimal. Peserta didik harus termotivasi untuk merancang investigasi agar menemukan solusi terbaik dan tepat dari masalah yang diangkat dari masyarakat. Namun faktanya mengajak peserta didik berinteraksi langsung dengan lingkungan jarang dilakukan. Guru IPA sebagian masih mempertahankan urutan-urutan dalam buku tanpa memperdulikan kesesuaian dengan lingkungan belajar. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena peserta didik kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan. Maka pengajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan. Mata Pelajaran IPA merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai serta tanggung jawab sebagai seorang warga negara kepada lingkungan, masyarakat, bangsa, dan negara. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sitematis, sehingga pembelajaran IPA bukan semata hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
Era disruption pada abad ke-21 telah menjadi sebuah realitas yang harus dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia. Lembaga pendidikan termasuk sekolah dituntut mampu mencetak generasi berkualitas yang dapat beradaptasi dengan berbagai tantangan di era disruption ini. Pembelajaran pada abad 21 lebih diutamakan untuk dapat mengimbangi kemajuan teknologi seiring dengan berkembangnya revolusi industri 4.0. Sehingga pembelajaran dalam kurikulum 2013 terfokus pada pembelajaran berbasis scientific (ilmiah). Setiap materi pembelajaran yang diajarkan berbasis ilmiah dengan sumber yang jelas, benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Selain itu, proses sains meliputi proses berurutan yang terdiri atas 5 tahapan utama yaitu: 1) mengemukakan pendapat, 2) menyusun hipotesis, 3) menyusun perkiraan jawaban, 4) melakukan eksperimen, dan 5) mengemukakan kesimpulan.
Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mendukung tujuan pendidikan vokasi adalah pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Pembelajaran ini cocok dalam pendidikan vokasi karena pada pembelajaran ini tidak hanya diajarkan teori saja, tetapi juga pembelajaran praktik, sehingga siswa mengalami langsung proses pembelajaran. STEM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mendukung pembelajaran yang berbasis sains dan teknlogi. Dalam pembelajaran STEM, proses sains didukung oleh teknologi dan teknik (engineering) yang dapat memberikan solusi untuk pemecahan masalah sains tersebut. Teknik (engineering) yang diterapkan meliputi pemetaan masalah yang selanjutnya merancang solusi. Untuk membuktikan pemecahan tersebut dapat dilakukan percobaan yang menjawab permasalahan yang muncul. Percobaan ini selanjutnya dapat dipraktikkan yang hasilnya dapat dievaluasi apakah solusi pemecahan masalah sudah efektif untuk memecahkan masalah atau belum. Pembelajaran sains berbasis STEM dalam kelas didesain untuk memberi peluang bagi peserta didik mengaplikasikan pengetahuan akademik dalam dunia nyata. Pengalaman belajar sains mengembangkan pemahaman peserta didik terhadap konten sains, kemampuan inovasi dan pemecahan masalah, serta keterampilan soft skills antara lain komunikasi, kerjasama, dan kepemimpinan. Pembelajaran sains berbasis STEM yang telah dilakukan di banyak negara dapat menumbuhkan minat dan motivasi peserta didik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu kompetensi dasar pada mata pelajaran IPA tingkat SMK adalah kemampuan melakukan penanganan limbah. Umumnya peserta didik tidak memahami bagaimana pengolahan limbah yang ada di lingkungan SMK Negeri 2 Pekalongan. Sementara, di lingkungan SMK Negeri 2 Pekalongan sendiri, jumlah limbah organik cukup banyak yang apabila diolah dengan baik dapat bermanfaat dan dapat mengurangi penumpukan limbah di lingkungan sekolah. Dengan penggunaan strategi pembelajaran STEM menggunakan MOL (Sambel STEMMOL) pada pembelajaran IPA pada materi Limbah, peserta didik dapat menganalisis dan menentukan langkah-langkah penanganan limbah organik menjadi kompos. Hasil akhir yang dapat diperoleh dalam kegiatan pembelajaran ini adalah keterampilan peserta didik untuk dapat menangani atau melakukan pengolahan limbah organik menjadi kompos menggunakan bioaktivator berupa MOL (Mikroorganisme Lokal). Dengan demikian, keterampilan peserta didik mengolah limbah organik meningkat.
Editor:Cosmas