Pentingnya Kepemimpinan Murid dalam Pembelajaran
Oleh: Yayuk Indarwati, S.Pd
Guru SDN 03 Jatisuko
Visi dan harapan pendidikan Indonesia saat ini untuk pembentukan karakter generasi di masa mendatang adalah Profil Pelajar Pancasila, yang merupakan muara dari konsep merdeka belajar dan pembelajar sepanjang hayat yang ingin dibangun lewat upaya penumbuhkembangan kepemimpinan murid. Hal ini telah dituangkan dalam bentuk kurikulum terbaru yaitu Kurikulum Merdeka yang sudah dimplementasikan di hampir semua sekolah tahun ini.
Melalui upaya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid kita menyediakan kesempatan murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat mewujud sebagai pelajar Pancasila yang tidak hanya menjadi pribadi yang merdeka, namun juga menjadi pribadi yang memerdekakan bangsanya. Dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid maka secara bersamaan guru sebenarnya juga membangun karakter murid yang: beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, mampu bergotong royong, mandiri, dapat berpikir kritis dan kreatif.
Dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan metafora “menumbuhkan padi”, mengingatkan guru bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, guru harus secara sadar dan terencana membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. Saat guru merancang program/kegiatan pembelajaran di sekolah, baik itu intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler, murid harus menjadi pertimbangan utama. Murid dapat melakukan lebih dari sekedar menerima instruksi dari guru. Secara natural murid adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Rasa ingin tahu, interaksi dan pengalaman bersama orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka membangun sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Murid sebenarnya memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri. Faktanya, seringkali guru atau orang dewasa memperlakukan murid seolah-olah mereka tidak mampu membuat keputusan, pilihan atau memberikan pendapat terkait dengan proses belajar mereka.
Mengingat kembali tugas dan peran guru menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka guru perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran guru ataupun orang tua mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya. Guru mengurangi kontrol terhadap murid, walaupun secara bertahap dan berproses secara natural. Murid akan memiliki apa yang disebut dengan kepemimpinan dan mendemonstrasikan kepemimpinan murid dalam pembelajaran ketika mereka mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.
Kepemimpinan murid berarti murid yang bertindak secara aktif; dan membuat keputusan, pilihan yang bertanggung jawab, tidak hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain. Mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian motivasi belajar mereka lebih besar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Secara natural mereka mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar).
Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru dengan murid akan mengalami perubahan, karena hubungannya akan menjadi bersifat kemitraan. Ketika murid belajar, mereka akan berusaha untuk memahami tujuan pembelajaran , menunjukkan keterlibatan, tanggung jawab dalam proses pembelajaran mereka sendiri, rasa ingin tahu, inisiatif, membuat pilihan tindakan dan memberikan umpan balik kepada satu sama lain. Guru sebagai mitra murid dalam membelajar akan berusaha secara aktif mendengarkan, menghormati dan menanggapi ide- ide, pendapat, pertanyaan, aspirasi dan perspektif murid serta memperhatikan kemampuan, kebutuhan, dan minat murid. untuk memastikan proses pembelajaran sesuai untuk mereka. Guru mendorong murid untuk mengeksplorasi minat , menawarkan kesempatan kepada murid untuk menunjukkan kreativitas dan mengambil risiko, memberi bantuan yang harus diberikan kepada murid serta mendengarkan dan menanggapi setiap aktivitas murid .
Bagaimana cara menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid?
Murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Melalui suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.
Suara (voice) murid yaitu: tentang bagaimana kita memberdayakan murid kita agar memiliki kekuatan untuk memengaruhi perubahan. Suara murid yang otentik memberikan kesempatan bagi murid untuk berkolaborasi dan membuat keputusan dengan orang dewasa seputar apa dan bagaimana mereka belajar dan bagaimana pembelajaran mereka dinilai. Kegiatan yang dapat mempromosikan suara murid dalam proses pembelajaran dapat melalui berbagai cara berdiskusi, membuka ruang ekspresi kreatif, memberi pendapat, merelevansikan pembelajaran secara pribadi, dan sebagainya.
Pilihan (Choice). Memberikan pilihan pada murid dapat memberdayakan murid, mendorong keterlibatan dalam pembelajaran, dan mengenalkan pada minat pribadi dalam pengalaman belajar. Jika menginginkan murid mengambil peran tanggung jawab untuk pembelajaran mereka, maka guru harus memberikan murid kesempatan untuk memilih apa dan bagaimana mereka akan belajar.
Kepemilikan (ownership). Kepemilikan dalam belajar (ownership in learning) sebenarnya mengacu pada rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan minat pribadi seseorang dalam proses belajar. Jika murid terhubung (baik secara fisik, kognitif, sosial emosional) dengan apa yang sedang dipelajari, terlibat aktif dan menunjukkan minat dalam proses belajarnya, maka tingkat rasa kepemilikan mereka terhadap proses belajar tinggi.
Lingkungan yang bagaimana yang dapat menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid dalam pembelajaran?
Tugas guru dalam pembelajaran di kelas adalah menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka. Sebagaimana padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang sesuai, maka program/kegiatan sekolah yang berdampak pada murid dan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan lebih subur jika sekolah dapat menyediakan lingkungan yang cocok. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah:
- Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, hingga berkemampuan dan berkeinginan untuk memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya.
- Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana.
- Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses
pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya. - Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan
diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. - Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.
- Lingkungan tersebut berkomitmen untuk menempatkan murid sedemikian rupa sehingga aktif menentukan proses belajarnya sendiri.
- Lingkungan tersebut menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.
(di sadur dari Noble Noble, T. & H. McGrath, 2016).
Disisi lain guru seharusnya menyadari pula bahwa murid merupakan bagian dari berbagai komunitas yaitu komunitas keluarga, kelas, sekolah, organisasi dan masyarakat luas. Kementerian Pendidikan ,Kebudayaan, Riset dan Teknologi sendiri, telah mengamanatkan tentang pentingnya kemitraan antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Kemitraan ini disebut dengan “tri sentra pendidikan” merupakan kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat yang berlandaskan pada asas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik. Komunitas-komunitas tersebut di atas secara langsung maupun tidak langsung mepengaruhi proses pembelajaran murid sekaligus merupakan aset sosial yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah. Dengan pemberdayaan, pendayagunaan, dan kolaborasi tri sentra pendidikan ini, maka keterlibatan yang bermakna dari orangtua dan anggota masyarakat dalam proses pembelajaran menjadi fokus yang perlu terus diupayakan oleh sekolah dalam usaha menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, yaitu dengan bersama-sama ikut mempromosikan dan mendorong ‘suara, pilihan, kepemilikan’ dalam berbagai peran yang mereka mainkan dan interaksi mereka dengan murid
Ketika kepemimpinan murid dalam pembelajaran tumbuh dan berkembang secara optimal maka setiap kegiatan pembelajaran di kelas kelas akan tampak hidup, meriah , suasana kelas menarik dan menyenangkan . Murid tentu akan tampak aktif berperan, senang, bersemangat dan belajar dengan gembira. Murid merasa dihargai, diakui, diberi kesempatan dan difasilitasi untuk berekspresi secara bebas, mengembangkan potensi , bakat, ide dan gagasannya secara merdeka. Ketika murid dapat belajar dengan bahagia dan merdeka maka kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan sangat baik, tujuan pembelajaran akan tampak dan terealisasai dalam performen murid secara otentik dan orisinil.
Tanggungjawab utama seorang guru dalam membelajarkan muridnya adalah memenuhi dan memfasilitasi kebutuhan belajar murid. Guru hendaknya mensikapi hal ini secara arif dan bijaksana dengan mengembangkan berbagai pendekatan, strategi, model dan metode pembelajaran yang secara nyata dapat mengkondisikan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dalam pembelajaran dengan kegiatan kegiatan aktif yang dapat mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam pembelajaran secara konsisiten. Dengan demikian maka guru dapat mengantarkan muridnya berkembang secara optimal baik secara fisik maupun mental mencapai kebahagiaan lahir batin baik dimasa sekarang maupun untuk masa depannya menjadi pribadi yang merdeka dan bahagia sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat luas dimanapun mereka berada.
Editor: Cosmas